"Bapak, neng lelah kerja. Uang tabungan untuk kuliah juga gak pernah bisa kumpul. Lama-lama neng bisa stress kerja di Garmen. Cariin suami yang bisa nafkahi neng dan keluarga kita, Pak! Neng nyerah ... hiikss." isak Euis
Keputusasaan telah memuncak di kepala dan hati Euis. Keputusan itu berawal karena dikhianati sang kekasih yang berjanji akan melamar, ternyata selingkuh dengan sahabatnya, Euis juga seringkali mendapat pelecehan dari Mandor tempatnya bekerja.
Prasetya, telah memiliki istri yang cantik yang berprofesi sebagai selebgram terkenal dan pengusaha kosmetik. Dia sangat mencintai Haura. Akan tetapi sang istri tidak pernah akur dengan orangtua Prasetyo. Hingga orangtua Prasetyo memaksanya untuk menikah lagi dengan gadis desa.
Sebagai selebgram, Haura mampu mengendalikan berita di media sosial. Netizen banyak mendukungnya untuk menghujat istri kedua Prasetyo hingga menjadi berita Hot news di beberapa platform medsos.
Akankah cinta Prasetyo terbagi?
Happy Reading 🩷
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 : I Love You, Hanani Maharani...
Hai Readers... Bab ke dua puluh empat, "Datanglah kemari, kekasih... Binar matamu yang indah selalu menghiasi rongga pikiranku yang kosong. Bertemu denganmu bagaikan aku bangkit dari kematian, aku kembali hidup." (Prasetya)
Happy Reading 🩷🩷
🌷🌷🌷
Seorang perempuan cantik menatap pria yang tertidur pulas di sebuah sofa dalam ruang kerja. Ia tersenyum licik setelah mencoba beberapa kali memasukkan password layar kunci pada handphone suaminya, usahanya berhasil setelah ia menempelkan sidik jari telunjuk kanan pria yang kini masih tertidur pulas karena pengaruh obat tidur dosis tinggi tanpa takaran.
Jemari lentiknya menari di atas kedua layar gawai yang ada di genggamannya. Ia mengetikkan sesuatu yang gelap, lebih gelap dari pekatnya malam, isi kepalanya lebih licik dari seekor rubah, manik mata yang terpantul dari layar gawai mengisyaratkan keserakahan yang tiada limit, senyuman licik menghias bibir ranumnya.
"Sayang... Aku ingin tas limited edition merk C, boleh aku membelinya?" ketiknya pada handphone miliknya.
Lalu ia men-copy paste deretan kalimat yang pernah suaminya kirim beberapa waktu lalu, "Beli lah, Ra. Sejak kapan aku melarang kamu membeli barang yang kamu suka." begitulah jawaban yang ia dramatisasi di ponsel suaminya.
"Uang belanjaku habis, boleh aku minta uang dari kamu?" Haura mengetik balasan
"Ya" ia balas sendiri pesan chatnya melalui ponsel suaminya.
Bibir ranumnya merekah bak mawar hitam beracun, ia lalu mengecup bibir merah suaminya dengan mesra, setelahnya ia mengecup berkali-kali kartu debit prioritas yang kini ada dalam genggamannya.
"Maafkan aku sayang, aku harus melakukan ini padamu, uang bulanan darimu selalu tidak pernah cukup, nafkah yang kamu berikan tidak mampu menutupi kebutuhanku. Kalau aku di puji orang, kamu juga kan yang bangga." Haura menatap lagi wajah lelap Pras, wajahnya dibuat mengiba.
Cup!
"Sampai ketemu besok sayang, aku tidak pulang malam ini." suaranya penuh kemenangan.
Body sintalnya melenggak lenggok dengan menawan, keserakahan membungkus tubuhnya dari atas hingga mata kaki, semua barang yang menempel pada tubuh Haura bernilai jutaan dan bermerk.
Dering ponsel menghentikan langkah Haura, ia berdecak kasar setelah melihat nama yang tertera di layar handphonenya.
"Apalagi sih ma!? Nanti aku transfer sepuluh juta lagi. Sabar!!" makinya di sambungan telepon.
[Bukan itu yang akan mama bahas, bagaimana suamimu? Apa ia sudah bangun? Kalau belum tolong bangun kan, Ra. Kalau dia tidur lebih dari dua puluh empat jam itu tidak normal, Ra! Jangan-jangan air Ki Ageng bukan air mantra, mama kuatir itu obat tidur, Ra!!] nada panik disertai gemetar terdengar dari sambungan telepon.
"Udah deh ma! Percaya sama aku, Pras akan baik-baik saja." Haura mematikan sambungan teleponnya. "Ribet banget sih!!" makinya.
Dering ponsel Haura berbunyi lagi, "Apalagi sih ma?!" bentaknya.
[Bu Hajah Arini barusan menanyakan keadaan Pras di rumah kamu, katanya kamu dan Pras tidak bisa di hubungi] suara salamah terdengar gemetar.
"Bilang sama dia, aku dan Pras sedang keluar kota. Udah gitu aja kok repot!" agak kasar ia matikan sambungan teleponnya.
Haura tersenyum manis saat di halaman rumah sudah terparkir mobilnya yang dikendarai sang manager.
"Kemana kita Cyiinn... ?" Roy tersenyum lebar.
"Arisan 'gemesh' tapi sebelumnya anter gue ke mall dulu, ada tas limited edition yang gue taksir. Biar si Lita gak berani lagi menghina gue." ucap Haura dengan nada kebencian.
"Laki lo ada di rumah ya, gue lihat mobilnya terparkir di depan rumah lo, nek!" Roy menoleh ke belakang sebelum meninggalkan gerbang rumah Haura
"Hu'um, lagi tidur dia." jawab Haura cuek
"Abis Lo kasih berapa ronde, kecapean si ganteng?" Roy memiringkan bibirnya seakan cemburu
"Boro-boro gue minta jatah, setiap abis minum airnya Ki Ageng laki gue tidur terus, tapi gak masalah, yang penting duitnya ngalir hahaha... " tawanya tidak lagi renyah, nada kecongkakan mengalun dari suara tawa Haura.
Ciiittt...
Mobil tiba-tiba direm mendadak oleh Roy.
"Tunggu!! Lo gak curiga nek? Jangan-jangan itu bukan air jampi-jampi tapi obat tidur." Roy terlihat panik
"Gak mungkin lah, dia dukun sakti udah dari bapak gue ikut nyaleg. Buktinya bapak gue bisa menjabat di DPRD dua periode karena bantuan Ki Ageng. Udah deh gak usah di bahas, jalan... Gue gak mau telat sampe di arisan." bentak Haura di akhir kalimat.
Roy kembali memutar kunci mobil dan melajukan mobil di jalanan aspal,
"Lo jangan main-main Haura, kasian laki Lo dikasih begituan terus, gimana kalau dia sampe metong. Lelaki setampan itu... Kalau lo bosan kasih ke gue aja, Ra!" mata Roy berkaca-kaca, walaupun alat tempurnya masih kokoh berdiri di saat tertentu, hati Roy sangat melankolis dan mudah terenyuh.
"Cih!! Ga Sudi gue berbagi dengan banci kayak Lo! Laki gue bisa-bisa kecantol beneran!" Haura menghempaskan rambut panjangnya ke belakang.
Setelah hampir tiga puluh jam Pras terbangun dengan tubuh lemah dan lemas, ia tidak bisa menggerakkan kakinya, untuk mengambil ponselnya saja ia mengalami kesulitan. Ia berusaha mengingat apa yang terjadi sebelum ia diserang rasa kantuk yang teramat sangat. Tapi tidak ia dapatkan ingatan itu.
Di tempat lain, Euis turun dari mobil sedan hitam dengan menenteng lunch box bertingkat dan satu teremos minuman herbal. Berjalan dengan anggun ke arah resepsionis.
"Mba Maya, bapak Pras ada?" tanya Euis di depan meja resepsionis.
"Bapak tidak masuk kerja sudah hampir satu Minggu, teh. Jadwal rapat banyak yang dibatalkan pak Ernest karena pak bos gak datang dan gak bisa di hubungi.Teh Euis diutus Bu haji ya untuk antar makan?" Maya memang tahu Euis tinggal di rumah Abi Ali, tapi yang ia tahu Euis hanya bekerja di sana sebagai baby sitter bukan istri Pras.
Euis mengangguk lemah, keningnya berkerut. Selama hampir tiga hari Pras tidak ada kabar, ia agak ragu untuk berpikir kalau Pras tengah sibuk bekerja, mungkin saat ini suaminya sedang sibuk hal lain yang enak-enak dengan istri pertamanya.
Luka di hatinya kembali perih, kepalanya tiba-tiba sakit dan matanya kini memanas. Tanpa pamit, Euis segera meninggalkan meja resepsionis hingga meninggalkan tanda tanya di benak Maya yang menjaga resepsionis.
Euis masuk ke dalam mobil sambil menutup wajahnya yang kini memerah, sekuat tenaga ia menahan isaknya agar tidak terdengar di telinga Tarjo.
"Bapak gak ada di kantor, Neng?" tanya Tarjo terlihat wajah bingung menyelimutinya.
"Engga mas, kita pulang aja." sura Euis terdengar bergetar.
"Ini ada yang gak beres, beberapa kali aku perhatikan kalau bapak pulang ke rumah istri pertama pasti ketiduran." gumam Tarjo, namun Euis sempat mendengarnya.
"Iyalah di servis habis-habisan sama Bu Haura." geram Euis.
"Neng Euis, kita ke sana aja ya. Kamu gak usah turun dari mobil. Ada yang perlu aku cek." ada nada khawatir dari ucapan Tarjo
"Nanti kalau bapak marah gimana, mas Tarjo. Aku gak mau bikin masalah." cemas Euis
"Justru kalau aku tidak datang ke sana sepertinya akan terjadi masalah, Neng." Tarjo segera memacu kendaraan ke rumah bos nya yang sudah hilang kabar beberapa hari.
Mobil kini terparkir mulus di samping mobil Pras. Tarjo sempat memeriksa kondisi kendaraan majikannya yang sudah di penuhi embun dan debu, artinya bos nya tidak memakai mobil selama beberapa hari. Hati Tarjo semakin yakin terjadi sesuatu di dalam sana.
Setengah berlari Tarjo masuk ke dalam rumah yang tidak terkunci. Sempat mencari keberadaan bik Sumi pembantu rumah tangga yang biasa melakukan kebersihan dan memasak jika majikan ya pulang, tapi ia tidak juga mendapatkan keberadaan bik Sumi.
"Tuan Pras boleh saya masuk?" tanya Tarjo di depan pintu ruang kerja yang tidak tertutup.
Suara erangan terdengar dari dalam, suara itu tidak jelas tapi ada seseorang di dalam.
"Pak, maaf saya terpaksa masuk." Tarjo akhirnya melangkahkan kakinya masuk ke dalam.
"Ya Allah!! Pak Pras kenapa?" Tarjo berlari dan mengangkat Pras yang sudah tergeletak di lantai dengan mata masih terpejam.
Sekuat tenaga ia gendong tubuh majikannya yang memiliki tinggi lebih tinggi dan lebih kekar dari tubuhnya. Hingga di depan mobil Euis tersentak melihat pemandangan tersebut. Euis segera membuka pintu mobil dan membantu Tarjo memapah Pras masuk ke dalam mobil.
"Aa kenapa? Kok tubuhnya dingin semua" panik Euis
Pras ia rebahkan di kursi belakang dengan kepala Pras merebah di atas pangkuannya. Tarjo segera melarikan mobil ke rumah sakit terdekat. Tiba di lobi IGD, Pras segera dibantu naik ke atas brankar rumah sakit.
Euis dengan cemas menunggu Pras di periksa dokter jaga IGD, sementara Tarjo segera menghubungi keluarga majikannya.
"Sebelumnya apa pasien pernah minum atau makan sesuatu?" tanya dokter jaga.
"Saya tidak tahu dok, karena saya tinggal di rumah lain." ucap Euis
Dokter mengambil sample darah, air liur dan memeriksa organ vital Pras, lalu memutuskan membawa Pras ke ruang tindakan.
Setelah menunggu lebih dari dua jam, dokter yang menangani observasi dan tindakan keluar dari pintu kaca penghubung ruang tunggu dengan ruang OKA.
Abi Ali segera berdiri dan menghampiri dokter. "Apa yang terjadi pada anak saya dokter."
"Hasil uji lab darah, urine dan cairan lambung, Pasien terlalu banyak minum obat tidur dosis tinggi pak, apa putra bapak sering mengalami kesulitan tidur atau mengalami depresi?" tanya dokter, Ali dan Arini menggelengkan kepalanya dengan lemah.
"Kondisinya saat ini dehidrasi karena selama lebih dari dua hari tidak ada asupan makanan yang masuk, dan kandungan obat tidur yang di konsumsi sangat berbahaya bisa mengakibatkan hilang ingatan parsial dan ada yang lebih berbahaya, pasien bisa kehilangan nyawa." dokter menjelaskan kondisi Pras dengan wajah prihatin.
Beberapa jam Euis menunggu Pras di sisi ranjang rumah sakit, ia menatap wajah lemah pucat suaminya. Garis rahangnya yang terlihat tegas kini lebih kurus dan lingkar matanya memiliki cekungan. Airmata Euis lolos, sesal di dadanya kian menghimpit.
"Maafin Euis yang sudah suudzon sama Aa... Kalau tahu Aa di sana menderita, Euis akan datang lebih cepat." lirihnya seraya merebahkan kepala di samping kepala Pras.
Pras mendengar dan mengetahui keberadaan Euis di sisinya, hanya saja tubuh dan matanya terlalu lemah untuk terjaga. Ia membiarkan napas lembut Euis menerpa wajahnya, ia merasakan kehangatan yang selama ini ia dambakan.
Gerakan kepala Euis yang semakin merapat di samping pipinya seakan menimbulkan sensasi yang berbeda, seperti sebuah pelukan hangat yang menghanyutkan, mendamaikan, ketenangan merambat di hati Pras, sebuah kebersamaan yang mendalam dan tidak terpisahkan.
"I love you, Hanani Maharani... " lirih Pras dalam batinnya, setetes airmata bahagia mengalir dari sudut mata Pras.
...💐💐💐💐💐...
B e r s a m b u n g...
*Cuplikan dialog episode selanjutnya*...
*Pras membacakan sesuatu sebelum meminum kopi yang disediakan ibu mertuanya, lalu meniupnya perlahan. Air di dalam cangkir bergejolak seakan ada suatu rahasia kelam mencari eksistensinya. Cangkir berisi kopi itu pecah terbelah dua, air hitam pekat muncrat kemana-mana*.
"*Apa yang kamu campurkan di kopiku, Haura?" tatap tajam Pras menembus manik mata Haura yang kini memucat*.
Gaes jangan lupa like, komen, subscribenya, terima kasih 🩷🩷
wajar Harris gak euis istri kedua prass....