Theo mengkhianati sahabat serta anak dari keluarga yang sudah menjadikannya keluarga sejak ia usia 7 tahun. Ia berselingkuh dengan Zeva, istri dari Anthon, sahabat Theo. Terlalu sering menolong Zeva dari suaminya yang kasar dan penyiksa, membuat Theo memiliki perasaan pada wanita itu hingga terjadilah hubungan terlarang keduanya. "Aaaaaakh!!! Theooooo, aku mohon bawa aku kabur dan nikahi aku!" -Zeva Auliora "Maafkan aku, Zeva. Aku tidak bisa meninggalkan Anthon dan keluarganya, mereka sudah menjadikanku seperti ini" -Theo James "Zeva akan tetap menjadi istriku meskipun kamu sudah menikmati tubuhnya, aku tidak akan melepaskan wanita itu" -Anthon Stephen Bagaimana kelanjutan cinta segita dengan panasnya hubungan perselingkuhan antara Theo dan Zeva? Apakah Anthon akan menyerahkan istrinya untuk pria lain? Dukung novel ini untuk tetap berkarya!
Antara nafsu cinta, nafsu balas dendam, nafsu amarah, nafsu kebencian, nafsu kerinduan dan jenis nafsu lainnya akan bergelut di novel ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariRani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TERBUKANYA SATU RAHASIA
Di ruang tamu, Hali dan Sergi duduk berdampingan di sofa.
Rumah kecil ini adalah rumah Sergi di masa pensiun. Ia dan Herjunot sering bersama dirumah ini untuk sekedar bermain catur ataupun membahas hal lain.
Sergi tau jika Herjunot adalah mafia di Britania Raya alias Inggris dan berpusat di London. Ia pun sudah tau jika putranya menjadi anggota mafia itu.
Namun selama ia bekerja bersama Herjunot, ia tidak mau berurusan dengan dunia gelap itu. Kesalahan dimasa lalunya dimana ia membiarkan istrinya meninggal dan menyerahkan putrinya, membuat hidupnya sudah menderita.
Saat ini Sergi hanya berjuang untuk hidup damai meskipun belum bisa terealisasikan kedamaian itu karena masih menyimpan rahasia besar di hidupnya yaitu Zeva.
"Pa, kenapa papa melamun seperti itu? Apakah ada masalah?" celetuk Hali saat melihat Sergi melamun kearah perapian rumah.
"Eh, nggak. Papa merindukan mamamu" ucap Sergi.
"Pasti karena melihat Zeva kan? Wanita itu ternyata benar benar mirip mama" sahut Hali.
Senyum tipis penuh makna tersirat di bibir Hali.
"Iya dia mirip sekali dengan mamamu. Dia mirip dengan Rosie. Maafkan papa tidak bisa melindunginya dan adikmu" ucap Sergi dengan nada penyesalan.
"Sudah lah pa. Kita sudah bahas ini berkali kali. Aku sudah tidak memikirkan masa lalu. Saat ini aku hanya memikirkan kebahagiaan dan kesehatan papa" ujar Hali sambil memeluk pria disampingnya itu.
"Kamu selalu menjadi pelindung papa, Hal. Papa beruntung memilikimu dihidup ini" sahut Sergi dengan menahan mata yang sudah berkaca kaca.
"Aku tau perjuangan papa selama ini. Aku tidak akan membiarkan papa kekurangan apapun selagi ada aku. Ingat, bahwa aku putramu satu satunya jadi hidup papa ada bersamaku" kata Hali penuh dengan kasih sayang.
Selama masa kehilangan Rosie, Hali selalu ditemani oleh Sergi. Ayah yang sangat bertanggung jawab akan putranya yang masih kecil. Membentuk Hali menjadi pria tangguh dan kuat. Hali sangat terpenuhi kasih sayangnya meskipun hanya dari seorang ayah tanpa kehadiran ibu setelah berusia 5 tahun.
"Maafkan papa, Hali. Papa masih menyembunyikan satu hal lagi kepadamu" tiba tiba Sergi mengatakan hal ini membuat Hali melepaskan pelukannya dan menatap sang ayah.
"Apa? Papa menyembunyikan apa dari ku?" tanya Hali penasaran.
"Sepertinya saat ini tepat untuk mengatakan hal ini dan kamu sudah bertemu dengannya" jawab Sergi yang masih belum jelas bagi putranya itu.
"Bertemu dengannya? Siapa?" tanya Hali yang sudah semakin penasaran.
"Zeva. Kamu sudah bertemu dengan adikmu" jawab Sergi langsung.
Hatinya masih sesak selama menyimpan rahasia ini, apalagi saat bertemu dengan Zeva tadi hatinya sudah tidak tahan lagi. Biarkanlah anak anak nanti membenci dirinya, yang penting hatinya sudah damai tidak ada rahasia lagi.
"HAH?? APAA??" seru Hali.
Dan tanpa kedua pria itu sadari, di ujung ruangan terlihat Zeva berdiri disamping Herjunot.
Keduanya terdiam dan terkejut dengan apa yang mereka dengar.
"Hei Sergi, apa yang kamu katakan?" tanya Herjunot langsung.
Membuat Sergi menoleh kebelakang kearah sahabatnya itu.
Terpaksa, ia harus menceritakan semuanya.
"Benar apa yang kamu dengar. Zeva adalah putriku, putri kandungku bersama Rosie" ujar Sergi lagi.
Hali masih diam menatap wanita yang berdiri tanpa bersuara itu.
"Hahahahaha, papa bercanda. Mana mungkin wanita itu, putri Austin Hermes adalah adikku?" tawa Hali terdengar miris.
"Itu kenyataan Hal. Zeva Auliora Hermes adalah adikmu, putri papa" ucap Sergi menegaskan.
Lalu semuanya terdiam untuk beberapa detik.
Herjunot menghela nafas panjang.
"Kita akan bicarakan besok. Aku harus ke rumah sakit karena Anthon sudah siuman. Zeva akan aku bawa" ucapnya kemudian.
Sergi berdiri lalu diikuti oleh Hali.
"Zeva" panggil Sergi dengan tatapan penuh penyesalan.
Zeva menatap Sergi dengan tatapan sulit diartikan.
"Aku akan meminta penjelasan dari paman setelah aku kembali kesini. Tolong jaga ayahku" ujarnya dengan sopan, meskipun hatinya ingin berteriak.
Ia pun segera mengikuti Herjunot keluar rumah lalu masuk mobil.
"Aku benar benar tidak tau perihal ini. Sergi telah menyembunyikannya dengan luar biasa" celetuk Herjunot saat mobil mulai dijalankan oleh drivernya.
Zeva hanya diam. Pandangannya mengarah ke luar jendela mobil dimana salju turun.
"Hahhahahaa, hidupmu begitu menarik Zeva. Pantas jadi menantuku" lanjut Herjunot dan lagi lagi menantunya itu tidak menyahuti.
Lalu Herjunot diam karena ia tau Zeva saat ini sedang tidak dalam perasaan baik baik saja.
Mereka melalui perjalanan selama 20 menit untuk sampai di rumah sakit dimana Anthon dirawat.
Sekarang jam menunjukkan pukul set10 malam.
"Ingat Zeva, saat kamu bertemu Bora, kamu harus bisa meyakinkan dirinya untuk percaya kembali kepadamu. Kamu harus benar benar terlihat menyesal dan ingin memperbaiki hubungan bersama Anthon" ucap Herjunot saat mereka berdua berjalan beriringan menuju kamar VVIP.
"Aku tau apa yang harus aku lakukan, ayah. Aku akan memenuhi kesepakatan kita dan ayah pun akan memenuhi kesepakatan yang sudah ayah janjikan padaku" sahut Zeva.
Kali ini nada Zeva terdengar tangguh.
Sesampainya mereka di depan pintu kamar yang terbuka, Herjunot dan Zeva bisa melihat beberapa perawat dan dokter berdiri disampinh brankar Anthon.
"Sayang, putra kita..." lirih Bora yang langsung berlari menyambut suaminya sambil memeluk.
Herjunot tidak tau sang istri menangis bahagia atau ada sesuatu yang salah karena sebelum ia mengeluarkan suara, seorang pria berjas datang menghampirinya.
"Selamat datang Tuan Herjunot, putra anda sudah dalam keadaan sadar" ujar kepala pelayanan rumah sakit.
"Terima kasih. Bagaimana keadaan Anthon?" tanya Herjunot.
Kini giliran dokter yang menjelaskan.
"Putra anda sudah siuman sekitar 30 menit yang lalu, namun sampai saat ini dia tidak ingin berbicara dan pandangannya terlihat kosong" jelas dokter.
"Terus apa yang akan kalian lakukan untuk membuatnya sadar dan bisa berbicara? Aku percayakan kesehatan putraku kepada kalian karena rumah sakit ini terbaik di Paris. Jika Anthon sadar namun tidak merespon, seharusnya kalian melakukan sesuatu" ucap Herjunot dengan amarah yang tertahan dan berusaha terlihat berwibawa.
"Kami menunggu kedatangan anda untuk konfirmasi izin melakukan screening ulang melalui MRI. Hal ini harus atas persetujuan anda sebagai wali pasien" sahut dokter.
"LAKUKAN APAPUN YANG DUBUTUHKAN UNTUK MEMBUAT PUTRAKU BENAR BENAR SADAR!" barulah Herjunot memberikan penekanan disetiap kata yang ia keluarkan disertai tatapan tajam.
Membuat dokter dan para perawat serta kepala pelayanan takut.
"Ba.,baik..akan segera kami lakukan" ucap dokter lalu segera menyiapkan apa ya g diperlukan untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Bora hanya bisa terisak dipelukan sang suami hingga Anthon dibawa keluar ruangan.
Zeva hanya berdiri bak patung di hadapan Herjunot.
Tadi saat Anthon dibawa keluar, tanpa sengaja kedua mata Zeva bertemu dengan tatapan kosong milik suaminya itu.
Ada ketakutan tersendiri bagi Zeva saat melihat suaminya tak berdaya seperti ini.
"Apa yang akan terjadi pada hidupku setelah ini?" batinnya.
Bora hanya menatap tidak suka kepada Zeva dan tidak ingin berbicara pada menantunya.
Herjunot dan Bora menunggu diruang pemeriksaan dari dekat sedangkan Zeva berdiri di ujung lorong karena kehadirannya seperti tidak diinginkan.