Jingga Purwati dan Ruben Karindra adalah pasangan yang beda strata sosial, tetapi memiliki ikatan batin yang sangat kuat, jika Jingga berada dalam bahaya, Ruben bisa merasakan tanda bahaya didadanya akan berdenyut ngilu dan sakit, begitu juga Jingga dia bisa merasakan apa yang Ruben rasakan.
Perasan cinta mereka yang kuat terhalang oleh keinginan Bramantyo untuk segera menikahkan Ruben dengan Alisa. Mereka pun menikah secara resmi sedangkan Ruben hanya menikahi Jingga terlebih dulu secara sirih.
Keteguhan hati Jingga Purwati yang mampu mengatasi rasa kecewa pada sikap Ruben yang tidak memberitahukan kepada dirinya bahwa dia sudah menikah lagi dengan pilihan Bramantyo membuat Jiingga memilih memaafkan dan kuat menghadapi tekanan dari sang mertua yang galak dan sering menyiksanya.
Akankah Jingga Purwati dapat menaklukan hati sang mertua?
Ikuti kisah cinta mereka ... !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fanie Liem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Arga meminta penawaran.
Arga yang sudah kepalang ketauan dengan penyamarannya pun segera menghampiri Jingga yang masih berdiri mematung dihadapannya.
"Wah, wah, wah. Aku kedatangan mantan karyawanku yang paling kurindukan," ucap Arga.
"Ternyata pak Arga itu Delta?" tanya Jingga.
"Iya, selama ini aku menyamar supaya selalu dekat sama mantan karyawan yang paling aku sukai," ungkap Arga.
"Jadi tujuan pak Arga itu apa sebenarnya?" tanya Jingga sambil mendelikan mata singa.
"Aku sudah katakan tadi untuk selalu dekat dengan kamu, wanita yang selama ini aku cintai," ungkap Arga.
"Aku ini istri orang lain," ucap Jingga.
"Aku tidak peduli, kamu itu istri siapapun. Asal kamu tahu kalau kamu tidak mau bersamaku maka mertua dan suamimu akan hidup kesusahan," Ancam Arga.
"Mana mungkin mereka akan susah mereka itu keluarga terpandang," ucap Jingga.
"Kalau kamu tidak percaya, mari lihat copy-an dokumen pengalihan harta kepada aku," ucap Arga sambil memberikan dokumen.
Mata Jingga terbelalak." Akh, mana mungkin sih mertuaku yang galak itu mau menandatangani ini. Aku yakin ini hanya tanda tangan palsu."
Arga tertawa keras." Kalau kamu tidak percaya kamu bisa tanya Vika sekertaris Bramantyo, dia adalah kaki tangan yang kusuruh untuk mendapatkan tanda tangan Bramantyo."
Arga merogoh ponsel berlogo apel, lalu menekan tombol hijau dan membuat suara itu besar.
"Halo, pak Arga. Ada apa lagi anda hubungi saya? bukankah kita sudah sepakat tak saling menghubungi setelah pak Arga mendapatkan tanda tangan pak Bramantyo," ucap Vika.
Tut
(Panggilan ditutup)
Mata Arga melirik kearah Jingga sambil tersenyum miring," kamu dengarkan barusan Vika bilang apa. Dia sudah melakukan tugasnya dengan sangat baik."
"Kenapa kamu melakukan semua ini, apa salah mereka sampai kamu mengambil yang bukan menjadi milikmu," ucap Jingga.
"Merekalah yang telah mengambil paksa, aku hanya mengambil yang seharusnya aku punyai, termasuk kamu," ucap Arga.
Jingga tak ingin lagi dengar semua alasan dari Arga. Ia memalingkan wajah cantiknya untuk pergi dari Mansion itu, namun langkahnya terhenti ketika para pengawal Arga mulai menghadang langkah kaki.
Para pengawal berjumlah lebih dari sepuluh orang melingkari tubuh Jingga membuat Jingga merasa tertekan.
"Mau apa lagi kamu, biarkan aku pergi dari sini," geram Jingga.
"Kamu tidak akan pernah pergi kemana-mana, sayang. Disini memang tempat tinggal kita berdua saja,"ucap Arga.
"Kamu sudah gila ya!" geram Jingga.
"Aku memang gila, sayang. Tergila-gila sama kamu," ucap Arga sambil tersenyum smirk dan memberikan kode mata kepada pengawal.
Pengawal itu segera mengerti kedipan dua mata yang dilakukan Arga, mereka pun mengambil sebuah tali dan mengingat tangan dan juga kaki Jingga.
"Lepaskan, aku!" teriak Jingga.
Mata Arga kembali berkedip lagi kepada salah satu kepala pengawal, ia pun segera merogoh sapu tangan berwarna hitam yang ada dalam saku celananya, lalu sapu tangan itu ia sumpal kedalam mulut Jingga sehingga teriakan Jingga tak bisa lagi didengar oleh Arga.
"Bawa dia kekamar utama, dan jaga dia sampai aku kembali kesini," titah Arga.
****
Sementara itu dalam ruangan kerja Ruben, ia sedang sibuk dengan beberapa dokumen yang ia harus goreskan dengan tinta hitam, namun tinta hitam terjatuh dalam meja, hingga akhirnya Ruben harus mengambil tinta hitam itu dalam kolong meja kerjanya.
"Ya ampun, kenapa dadaku sakit sekali ya. Apa terjadi sesuatu sama Jingga," ucap Ruben sambil memegang dada kiri yang ngilu.
Ruben yang tak sanggup berdiri menahan dadanya sambil berdoa dalam hatinya. Berharap tidak akan terjadi hal buruk kepada Jingga.
Pada saat itu, sekertaris membawa beberapa dokumen lagi untuk segera ditandatangani
"Pak Ruben kemana ya, kok dia menghilang," ucap Sekertaris.
Sekertaris yang mencari sosok Ruben kaget saat Ruben berada dikolong meja kerja sambil memegang dadanya yang masih ngilu. Ia pun terkesiap membantu Ruben dengan mengangkat pelan tubuh Ruben, namun saat ia merasa tak bisa menahan bobot berat badan Ruben yang tak sebanding dengan bobot badannya, akhirnya Kepala Ruben bertubrukan dengan meja kerja.
Brak!
"Akh, kamu ini," pekik Ruben.
"Aduh, maaf pak Ruben. Aku tak kuat menahan berat badan anda," ucap sekertaris sambil menghela napas.
"Eh, saya ini kurus masa kamu tak kuat angkat saya keatas," gerutu Ruben.
"Maaf pak, mungkin saya tak punya tenaga lebih karena kurang gizi," ucap sekertaris.
Ruben hanya menggelengkan saja kepala mendengarkan ocehan sang sekertaris dia.
*****
Sementara itu, Jingga dikurung dalam sebuah kamar utama yang sangat luas, ia pun merasa dadanya sangat ngilu sekali, karena mereka berdua mempunyai ikatan batin yang sangat kuat. Jingga tahu kalau sang suami lagi tak baik-baik saja diluar sana.
Jingga terus memegang dadanya yang sakit sambil berdoa kepada sang pencipta, kiranya dia bisa diberikan ketabahan dan kesabaran dengan sikap Arga.
Dilain sisi,
Sesaat Arga kembali lagi kemansion saat ia sudah memasuki mobil hitam karena ada beberapa dokumen penting yang masih tertinggal dalam kamarnya.
Ia segera berlari kecil menuju kamar, dibilik pintu kamar besar itu, ia mendengar seruan doa yang dipanjatkan oleh Jingga. Hatinya mulai mendidih ketika Jingga terus saja mendoakan suaminya.
BRAk!
(Pintu terbuka lebar karena dorongan kasar dari Arga)
"Kamu tidak akan bisa lari dari sini, karena kamu akan menikah secara sah bersama aku, maka aku akan bersedia mengembalikan lagi aset mereka," tawar Arga.
Jingga meludah," dasar manusia licik. Aku tidak sudi menikah dengan iblis seperti kamu."
"Mau tidak mau kamu harus tetap menikah denganku," ucap Arga.
"Itu hanya mimpi bagimu, aku yakin mas Ruben akan segera tahu mengenai keberadaanku," ucap Jingga.
Arga terbahak-bahak." Dia tidak akan pernah tahu kamu dimana karena alat komunikasimu sudah kubuang jauh."
"Jalur langit yang akan segera memberitahukan kepada mas Ruben dimana aku disembunyikan olehmu,"ucap Jingga sambil memalingkan wajah cantiknya.
"Jangan terlalu yakin, mungkin saja dia akan menyaksikan langsung pernikahan kita," ujar Arga.
Jingga memutar bola matanya." Tidak usah mimpi terlalu tinggi, nanti jatuhnya sakit,"
"Sudahlah Jingga kita negosiasi saja, keluarga Karindra akan mendapatkan kembali hartanya asalkan kamu bersedia menikah denganku," tawar Arga.
"Sudah kukatakan bahwa aku tidak akan sudi menikah denganmu," ucap Jingga.
"Coba pikirkan kembali lagi, jika Bramantyo hidup sengsara, otomatis kamu juga akan ikut sengsara bersama mertua yang sering menyiksa kamu," ucap Arga.
"Aku tidak peduli, aku akan terus berusaha untuk menaklukkan hati mertuaku," ucap Jingga.
"Percuma saja, mertuamu itu menaruh dendam padamu. Dia itu tahunya bahwa kamulah penyebab kematian istrinya," ucap Arga.
"Itu pasti ulahmu juga kan! aku yakin. Kamu adalah dalang semua penderitaanku," ucap Jingga.
"Kamu jangan asal tuduh ya! mana buktinya?"tanya Arga.
Jingga hanya bisa mematung, lalu berbicara dalam hati kecilnya, "Aku memang tak punya buktinya, namun aku pastikan suatu hari aku akan punya buktinya," batin Jingga.
TBC.
(To Be continued
Tinggalkan jejak berupa like, vote, dan komentar.
buat cerita baru lagi ajah..
kok bisa Alisa melakukan hal bodoh