Perjalanan seorang pemuda bernama Cassius dalam mencari kekuatan untuk mengungkap misteri keruntuhan kerajaan yang dulu merupakan tempat tinggalnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mooney moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Antara Naga, Draconian dan Wyvern
Sang Elder Draconian, menghela napas panjang sebelum akhirnya berbicara dengan nada yang lebih tenang. "Sebelum kita melangkah lebih jauh… sepertinya sudah saatnya kita saling mengenalkan diri secara resmi. Aku minta maaf, karena tidak langsung memperkenalkan diri sebelumnya."
Dia melirik ke arah Cassius dan Mulgur sebelum melanjutkan, "Namaku Jormund. Aku adalah pemimpin kuil Draconian di tempat ini. Sudah ratusan tahun aku menjaga dan mengawasi wilayah ini bersama dengan para pengikut yang lain."
Draconian wanita di sampingnya mengambil langkah kecil ke depan. Dengan sikap tegap dan ekspresi percaya diri, dia memperkenalkan dirinya sendiri. "Aku Vala. Aku adalah salah satu penjaga di sini." Tatapannya tajam, namun tidak terasa mengancam.
Jormund kemudian menoleh ke dua Draconian lainnya yang tadi mengantar Cassius dan Mulgur. Dengan anggukan singkat, dia memperkenalkan mereka satu per satu. "Yang itu Balmuth."
Balmuth, Draconian bertubuh besar dengan tubuh kokoh dan tombak panjang yang disandarkan di bahunya, mengangguk dengan suara rendah yang dalam. "Hmm."
Jormund lalu melanjutkan, menunjuk ke Draconian yang lebih kecil namun tampak lincah. "Dan yang satunya, Nifrak. Dia lebih suka menggunakan cakarnya dalam pertempuran. Mungkin kalian sudah melihat kemampuanya saat perjalanan menuju kemari"
Nifrak, yang memang tampak lebih ramping dibanding Balmuth, menyeringai kecil. "Jangan tertipu ukuranku," katanya santai.
Cassius mengamati mereka satu per satu, mengingat nama dan karakteristik mereka dalam pikirannya. Mulgur, di sisi lain, hanya mengangguk-angguk dengan senyum tipis.
Lalu Jormund melanjutkan. "Tentu saja, selain kami berempat, masih ada tiga Draconian lain yang tinggal di sini. Royrk, ahli dalam membuat peralatan dan senjata. Dialah yang memastikan kami memiliki perlengkapan yang layak untuk bertahan di tempat ini."
Vala menambahkan dengan nada yang tegas namun terkesan lembut. "Lalu ada si kembar, Leiya dan Raya. Saat ini mereka sedang berpatroli untuk mengawasi pergerakan para Wyvern. Makhluk-makhluk itu tidak jarang menyerang kami saat ada yang keluar dari area kuil."
Cassius mendengar penjelasan itu dengan tenang, pikirannya mulai menyusun gambaran tentang kelompok Draconian ini. Bagaimana mereka hidup, bagaimana mereka bertahan, dan bagaimana mereka saling bekerja sama di tengah kondisi yang penuh bahaya. Setelah mendengar perkenalan para Draconian, Mulgur akhirnya ikut angkat bicara.
“Kalau begitu, biar aku juga memperkenalkan diri," katanya dengan nada santai. "Namaku Mulgur. Mungkin sebagian dari kalian sudah bisa menebak siapa aku, jadi aku tidak akan bertele-tele. Sementara bocah ini bernama Cassius.” Ia melirik Jormund sejenak sebelum menambahkan, “Anggap saja.. aku dan bocah ini sebagai guru dan murid.”
Cassius melirik Mulgur sekilas, lalu mengalihkan pandangannya kembali ke para Draconian tanpa membantah.
Mulgur tertawa kecil. “Selebihnya, aku rasa kalian sudah bisa memahami situasi kami lewat pembicaraan tadi.”
Cassius, yang masih menyusun pemahamannya tentang para Draconian, akhirnya bertanya, "Jadi hanya ada tujuh dari kalian yang tinggal di tempat ini?"
Jormund mengangguk perlahan. “Jumlah kami memang sedikit, tapi untuk sekadar menjaga keseimbangan di tempat ini, itu sudah cukup.”
Namun, ekspresi sang Draconian tua itu sedikit berubah sebelum ia melanjutkan, “Dulu, jumlah kami lebih banyak. Tetapi dengan datangnya makhluk-makhluk itu… banyak dari kami kehilangan nyawa.”
Cassius mengerutkan kening. “Makhluk-makhluk itu? Maksudmu Wyvern dan yang lainnya?”
“Terutama Wyvern,” jawab Jormund. “Mereka sering menargetkan kami secara khusus.”
Cassius menyipitkan matanya, merasa ada sesuatu yang janggal. “Kenapa? Apa ada alasan tertentu mengapa mereka menyerang kalian?”
Jormund mendesah pelan. “Itu terjadi karena kebencian kaum Wyvern terhadap para naga.”
Cassius menunggu kelanjutan penjelasannya.
“Kami, para Draconian, memiliki perawakan yang menyerupai naga. Aura kami juga membawa sedikit jejak dari mereka. Namun bagi kaum Wyvern, itu sudah cukup menjadi alasan untuk menyerang kami. Mereka memandang kami sebagai naga yang lebih lemah, makhluk yang pantas dijadikan pelampiasan kebencian mereka.”
“Padahal, kami bukanlah naga. Kami hanyalah pengikut naga yang taat, menjunjung tinggi kekuatan mereka, dan ingin lebih dekat dengan dewa kami.” Vala menimpali, nada suaranya mengandung sedikit kegetiran.
Cassius terdiam sejenak, mencerna informasi itu. Wyvern membenci naga, dan kebencian itu mereka lampiaskan kepada para Draconian yang bahkan bukan naga sejati. Itu bukan sekadar konflik perebutan wilayah atau sumber daya, ini adalah kebencian yang sudah berakar sejak lama.
Mulgur mengusap jenggot akarnya dengan ekspresi yang sedikit serius, berbeda dari sikap jenakanya biasanya. "Dari semua hubungan antara naga dan sub-spesiesnya, hubungan dengan kaum Wyvern memang yang paling buruk," katanya sambil menghela napas pelan.
Cassius menyipitkan mata. "Tapi kenapa bisa seperti itu? Pasti ada penyebabnya bukan?"
Mulgur terkekeh pelan, matanya yang tersembunyi di balik alis tebalnya tampak berkilat. "Kalau kau ingin tahu lebih detail, tanyakan saja pada Jormund." Ia menoleh ke arah Draconian tua bertubuh kecil itu. "Tapi untuk saat ini, aku sarankan kau lebih baik fokus pada latihanmu dulu." Tambahnya sambil mengacungkan jari telunjuk.
Cassius menatap Mulgur sejenak, lalu mengangguk kecil. Ia tahu ada banyak hal yang harus dipelajari, dan semakin cepat ia beradaptasi, semakin besar peluangnya bertahan di dunia yang keras ini.
Mulgur lalu menoleh kembali ke Jormund. "Kalau bisa, aku ingin bocah ini lebih terbiasa dengan api. Bahkan kalau memungkinkan, ajari dia supaya setidaknya bisa tahan terhadapnya juga."
Jormund mengangkat lengannya yang bersisik dan memegang lututnya, matanya yang dalam seperti mengukur Cassius. Setelah beberapa saat, ia mengangguk perlahan. "Aku bisa mengajarinya... tapi itu bukan sesuatu yang bisa dikuasai dalam sehari. Dia harus belajar dasarnya lebih dulu."
Cassius menatap Jormund dengan mata penuh minat. "Aku tidak keberatan. Jadi kapan kita akan mulai?"
Jormund menggeram ringan. "Besok. Pagi-pagi setelah kau makan, kita akan mulai."
Cassius mengangguk mantap. Ia tidak tahu akan seberapa sulit pelatihan ini nantinya, tapi jika ingin bertahan dan berkembang, ia hanya punya satu pilihan yaitu terus maju kedepan
Mulgur tertawa kecil. “Jadi, sudah diputuskan, ya?” tanyanya, matanya memancarkan rasa penasaran.
Jormund mengangguk, sikapnya tenang namun penuh ketegasan. “Ya, sudah.”
Tanpa menunggu lama, Jormund menoleh ke arah Vala yang berdiri disampingnya. “Vala, kau temani Cassius berkeliling kuil ini. Tunjukkan padanya apa yang kita kerjakan di sini. Tunjukan juga semua bagian yang ada di kuil ini dan fungsinya, agar dia lebih paham.”
Vala mengangguk cepat, matanya tampak tajam, menunjukkan pribadinya yang cekatan dan sigap dalam menjalankan tugasnya. “Tentu, kepala pendeta” jawabnya singkat, lalu berbalik dan melangkah mendekati Cassius. “Kau bisa ikut aku setelah ini.” katanya tanpa basa-basi, langsung bersiap untuk memimpin.
Setelah itu, Jormund memandang ke arah Balmuth dan Nifrak yang masih berdiri tak jauh dari mereka. “Balmuth, Nifrak, lanjutkan pekerjaan kalian dengan buruan kalian.”