"Saya tidak merasa terjebak dengan pernikahan ini.Kamu tau,tak ada satu pun di dunia ini yang terjadi secara kebetulan.Semua atas kehendak Tuhan.Daun yang jatuh berguguran saja atas kehendak Tuhan.Apalagi pernikahan kita ini,terjadi atas kehendak-Nya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desnisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24
Salma memutuskan pergi ke rumah Erna yang berada di kampung atas.Erna adalah temannya waktu SD sampai SMP.Dia tau,Erna sudah tidak tinggal di rumahnya karna wanita itu telah menikah dan di bawa suaminya merantau.Sejak itu mereka sudah mulai jarang berkomunikasi.
Tapi ada Wulan adiknya Erna dan Salma juga dekat Wulan.
Mungkin Salma akan numpang menginap satu malam di rumah Erna.Untuk selanjutnya akan kemana akan dia pikirkan nanti.
"Eh teh Salma,masuk teh." Wulan kelihatan senang Salma berkunjung.
Setelah Salma salim dan menyapa kedua orang tuanya,Wulan mengajaknya ngobrol di kamar sambil selonjoran di ubin.
"Teh,ada lowongan kerja ga di Jakarta.Ulan mau merantau nih,bosan di kampung terus." Ujar Wulan sembari meletakkan segelas air di atas lantai untuk Salma.
"Mendingan kamu di kampung aja,Lan.Ada yang temani bapak sama emak.Ada yang masakin juga." Salma meneguk air yang di sediakan Wulan.
"Iya juga sih teh,kadang juga Ulan suka ga tega harus ninggalin mak sama bapak." Wajah Ulan kelihatan sedih.
"Palingan Ulan nunggu jodoh datang biar di bawa merantau kayak teh Erna." Kini wajah Ulan ada sedikit senyum,pandangannya jauh,mungkin membayangkan tambatan hatinya.
Tiba-tiba ponsel Wulan berdering,ternyata Erna yang telepon.Memang tadi Wulan sempat mengirim pesan pada Erna kalau ada Salma di rumah.
"Assalamualaikum teh,teteh sehat."
"Wa alaikumsalam,sehat dek."
"Putri sehat juga kan?"
"Iya sehat,mana Salma,teteh mau ngomong."
Wulan menyerahkan ponselnya pada Salma,dan beranjak ke dapur untuk menggoreng sisa adonan bala-bala yang tadi dia bikin.Sekalian memberikan waktu untuk Salma dan tetehnya ngobrol.
Setelah saling berkabar,Erna langsung menanyakan perihal Salma telah menikah.
"Sal,kata Ulan kamu sudah menikah ya sama orang Jakarta?"
"Iya,Na." Salma menceritakan yang sebenarnya pada Erna.Lambat tapi pasti obrolan mereka merambat ke mana-mana.
"Na,ada lowongan kerja ga di sana?"
"Kalau lowongan untuk bagian kantor kayak nya ga ada.Kalau di pabriknya sedang buka lowongan,Sal.Tapi masak iya kamu yang lulusan S1 mau jadi buruh pabrik." Sahut Erna.
"Ga apa-apa,Na.Yang penting kerja halal.Aku juga sekalian mau lihat Putri anak kamu."
"Panas di sini,Sal.Jauh lagi.Naik pesawat kurang lebih dua jam.Terus nyambung naik mobil kira-kira enam jam.Bisa tua di jalan.Takutnya nanti kamu ga betah."
"Di mana-mana sekarang sama panas,Na.Di Bogor aja sekarang panas.Tapi kamu betah tuh tinggal di rantau orang biar juga panas."
"Iya betah lah,kan bareng suami." Kedengaran suara ketawa Erna.Salma pun ikut tertawa.
"Ya sudah,kalau kamu benar serius mau ke sini nanti aku kirim alamatnya ya." Tambah Erna.
***
Keesokan paginya,Salma datang ke rumah kedua orang tuanya.Siapa tau aja bapak sama emak sudah tidak marah lagi.Mau minta maaf sekalian mengasih tau niatnya untuk pergi merantau.
Sepanjang jalan menuju rumah kedua orang tuanya,banyak warga yang menatap sinis pada Salma.Ada yang berbisik-bisik,bahkan ada yang terang-terangan menghujat dan mengejek.Ternyata Khabar kemarin telah menyebar.
Namun Salma tak memperdulikannya,karna memang dia tidak bersalah.
Tiba di depan rumah,tampak bapak keluar dari pintu samping dengan menggunakan baju ke sawah.
Bapak terlihat mematung melihat kedatangan putrinya.Salma mendekat,tersenyum dan mengambil tangan bapak untuk salim.Salma senang,bapak tak menolaknya.
"Emak mana pak?" Tanya Salma saat bapak mengajaknya ngobrol ke dalam.
"Emak lagi ke pasar." Jawab bapak seraya duduk di bangku ruang tamu.
Salma menceritakan kejadian sebenarnya pada bapak.
"Bapak mah percaya sama kamu neng,sabar aja,nanti biar bapak yang cerita sama emak."
Saat Salma mengutarakan niatnya untuk merantau,terdengar suara mak mengucapkan Salam.Ternyata mak datang dengan Sarah.
Salma berdiri untuk salim sama mak dan Sarah.Namun dengan melengos Sarah malah pergi ke dapur.
Emak menyembunyikan tangannya di belakang badannya saat Salma mau salim.
"Pergilah,kasian teteh kamu itu.Jangan pernah dulu menampakkan diri di depan teteh kamu..." Ujar mak pelan berusaha meredam rasa marahnya.Rasa marah mak semakin bertambah setelah Sarah menunjukkan foto yang di kirimkan Jujuk pada Emak.
Salma mengangguk paham dan pasrah dengan mata mulai mengembun.
"Mak,Salma mau merantau ke tempat Erna.Mohon doanya ya mak." Ujar Salma.
Emak terkejut,ingin mengucapkan sesuatu tapi tenggorokannya terasa tersekat.Selama ini belum pernah anak-anaknya merantau sampai menyebrang pulau.Paling jauh ke Jakarta.Bisa pulang ke Bogor tiap akhir pekan.Kalau sampai harus menyebrang pulau,pulang ke kampung bisa-bisa tunggu beberapa tahun.Seperti Erna,dari nikah sampai punya anak belum pernah pulang.Katanya ongkosnya mahal.
Melihat mak hanya diam,bapak yang menyahut." Pergilah,baik-baik di perantauan orang..." Suara bapak terdengar bergetar,matanya pun tampak mulai buram oleh air mata.
Sebelum pergi,Salma mencoba meraih tangan mak.Kali ini mak membiarkan tangannya di cium.
Bapak dan mak menatap tubuh Salma yang mulai menjauh dari rumah.Bahunya kelihatan berguncang,sepertinya gadis itu menangis di jalan.
Tak kuat menahan sedih,mak masuk ke dalam kamar untuk menumpahkan tangisnya.Tubuh tuanya tampak bergetar di atas kasur.Bapak masuk berusaha untuk menenangkan mak.
Sarah yang mendengar suara tangis mak dari dapur pun jadi ikut nangis.Sebenarnya dia tak tega membiarkan adiknya itu pergi merantau.Tapi membayangkan saat suaminya di goda oleh Salma,membuat rasa benci kembali menyeruak.Apalagi ada ceu Jujuk yang jadi saksi.Dan ceu Jujuk sempat-sempatnya mengabadikan lewat kamera ponselnya dan mengirimkannya pada Sarah.
Malam harinya,Salma menginap lagi di rumah Erna untuk mempersiapkan ke berangkatannya lusa.
Salma masih belum tidur padahal waktu telah jam dua belas malam.Di sebelahnya tampak Wulan sudah tertidur pulas.
Membayangkan dan merenungkan peristiwa yang telah menimpanya selama satu bulan ini.Terus saja peristiwa itu di ingatnya bolak-balik,sampai kepalanya jadi sakit.Salma sampai berpikir dosa apa dan kesalahan apa yang dia lakukan pada masa lalu.Perasaan hidupnya lurus-lurus saja,berada di koridor yang benar.Tapi mengapa Tuhan memberi cobaan bertubi-tubi.Tanpa ada seseorang yang menjadi support systemnya.
Alhasil,sampai azan subuh berkumandang matanya pun tak dapat di pejamkan sama sekali.