Ikuti setiap bab nya dan jangan lupa tinggalkan dukungannya ♥️
****
Anindira dan Anindita adalah saudari kembar yang terpisah sejak lahir. Keduanya memiliki nasib yang berbeda, Anindira sudah menikah tetapi dirinya selalu di sakiti oleh sang suami dan tidak mendapatkan kebahagiaannya. Sementara Anindita, dirinya hanya bisa menghamburkan uang dan angkuh.
Suatu hari, tanpa sengaja Anindita menggantikan peran Anindira. Dirinya masuk ke dalam kehidupan suami Anindira, dan tidak menyangka betapa hebat saudari kembarnya itu bisa hidup di tengah-tengah manusia Toxic.
Bagaimana kehidupan mereka selanjutnya?
SO STAY STUNE!
NO BOOM LIKE, BACA TERATUR DAN SEMOGA SUKA 😍🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 24 TWINS A
"Ibu," gumam Yuna tanpa sadar, dia tersenyum tipis melihat wanita paruh baya itu yang tak lain adalah Mely.
Deg
Mely menoleh ke sembarang arah, dia mencari sesuatu yang membuat hatinya gelisah.
"Mungkin hanya perasaanku saja, semoga tidak terjadi sesuatu dengan Anindira." ucap Mely pelan, memegang dadanya.
"Bu Mely!'' Teriak pemesan cake, melambaikan tangan ke arah Mely.
Setelah masuk ke dalam mobil, Yuna melajukan kendaraannya menuju ke cafe terdekat. Namun, baru saja beberapa meter melakukan perjalanan, tiba-tiba Yuna merasa mobilnya tidak seimbang. Wanita itu menginjak pedal rem, dia keluar dari mobil, mengecek sesuatu di luar sana.
"Sudah ku duga!" ketus Yuna kesal. Dia menendang ban mobil yang ternyata kempes.
"Sebelum aku pingsan karena kelaparan, sebaiknya sekarang aku pesan taksi online." Yuna membuka aplikasi Go-Jek, dia memesan taksi dan ojek. Mana yang sampai duluan, itulah yang akan dia pakai, begitulah pikirnya.
Yuna mondar-mandir di tempatnya saat ini, dia merasa gelisah karena cacing diperutnya sudah mulai demo. "Lihat saja nanti, aku akan beri bintang satu untuk mereka!"
****
Anindira merasa lelah dengan keadaan rumahtangganya saat ini. Bukan hanya mental yang rusak, tetapi juga fisiknya. Sungguh dia diperlakukan seperti binatang.
"Hiks, aku lelah." gumam Anindira, dia melihat ke sekeliling gudang. Mencari jalan keluar untuk kabur. "Jika aku tidak pergi dari rumah ini, bisa saja nyawaku melayang ditangan mereka. Tanpa rasa kasihan, mereka menyiksaku, memukuliku, dan tidak mau mendengarkan penjelasan apa pun dariku." lanjutnya. Anindira tidak memikirkan lagi tentang pernikahan yang baru seumur jagung, sekarang dia lebih mementingkan kewarasannya daripada pernikahan.
Anindira tersenyum lega, sepertinya Tuhan berpihak padanya. Dia berjalan tertatih menuju ke arah jendela, cukup tinggi membuat Anindira harus menyusun kayu dan kursi agar bisa menggapainya.
Beberapa menit kemudian, Anindira berhasil memanjat jendela, dia membukanya dengan sedikit kesusahan karena handle jendela sudah karatan.
"Akhirnya." ujar Anindira merasa bebas, dia berhasil membuka jendela.
Suara langkah kaki terdengar diluar sana, Anindira segera melompat sebelum Zuma melihatnya.
"Dira, aku—" Zuma yang kala itu membuka pintu gudang merasa kaget, karena tidak mendapati Anindira di dalam gudang.
"Kemana wanita itu?" Zuma pun merasa gelisah. ''Anin! Anindira!" teriaknya, mata Zuma terhenti di jendela, dia berteriak frustasi karena tidak memikirkan hal itu. "Aku mengira wanita itu tidak berani kabur! Tapi tidak, sekarang dia sudah pergi. Bagaimana ini? Jika wanita itu sampai mengadu ke orangtuanya, lalu melapor ke polisi, pasti kami bisa masuk penjara. Tidak! Itu tidak boleh terjadi. Aku harus menghubungi Daffa."
Di seberang sana, Daffa pun merasa khawatir dengan perkataan Mamanya. Kezia yang melihat perubahan wajah Daffa langsung menghampiri.
"Ada apa, Daffa?" tanya Kezia penasaran.
"Anin kabur. Dia pergi dari rumah setelah Mama memberinya hukuman dan mengurungnya di gudang."
"Lalu?"
"Ya aku harus segera mencarinya! Jangan sampai dia bertemu dengan orangtuanya, karena hal itu bisa membahayakan aku dan Mama." Daffa memikirkan sesuatu. "Kau bisa mengurus semuanya sendirian kan? Aku pergi dulu!''
Kezia mengangguk, Daffa pun pergi dari restoran.
Tiga puluh menit Daffa mencari Anindira, tetapi belum ada tanda-tanda keberadaan wanita itu. Bahkan Daffa sudah pergi kerumah orangtua Dira, dan dia tidak ada disana.
"Kemana perginya wanita sialan itu?" Daffa tetap fokus menyetir.
Dari kejauhan, pria itu melihat seseorang yang dia cari. Dirinya tersenyum lega, dan menancap gas. Mobilnya berhenti tepat di depan Ayuna yang sedang menunggu taksi online pesanannya. Tanpa menunggu lama, Yuna langsung masuk ke dalam mobil. Dia sudah sangat lapar dan tidak memikirkan apa pun lagi selain makanan.
'Akhirnya aku menemukanmu. Setelah ini, kau tidak akan bisa pergi kemanapun lagi, Anin.' batin Daffa menatap Yuna dari kaca. Pria itu bergegas melajukan mobilnya sebelum Anindira memberontak dan berubah pikiran.
BERSAMBUNG
mudah2 an mereka saling menerima 1 sama lainnya