Warning ⚠️ ini Novel 🌶️🙈
"Jangan pura-pura, Daniar! Aku tahu kamu masih cinta padaku," ujar Leonard, suaranya bergetar dengan gairah.
"Tolong Mas! Lepaskan aku, ini salah, aku tidak bisa melakukan ini. Aku sudah memiliki anak." Daniar berusaha kabur.
"Aku tidak peduli pada statusmu. Hanya kamu! Hanya kamu wanita yang aku inginkan!"
Cinta lama yang tak terlupakan, gairah yang tak terkendali. Leonard, mantan suaminya, kembali mengisi hidup Daniar. Kenyataannya mereka masih sama-sama saling cinta. Apakah Daniar akan memilih cinta lama atau mempertahankan pernikahan keduanya?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noona Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
"Aku tidak tahu apa yang kamu maksud, Calista. Jangan suka membicarakan hal tidak penting." Leonard kesal dan berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan.
Tapi Calista tidak mau menyerah. Dia terus memandang Leonard dengan mata yang tajam dan tersenyum menggoda, membuat Daniar semakin cemberut dan tidak nyaman. "Itu adalah malam yang sangat panjang, ya kan, Bos. Saya masih ingat betul, Anda sangat menikmatinya dan ingin lebih...."
Lagi-lagi Calista sengaja tak melanjutkan, membiarkan atmosfer penuh ketegangan menggantung di udara. Daniar memandang Calista dengan marah, sementara Leonard hanya diam dengan wajah gelisah.
Tidak bisa menahan rasa ingin tahunya lagi, akhirnya Daniar bertanya, "Apa yang terjadi malam itu, ceritakan!" Calista menoleh pada Daniar, ia pun tersenyum puas, sudah berhasil memancing emosi Daniar.
"Oh, bukan apa-apa, hanya pekerjaan yang menuntut kami untuk lembur. Tuan Leon kelelahan, lalu saya tawarkan untuk memijat pundaknya, Tuan Leon bilang pijitan saya mengurangi rasa lelah dan menyuruh saya melanjutkan," ujarnya dengan senyum yang sangat memikat.
Leonard panik melihat ekspresi Daniar berubah drastis, terlihat kalau istrinya sangat cemburu dan menaruh curiga terhadapnya. "Honey, jangan salah paham, ini hanya soal pekerjaan. Tidak ada yang perlu dipikirkan lebih jauh lagi," katanya sambil meraih tangan sang istri, berharap dapat menenangkan hatinya.
"Dia memijat pundakmu!? Dan kamu suka!" geram Daniar, kali ini menatap Leonard dengan mata yang penuh kecurigaan.
"Iya, hanya sebatas itu saja, waktu itu juga ada karyawan lain di ruanganku, kamu bisa tanyakan pada mereka besok." Leonard mencoba meyakinkan istrinya agar tidak berpikir macam-macam.
"Apa saya salah jika saya mau memijit pundak atasanku? Aku merasa tidak tega melihat Tuan Leon yang kelelahan akibat pekerjaan yang menumpuk, jadi saya bantu meringankan bebannya, walaupun harus menguras tenagaku malam itu," seru Calista dengan nada menantang
"Tenang saja, Daniar, aku rasa kamu tidak perlu curiga pada Calista, dia adalah orang yang ku pilih untuk membantu putraku bekerja, tidak heran kalau dalam sebulan ini mereka jadi akrab. Leonard juga selalu memuji hasil pekerjaannya." James menambahkan.
Daniar memandang James dengan mata yang skeptis, tapi James tidak peduli. Dia terus membela Calista dan mencoba untuk mengalihkan perhatian Daniar dari rasa curiganya.
Akhirnya Leonard mengalihkan topik pembicaraan, "Ekhem! Sudah jangan bahas lagi soal lembur! Hal itu tidaklah penting." Kalimat itu membuat suasana semakin canggung. Daniar terdiam, namun dalam hati, dia makin mencurigai hubungan antara suami dan Calista.
Acara makan malam di mulai, dua orang koki datang membawa dua troli yang berisi hidangan utama. Sebuah piring besar menampilkan ayam turkey utuh yang berwarna cokelat, dikelilingi oleh sayuran segar. Salah satu koki menuangkan cairan bening ke atas ayam, lalu menyalakan pemantik api.
Sebuah api kecil muncul, membakar daging ayam turkey dengan sempurna. Api yang lembut itu membungkus daging, membuatnya berwarna kecoklatan dan mengeluarkan aroma yang menggugah selera. Bau daging yang matang dan aroma rempah-rempah yang digunakan membuat perut bergemuruh.
Setelah api padam, sang koki langsung memotong-motong ayam dengan gerakan yang terampil. Daging ayam yang masih panas itu dipotong menjadi irisan-irisan, membuatnya terlihat lebih lezat.
Sang koki kemudian menyajikannya di atas piring berwarna putih, lengkap dengan kondimennya.
James tersenyum puas, "Ah, hidangan malam ini benar-benar luar biasa." Matanya memandang hidangan yang menggugah selera.
Kemudian ia memandang Calista yang duduk di sebelahnya, "Calista, kamu benar-benar hebat, pilihanmu tepat. Ini adalah hidangan malam yang sempurna." James kembali memuji Calista.
"Terima kasih, Bos. Saya memilih hidangan ini, karena saya tahu ini makanan kesukaan tuan Leonard." ucap Calista, tersenyum bangga.
Ucapan Calista membuat Daniar merasa terpojok. Terlihat jelas hubungan Calista dan suaminya sedekat apa, bahkan bisa sampai tahu makanan kesukaan Leonard. Daniar benar-benar merasa kesal dan cemburu, dia menggenggam pisau makan dengan begitu erat.
"Tahan-tahan, tahan Daniar! Kalau saja aku hanya berduaan dengan si centil ini, sudah ku jambak rambutnya sampai botak!" batin Daniar, mencoba menahan amarahnya. Tapi tidak ingin menunjukkan perasaannya didepan suami dan mertuanya.
"Saya harap Tuan Leon, juga puas dengan hidangan malam ini," ujar Calista dengan nada yang manis.
Leonard mengangguk dan memandang Calista, "Ya, hidangan malam ini benar-benar lezat. Sesuai harapanku, kamu selalu bisa diandalkan."
Daniar mengerutkan dahi, merasa bahwa suaminya terlalu memuji Calista, hatinya semakin terbakar rasa curiga.
Selesai menyantap hidangan utama, sang koki menyajikan menu penutup, berupa panna cotta with raspberry sorbet, disajikan diatas piring hitam.
"Ini enak sekali," seru James dengan riang.
"Yah, bisa dinikmati," ujar Leonard singkat.
"Syukurlah, Nak, kalau kamu suka dengan menu makan malam ini. Tapi ada apa dengan istrimu? Raut wajahnya seperti orang sakit ya? Apa makanan mahal yang disajikan tadi kurang cocok di lidahnya?" tanya James dengan nada meledek.
James memandang menantunya dengan senyum sinis, seolah-olah dia sedang menikmati situasi yang tidak nyaman ini. Nada suaranya penuh cemooh, membuat Daniar merasa semakin tidak nyaman. tanya James dengan nada mengejek.
Daniar langsung menepis anggapan mertuanya. "Tidak ayah! Aku justru sangat menikmati makan malam ini, benar-benar lezat." Daniar memaksa senyum, tidak ingin menunjukkan kekesalannya.
Selesai menikmati dessert, Calista berdiri dan memilih wine untuk mereka menikmati bersama.
"Calista, tolong tuangkan wine ke gelas Leonard dan Daniar," perintah James.
Calista mengangguk, ia pun berjalan mendekati Leonard, menuangkan wine ke gelasnya dengan gerakan lembut.
Calista sedikit menundukkan tubuhnya, sengaja memperlihatkan belahan dadanya, hal itu membuat Leonard menelan kasar salivanya.
Ia juga sengaja menuangkan wine ke gelas Leonard dengan gerakan lambat, lalu dengan berani memandangi wajah Leonard yang tampan. Hal itu membuat hati Leonard berdebar tidak nyaman, entah karena rasa tertarik atau ada hal lain.
Sungguh pemandangan yang memuakkan, Daniar langsung menyindir Calista, "Hei! Apa butuh waktu setahun untuk menuangkan wine ke gelas suamiku!" pekik Daniar, kesabarannya sudah habis.
.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️
**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**