Revan Alfredo harus menikah dengan Bella Amanda, gadis yang di pilihkan oleh keluarganya agar mendapatkan warisan.
Demi menutupi hubungan Revan dengan kekasihnya di depan semua orang, Revan terpaksa menyetujui perjodohan itu dan menjadikannya Bella sebagai tamengnya.
Sehari setelah pernikahan, Revan melemparkan kontrak pada Bella.
"Oke, aku setuju dengan persyaratan itu, tapi aku juga memiliki persyaratan!" ucap Bella
"Apa?" tanya Revan.
"Aku minta kamu tf ke rekeningku 1 triliun diluar dari nafkah yang seharusnya kamu berikan, deal, aku akan tanda tangan!" tantang Bella, tentu dia tidak akan membuat kekasih gelap Revan bersenang-senang dengan uang suaminya.
Apakah Revan akan memberikan apa yang di minta Bella?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Navizaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bimbang
Happy Reading.
Revan menghampiri Bella yang sedang berada di dapur, pria itu berpura-pura mengambil minum sambil melirik sang istri yang sedang asyik mengoleskan selai kacang ke atas rotinya.
"Eghem!"
Bella hanya melirik Revan sekilas tanpa terganggu dengan kehadirannya, gadis itu memakan rotinya dengan lahap tanpa memperdulikan Revan sekarang tengah menatapnya.
"Hari ini aku mau ke Amerika, sama Viona, mungkin bisa sebulan, dua bulan atau lebih, karena harus mengurusi kantor milik Kakek yang terkena masalah," tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba Revan mengatakan hal itu kepada Bella.
"Terserah," jawab Bella sambil mengedikkan bahunya.
Revan hanya bisa menghela nafas, Bella sejak dulu memang sangat dingin, karena itulah pria itu tidak menyukainya.
"Kenapa cuma itu jawabannya?" tanya Revan kesal dengan sikap Bella.
Gadis itu kali ini benar-benar menatap Revan dengan tatapan yang jengah, "terus aku harus jawab apa? jawab kalau kamu harus hati-hati di sana, ataukah 'kenapa kamu harus membawa Viona' seperti itu?"
"Ya, setidaknya seperti itu," Revan meletakkan gelas yang dia bawa.
Kemudian mengambil roti tawar yang ada di depan Bella, Revan menyodorkan roti itu kepada istrinya, "tolong dikasih selai dong, aku lagi males nih!" kali ini Bella benar-benar memutar bola matanya.
Kenapa sikap Revan sekarang jadi seperti ini? bukankah biasanya dia itu selalu cuek dan tidak pernah terpengaruh dengan adanya Bella di rumah ini?
"Kenapa? kamu nggak mau? orang cuma minta diolesin selai doang kok, gitu aja nggak mau!" cibir Revan.
Daripada nanti terjadi keributan akhirnya Bella mengambil roti dari tangan Revan dan mengoleskan selai untuk suaminya.
Revan tersenyum tipis dan bisa dipastikan Bella tidak bisa melihatnya.
Tapi entah kenapa ada rasa yang menghangat di sudut hati pria itu ketika menatap Bella yang sedang mengoles selai dengan teliti, bahkan sampai tidak ada sudut yang tidak terkena selai itu.
'Hah, aku ini kenapa, bukankah seharusnya aku tidak peduli dengan wanita ini!'
Revan langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain agar tidak terus menatap wajah Bella.
****
Revan dan Viona sudah sampai di USA tepatnya di kota Los Angeles, mereka langsung menuju ke apartemen pribadi milik Revan.
Viona merasa sangat antusias sejak dari Jakarta, sedari tadi dia selalu tersenyum lebar menampilkan deretan gigi putihnya dan juga wajah yang ceria, tentu saja dia merasa sangat bahagia karena memiliki kekasih seperti Revan, pria super kaya dan juga pewaris satu-satunya Alfa group.
Namun berbeda dengan reaksi Revan sejak keberangkatannya dari Jakarta menuju Los Angeles. Pria itu hanya menampilkan wajah yang datar sedatar papan tulis.
Mood-nya juga tidak terlalu bagus, entah kenapa Revan merasa kehilangan semangatnya ketika dia diacuhkan oleh istrinya saat dia akan berpamitan pada Bella.
Revan merasa harga dirinya jatuh, padahal dia sudah mati-matian berusaha mengendalikan dirinya agar tidak emosional di hadapan Bella.
Mengetahui sikap Bella yang masih cuek, seketika mood Revan benar-benar anjlok, meskipun begitu Viona sama sekali tidak menyadari perubahan dari sikap Revan itu.
Yang terpenting adalah semua keinginan Viona akan selalu dituruti oleh Revan tanpa memperdulikan bagaimana perasaan Revan yang saat ini benar-benar sudah terlihat datar dan jelek.
Keduanya sudah sampai ke apartemen dan segera masuk ke dalam, Viona langsung berjalan ke arah kamar di lantai 2 yang memiliki luas paling besar dari kamar-kamar yang ada di apartemen ini.
Ada 4 kamar di apartemen Revan yang memang lumayan besar, tapi kamar pria itu adalah kamar yang paling besar dan berada di lantai 2, yang sekarang sudah di masuki oleh kekasihnya.
Viona terlihat masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri, Revan hanya mendudukkan tubuhnya di sofa besar yang ada di kamar itu.
Pria itu memejamkan mata, tiba-tiba sekilas bayangan Bella hadir di pelupuk matanya.
"Ah aku ngantuk capek mau tidur dulu sayang, nanti bangunin aku 2 jam dari sekarang, ya" ucap Viona setelah keluar dari kamar mandi dan berganti pakaian.
Revan tidak menjawab dan hanya menatap kekasihnya itu tanpa minat.
Entah kenapa lama-lama melihat sikap Viona yang seperti itu membuat Revan jengah sendiri.
'benar-benar tidak menarik!'
Bersambung
aku mau baca thour