menceritakan tentang seorang gadis mantan penari ballet yang mencari tahu penyebab kematian sang sahabat soo young artis papan atas korea selatan. Hingga suatu ketika ia malah terjebak rumor kencan dengan idol ternama. bagaimana kisah mereka, yukkk langsung baca saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon venn075, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Kembali ke malam pertemuan keduanya.
Malam itu, suasana di kediaman pribadi Cassi dipenuhi keheningan yang berat. Hanya suara detik jam di dinding yang terdengar samar, seolah memberi ruang bagi dua orang di ruangan itu untuk saling mengukur keberanian masing-masing.
Jihoon duduk santai di sofa, pandangannya tajam mengarah pada Cassi yang berdiri tak jauh darinya. Senyum tipis terukir di sudut bibir pria itu, menunjukkan ketenangan sekaligus tantangan.
"Kalau kita jalankan rencana ini… tidak akan ada jalan mundur, Cassi," ucap Jihoon pelan. "Media akan benar-benar percaya bahwa kau dan aku… pasangan."
Cassi menarik napas dalam, menatap pria itu tanpa gentar. "Apa menurutmu ini keputusan yang tepat?"
Jihoon mengangkat bahu. "Tidak ada yang benar-benar tepat dalam permainan seperti ini. Tapi… setidaknya kita bisa kendalikan alur permainan. Bukankah itu lebih baik daripada terus bersembunyi?"
Cassi terdiam sejenak, lalu melangkah mendekat. "Dan jika aku menyesal di tengah jalan?"
Jihoon menatapnya, kali ini lebih serius. "Kau bisa berhenti kapan saja. Tapi saat itu terjadi, aku tidak akan melepaskanmu semudah itu."
Senyuman tipis terbit di wajah Cassi. Lalu, tanpa diduga, ia bergerak cepat. Dalam sekejap tubuhnya sudah berada di atas Jihoon, satu tangan bertumpu di sandaran sofa, wajahnya sangat dekat hingga napas keduanya beradu di udara yang kini terasa lebih berat.
Jihoon terdiam, kaget dengan keberanian Cassi. Namun sebelum sempat membuka mulut, Cassi berbisik pelan, senyumnya terukir jelas.
"Ternyata… begini rupa pria yang diam-diam dikagumi oleh sahabatku…" ucapnya dingin namun terdengar sangat berani.
Jihoon terkekeh pelan, matanya menatap Cassi dengan penuh minat. "Kau berbahaya, Cassi… sangat berbahaya."
Cassi perlahan menarik diri, namun sorot matanya masih mengunci Jihoon. "Kau yang mulai, Jihoon… Aku hanya memastikan siapa yang benar-benar sedang bermain di sini."
---
Malam itu, di tengah padatnya jadwal kerja, Cassi menyempatkan diri menghubungi kedua orang tuanya yang berada di London. Suara sang ibu, Kang Nara, terdengar cemas di seberang telepon, sementara Erland Mattew Seaggel hanya diam, mendengarkan dengan seksama.
"Cassi… Apa kau baik-baik saja? Kami melihat berita itu… Semua orang membicarakanmu dan Jihoon. Apa kau benar-benar terlibat sejauh ini?" suara Kang Nara terdengar khawatir.
Cassi menarik napas panjang sebelum menjawab, berusaha menenangkan sang ibu. "Mom… Dad… Kalian tidak perlu khawatir. Aku masih bisa mengendalikan semuanya. Berita itu memang besar, tapi aku tahu apa yang harus kulakukan."
Erland akhirnya angkat suara, suaranya tegas namun tetap menunjukkan sisi sebagai seorang ayah. "Jika keadaan mulai sulit, Cassi… jangan ragu hubungi Daddy. Aku akan turun tangan jika diperlukan."
Cassi terdiam sesaat sebelum mengangguk kecil, meski mereka tak bisa melihatnya. "Aku tahu, daddy… Tapi untuk saat ini, biarkan aku menanganinya sendiri. Aku ingin mencoba menyelesaikan ini dengan caraku. Tapi… kalau aku kesulitan… aku janji, aku akan minta bantuan daddy."
Kang Nara menghela napas lega mendengar keyakinan putrinya. "Baiklah… Tapi ingat, kami selalu ada di pihakmu, Cassi."
Senyum tipis terukir di wajah Cassi. "Terima kasih, mommy… daddy. Aku akan baik-baik saja."
---
Sama seperti keadaan cassi, jihoon pun mendapat telpon dari ibunya. Jihoon yang duduk sendirian di ruang kerjanya, menatap layar ponsel yang menampilkan panggilan dari ibunya di Amerika. Setelah beberapa detik ragu, akhirnya ia mengangkat.
Suara lembut sang ibu terdengar dari seberang, namun jelas membawa kekhawatiran yang tak mampu disembunyikan. "Jihoon… Ibu melihat berita-berita itu. Apa yang sebenarnya kau lakukan? Kau tahu ini bukan hal kecil… Kenapa harus terlibat sejauh ini?"
Jihoon terdiam sejenak, menatap kosong ke arah jendela yang gelap. "Ibu… Aku tahu apa yang kulakukan. Ini memang keputusanku."
"Tapi… semua ini bisa menghancurkanmu. Kariermu, reputasimu… Apa kau benar-benar siap menghadapi semua kemungkinan terburuk?" suara sang ibu mulai bergetar, menahan rasa cemas yang memuncak.
Jihoon tersenyum tipis meski tak terlihat oleh ibunya. "Ibu, aku sudah memikirkan ini matang-matang. Aku tidak mungkin melangkah sejauh ini kalau aku tidak siap. Aku tahu risikonya… tapi aku tidak akan lari."
"Kau selalu keras kepala, Jihoon…" ucap ibunya lirih. "Tapi ingat, Ibu selalu di pihakmu. Jika semua ini terlalu berat… pulanglah. Jangan lawan semuanya sendirian."
Jihoon menutup matanya sejenak, lalu menjawab pelan namun tegas, "Terima kasih, Ibu… Tapi kali ini, biarkan aku hadapi semuanya. Aku akan baik-baik saja."
---
Di sudut ruangan gelap sebuah apartemen sewaan, pria itu duduk gelisah, menatap layar ponselnya yang terus menampilkan berita-berita terbaru tentang Cassi dan Jihoon. Tatapan matanya dingin dan penuh amarah. Ia tidak menyangka, justru di saat ia berharap rumor itu akan menghancurkan keduanya, Cassi dan Jihoon malah memilih membenarkan spekulasi publik.
“Bodoh… Apa yang mereka pikirkan?” gumamnya lirih, rahangnya mengeras menahan emosi.
Rencana yang telah disusunnya selama ini perlahan terasa sia-sia. Alih-alih memicu keretakan dan ketakutan, kedekatan itu justru membuat keduanya semakin kuat di hadapan publik. Media mulai berbalik, menjadikan hubungan mereka sebagai kisah romansa yang dinantikan, bukan skandal seperti yang ia rencanakan.
Keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. Ia tahu, jika situasi terus berkembang seperti ini, cengkeramannya akan melemah. Rahasia yang selama ini ia simpan rapat pun terancam terbongkar.
Pria itu meremas ponselnya dengan erat, matanya memerah menahan amarah. "Tidak… Aku tidak akan membiarkan ini berakhir begitu saja," desisnya.
Lalu, dengan suara rendah dan penuh obsesi, ia bergumam, seolah menyampaikan pesan ke udara, "Baik Cassi… maupun Soo Young… mereka milikku. Sejak awal, sampai mati pun… hanya milikku."
Senyuman tipis namun menyeramkan terukir di wajahnya, menandakan ia tidak akan berhenti di sini.
---
Pagi itu, media hiburan dan portal berita di Korea Selatan kembali dipenuhi dengan tajuk besar tentang hubungan Jihoon dan Cassi. Kali ini, spekulasi semakin liar setelah netizen menyadari sebuah kebetulan yang terlalu sempurna untuk dianggap sekadar kebetulan.
Berita-berita bertebaran di layar gawai masyarakat, menyoroti unggahan Instagram keduanya yang muncul hampir bersamaan—hanya berselisih beberapa menit saja. Jihoon mengunggah potret senja di tepi jendela dengan caption singkat, “Some moments are meant to stay between us.” Sementara di waktu yang hampir bersamaan, Cassi mengunggah foto punggung seseorang yang sedang berdiri di tepi jendela, dengan kalimat, “Even from afar, the silence feels familiar.”
Spekulasi pun meledak di kolom komentar dan forum-forum online. Media mulai membangun narasi baru—mungkinkah mereka sedang berada di tempat yang sama? Ataukah ini bentuk komunikasi tersirat di tengah derasnya sorotan publik?
Tagar #JihoonCassiRelationship dan #HiddenMessages merajai trending topic dalam hitungan jam. Para analis hiburan mulai memecahkan makna setiap kata, setiap sudut gambar, seolah mencari celah kecil yang bisa membuktikan dugaan publik.
Untuk pertama kalinya, bahkan media yang sebelumnya ragu, kini menulis, “Mungkinkah keduanya sudah tak lagi bersembunyi?”