Dengan kebesaran hati seorang wanita muda bernama ( Azalea 26 tahun ) yang rela menggantikan posisi adik nya sebagai pengantin di hari itu.
Ternyata kebaikan hati Azalea di balas kebencian oleh pengantin lelaki (Arta 32 tahun ) yang sudah sah menjadi suami nya itu.
Sampai di titik itu, dimana Arta sadar bahwa Azalea lah yang terbaik. Tapi apakah Azalea masih mau bersatu dengan Arta ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita Biasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24.
Bima pun menyepakati apa yang di rencanakan oleh Levi, sampai rencana melenyapkan Yoga pun berjalan dengan baik.
"Kenapa Ibu memilih menikah lagi ? Padahal tanah kuburan Ayah saja belum sepenuhnya kering Bu. " Arta yang saat itu sudah dewasa pernah melarang ibunya untuk menikah lagi.
Namun karna menikah dengan Bima adalah tujuannya, Levi tidak mau mendengarkan anaknya. Pernikahan pun terselenggarakan. Arta sempat emosi namun ia mencoba meredamnya lagi.
Hukum tabur tuai itu sangat berlaku dalam kehidupan, alih-alih Levi ingin bahagia bersama Bima dan kedua anaknya. Bima malah ingin menyingkirkan Levi dan menikahi wanita yang sangat ia cintai.
Atala yang waktu itu belum cukup mahir dalam berkendara, memaksa ibunya untuk ikut berjalan-jalan bersamanya. Arta tidak tahu menahu kalau mobil itu sudah di sabotase sebelumnya.
Mobil yang di kemudikan Atala dan Ny. Levi mengalami kecelakaan sehingga mengakibatkan Levi meninggal di tempat kejadian. Sementara Atala menderita cidera di kepalanya. Atala sempat kehilangan ingatan, oleh sebab itu Atala mengira jika wanita yang berada di samping ayahnya pasca Levi meninggal itu adalah Ibu kandungnya.
Arta yang sempat ingin berdamai dengan keadaan membuatnya kecewa, alih-alih ia ingin berbaik hati pada Ayah tirinya itu ia malah tetap berambisi untuk menguasai semuanya. Sampai pada akhirnya Ayah tiri Arta pun merencanakan untuk menikahkan Arta.
Arta di nikahkan karna mereka tahu Arta adalah laki-laki yang tidak akan memiliki keturunan, tes nya pun sudah terang-terangan di berikan oleh pihak rumah sakit.
Walaupun begitu Arta merasa santai dengan vonis yang ia dapatkan, Jika saja Arta laki-laki normal mungkin mereka tidak akan menikahkan Arta. Mereka tidak mau Arta mempunyai keturunan karna nanti akan mempersulit posisi mereka.
Flash back Off.
Jeruk peras itu pun di lahap oleh Lea, sampai pada akhirnya Ibu mertua Lea dan Atala menghampiri Lea.
Sebut saja namanya Ibu Ajeng. Ibu Ajeng adalah wanita yang dicintai Bima.
"Kamu seperti wanita hamil saja ! " Ucap Ibu Ajeng dengan santai sambil meneguk segelas air putih.
"Mana mungkin dia hamil Bu, Arta kan mandul. " Cerca Atala dengan renyahnya.
Seketika Lea mengehentikan aktifitas mengunyahnya, ingin rasanya ia layangkan pisau yang ada di hadapannya pada kedua orang itu. Namun Lea masih sadar dan waras.
"Kamu benar Nak, Ibu sampai lupa jika Arta mandul. Kasihan juga ya nasibnya. "
Atala Hana menganggukkan kepalanya saja.
"Bagaimana mungkin Mas Arta mandul, sementara janin yang ada di rahimku adalah benih dari Mas Arta. " Batin Lea yang menjadi penasaran.
Keduanya memperhatikan gelagat Lea,
"Oekkk ... Kenapa jeruk nya menjadi terasa pahit sekarang ? " mungkin suasana rumahan ini berubah-ubah cuacanya.
Lea pun memilih untuk membuang sisa jeruk peras itu, meskipun ia sangat menyayangkan itu.
"Sialan, menantu tak tahu diri. " Cerca Ibu Ajeng.
Lea pun memilih untuk kembali ke kamarnya, ia mencoba mencari tahu tentang kepribadian Arta. Lea memeriksa tahap demi tahap tempat pakaian Arta. Namun ia tidak mendapatkan apa yang dia inginkan.
"Mungkin aku harus menanyakan hal ini langsung padanya. " Gumam Lea, memilih untuk menunggu Arta pulang saja.
Saat ia menunggu rasanya waktu begitu lama sekali, Lea mengambil benda pipih. Ia meminta ijin pada Arta untuk kelar kamar. Namun Arta tak mengijinkannya.
Hubungan pesan singkat itu beralih ke sambungan Vidio Call.
"Mau apa kamu keluar kamar ? "
"Ada sesuatu yang ingin aku beli. "
"Katakan saja apa itu ? Biar aku yang membelinya. "
"Yakin ? "
"hmm ... "
tanpa pikir panjang Lea memutar otaknya agar mengetahui apa yang dia inginkan.
"Mas aku mau bakso, kangen pake saus jangan pake kecap. Sambel nya super pedas kasih jeruk peras juga. Toge nya mentah ya Mas. "
Arta mengernyitkan dahinya. " Ribet amat ? "
"Ya sudah aku keluar saja. "
"Ok ... Ok ... Ok, ada lagi ? "
"Mas aku mau buah Sirsak yang matang dari pohonnya. "
"Hah ... jangan mengerjai ku, itu sangat sulit. Beli saja sirsak ada di supermarket, rasanya sama saja kok. "
"Terimakasih ya mas, aku tunggu. "
Sambungan vidio call itu pun terputus.
"Sial, ada-ada saja ! mana mungkin aku menemukan sirsak yang matang dari pohonnya. "
Arta beranjak dari duduknya, memanggil Roy, " Siap Bos, mau kemana kita ? "
"Cari buah sirsak yang Matak dari pohonnya, "
"Yang benar saja Bos, ini jakarta bukan perkampungan. "
"Saya tidak mau tahu, ayo kita cari. "
Roy hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.
"Sebentar Bos. " Roy menghampiri salah satu staf, ia ingat jika Rani mempunyai Ayah yang suka berkebun.
"Ran ? "
"Iya Pak ? "
"Apa di kebun bapak mu ada pohon Sirsak ? "
Rani berpikir keras, " Ada. Tapi untuk apa Pak ? "
"Tidak, ya sudah terimakasih. "
Roy pun menginjak pedal gas kendaraan yang akan ia kenakan.
"Kemana Roy ? "
"Lah kata Bos cari buah Sirsak yang Matak dari pohonnya. "
"Iya tapi kemana kita harus mencarinya ? "
"Kita coba ke kebun Ayahnya Rani Bos. "
Sesampainya di sana Roy mencari keberadaan laki-laki paruh Aya yang tak lain adalah Ayah Rani.
"Sirsak ? Ada ... Tapi bapak tidak membawa alat untuk mengambilnya. "
"Tidak apa-apa Pak, nanti saya manjat saja. "
"Yakin ? ada sarang lebahnya. "
Roy bergidik ngeri.
Roy memberikan kabar baik pada bosnya, ia pun berinisiatif mengerjai bos nya. " Kapan lagi iya kan ? "
"Bos, itu ada Sirsak Matak tapi Bos harus memanjatnya. Aku tidak mungkin memanjatnya. Bos tahu sendiri saya fobia ketinggian . "
"Ya sudah-sudah, jongkok kamu. Biar saya naik ke pundak kamu. "
Roy lebih memilih membopong tubuh Arta, dari pada ia yang harus memanjat.
"Aaaaaa .... Sial, saya di sengat lebah Roy. Cepat-cepat turunkan saya ! " Arta merasakan sakit di bagian hidungnya.
Sementara Roy sekuat tenaga menahan rasa ingin tertawanya.
"Lagian Ada-ada saja sih Bos, apa mungkin Ibu Lea ngidam ? "
Arta seketika memikirkan ucapan Roy, namun Roy yang tahu Arta mandul langsung merasa tidak enak.
"Ma-maaf Bos saya tidak bermaksud. "
"Sudah-sudah, cepat Ambil kan kompresan. "
Roy pun langsung mengambil apa yang di inginkan oleh Atasannya.