Proses Revisi. Disarankan jangan membaca dulu.
Alur VERY++++ Slow.
KARYA INI TERISNPIRASI DARI NOVEL KING OF GODS, KARYA FAST FOOD RESTAURANT
Weng Lou merupakan seorang anggota Klan Keluarga Weng yang berasal dari keluarga cabang. Dia berhasil masuk kedalam Keluarga Utama setelah berlatih dengan sangat keras dan menjadi seorang jenius berbakat didesanya.
Namun, dirinya yang merupakan jenius di keluarga cabangnya bukanlah siapa-siapa di keluarga utama. Banyak sekali jenius beladiri yang berasal dari keluarga utama. Namun meski begitu, ia tetap berlatih dengan keras agar tidak tertinggal dari yang lain.
Hingga suatu malam, dia mengalami kejadian aneh, dan berakhir dengan dirinya mendapatkan sebuah kitab. Kitab yang membuat kehidupannya berubah. Dari seorang pecundang, menjadi seorang jenius .
Nama kitab itu adalah "Kitab Keabadian". Dan dengan kitab itu, ia akan menuju 'Keabadian'.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noviant Juan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 27. Rencana Weng Lou
Ayah Weng Lou dan Tuan Gong memilih bercakap-cakap sambil berjalan-jalan mengelilingi Desa Sungai Biru, membiacarakan masa lalu mereka, serta apa saja yang mereka lalui selama mereka tidak bertemu.
Kakek Mu dan para anggotanya telah kembali karena perdagangannya dengan ayah Weng Lou telah selesai saat Tuan Gong datang kerumah Weng Lou.
Dirinya juga membeli setengah dari daging binatang buas yang Weng Lou dan ayahnya kumpulkan, dan tentu saja, daging dari Beruang Iblis Hitam dibeli semuanya oleh dia
"Lou, apa rencanamu untuk mengejar para jenius di keluarga utama? Kau tau dengan cara biasa kita tak akan bisa mengejar mereka bukan?" Weng Wan bertanya kepada Weng Lou yang sedang berbaring dibawah pohon yang rindang, menikmati ketenangan yang ia rindukan.
Setelah Weng Lou dan yang lainnya makan, mereka mencari lokasi favorit lama mereka sewaktu masih tinggal Desa Sungai Biru.
Sebenarnya ini adalah ajakan dari Weng Lou, karena dia bilang ingin membicarakan sesuatu yang penting dengan Weng Wan dan Weng Hua.
Weng Lou juga membawa peti kecil yang ia bawa sebelumnya dari Kota Bintang Putih. Ya, isi peti itu adalah berbagai sumber daya latihan yang telah Weng Lou beli dua hari yang lalu.
"Kau tenang saja, aku memiliki segala sesuatu yang diperlukan untuk menunjukkan pada para anak manja keluarga utama bahwa kita yang selalu berlatih keras dan tak pernah mengandalkan orang tua kita adalah yang terbaik di keluarga utama Weng." Jawab Weng Lou santai.
"Kau begitu percaya diri, memangnya ada yang bisa membuat kita mengejar mereka? Sumber daya latihan? Lupakan, bahkan membeli obat penguat pondasi tubuh saja aku tak memiliki uang untuk membelinya."
Weng Lou tak menjawab, melainkan mengambil peti yang ia bawa dan membukanya dihadapan mereka berdua.
Nafas Weng Wan dan Weng Hua tertahan begitu melihat isi dari peti itu yang merupakan berbagai macam sumber daya.
"I..ini..ini semua merupakan sumber daya latihan?" Weng Wan bertanya sambil menunjuk kepeti itu dengan tangan dan tubuh yang gemetran.
Weng Lou mengangguk menanggapi pertanyaan Wwng Wan.
Weng Hua disisi lain matanya tampak begitu bercahaya, seakan-akan telah melihat harta karun yang sesungguhnya. Namun hal itu tak bertahan lama, dia melihat Weng Lou dengan tatapan tak percaya.
"Dari mana kau dapatkan semua sumber daya ini?" Weng Hua mengambil sebungkus obat bubuk dari dalam peti dan memperhatikannya dengan sek*ama.
"Dari uang hasil berburu tentunya." jawab Weng Lou sambil mengmbil Busur Badai Angin disampingnya.
Weng Lou berdiri, kemudian mengambil sebuah anak panah dan membidiknya kesebuah puncak pohon yang ditutupi oleh rindangnya dedaunan.
Shuuu....
Anak panah itu dilepaskan dan melesat kearah yang Weng Lou bidik, dan melewati dedaunan.
Shhtt-!
Panah itu mengenai sesuatu dibalik dedaunan itu, Weng Wan dan Weng Hua penasaran dengan apa yang berhasil Weng Lou panah kali ini.
Dengan bunyi suara gemersik dedaunan, sebuah tubuh hewan jatuh ketanah.
Bukh....
Itu adalah seekor tupai berekor dua.
"Maksudmu semua sumber daya latihan yang memiliki harga luar biasa ini kau beli hanya dari uang hasil berburu semata?
Kau tidak membual bukan? Aku tau kau hebat memanah tapi memdapatkan uang yang banyak untuk membeli sumber daya sebanyak ini...itu hampir mustahil untuk aku percaya."
Weng Wan ingin tak percaya dengan yang Weng Lou katakan, namun separuh dari dirinya merasa percaya dengan yang Weng Lou katakan.
"Berapa hari?" Weng Hua tak menghiraukan omong kosong Weng Wan dan memilih langsung bertanya ke intinya.
"Satu hari." Weng Lou menjawab dengan senyum lebar.
Weng Hua langsung memasang wajah serius. Dia tampak berpikir keras, sedangkan Weng Wan memnadang mereka berdua seperti seorang idiot.
Dari segala hal yang dia pelajari selama tinggal di Klan Keluarga Utama Weng, sumber daya adalah hal kedua yang paling menentukan kekuatan seseorang setelah teknik beladiri, senjata merupakan yang ketiga.
Dirinya sudah mempelajari apa saja yang dapat menghasilkan banyak uang untun dapat membeli sumber daya yang terkenal akan harganya yang tidak murah.
Yang pertama adalah menyelesaikan misi yang memiliki bayaran tinggi di Aula Misi. Namun hal ini tidak mungkin untuk dirinya sekarang, karena misi yang memiliki bayaran yang tinggi biasanya adalah misi berbahaya yang ditujukan untuk praktisi beladiri tingkat tinggi.
Kedua adalag cara yang dilakukan Weng Lou, berburu binatang buas yang memiliki harga tinggi dipasaran seperti hati Beruang Iblis Hitam.
Tapi ini juga tidak mungkin jika dia melakukannya sendirian, karena binatang buas yang memiliki harga tinggi pastinya memiliki kekuatan yang tinggi juga atau paling tidak sulit ditangkap.
Yang ketiga sekaligus terakhir adalah yang paling mudah namun membutuhkan nyali yang laur biasa besar, serta dirinya harus mau menanggung malu. Ya, itu adalah menjual tubuhnya kepada dirumah bordir.
Di Kota Bintang Putih, rumah bordir bukanlah hal yang asing, namun terdapat aturan batasan umur yang diperbolehkan untum bekerja atau berkunjung kesana.
Jelas Weng Hua masih dibawah umur, namun seperti kata pepatah, 'tidak ada yang mustahil bagi manusia'.
Banyak cara dilakukan orang-orang untuk berhasil melewati aturan ini tanpa diketahui.
Namun satu hal yang membuat Weng Hau tidak mengambil jalan ini adalah, dia tidak ingin keluarganya merasa malu atas dirinya yang melakukan hal itu.
Saat Weng Lou mengatakan dirinya mendapatkan semua sumber daya yang ada dihadapannya sekarang ini hanya dari hasil berburu satu hari, dia seperti merasa telah menemukan jawaban dari segala apa yang ia butuhkan.
"Kalian tidak perlu terkejut, aku bisa ini seorang pemanah, dan pemanah bisa berburu dengan mudah tanpa menimbulkan resiko tinggi.
Aku memerlukan bantuan kalian untuk menjauhkan binatang buas lain saat aku sedang mengincar target nantinya.
Wan, berburu binatang buas akan sangat menigkatkan kemampuan beladirimu. Aku juga memiliku teknik golok yang bagus untukmu, kau akan bisa membalas para sialan yang sering membully mu itu.
Dan Hua, aku sebenarnya masih bingung ingin memberikanmu apa, tapi sepertinya kau cocok dengan teknik serangan kaki, apa aku benar?" tanya Weng Lou kepada Weng Hua yang masih memasang ekspresi serius.
Weng Hua yang mendengarkan pertanyaan ini terbangun dari pemikirannya.
"Kau tau banyak huh? Benar, aku memang lebih berbakat dalam serangan tendangan dan kecepatan. Hanya saja, di Perpustakaan Beladiri hampir tidak ada teknik serangan kaki yang bagus, dan juga kita tidak bisa memilih teknik tingkat menengah lebih dari 1.
Jadi aku hanya memilih 1 teknik serangan tendangan tingkat menengah yang menurutku paling bagus." Jawab Weng Hua sambil mengeluarkan kitab teknik yamg ia pinjam beberapa hari lalu dari Perpuatakaan Beladiri keluarga utama Weng.
Teknik Tendangan Kuda Hitam.
Itu yang tertulis bagian terluar dari kitab itu.
Weng Wan dan Weng Lou tampak tidak memiliki niat untuk membaca teknik itu. Yang pertama karena membaca kitab teknik yang orang lain pinjam merupakan sebuah pelanggaran dari hukum yang berlaku di Perpustakaan Beladiri.
Dan yang kedua adalah, mereka jelas sudah membacanya sebelumnya dari Perpustakaan Beladiri jadi mengetahui bagaimana isinya. Terutama Weng Lou yang bisa mengingat apa saja yang ia lihat.
Dan juga Teknik Tendangan Kuda Hitam ini sudah Weng Lou coba praktekkan sebelumnya saat menghadapi binatang buas semalam dan sepertinya cukup bagus.
"Pilihanmu sangat bagus. Aku memiliki sebuah teknik disini yang dapat membuat penggunanya semakin cepat. Ini akan bagus jika digabungkan dengan teknik tendanganmu."
Weng Lou mengambil sebuah kertas dari balik bajunya dan mengambil pena dan tinta dari dalam peti yang ia bawa sebelumnya.
Weng lou kemudian menuliskan teknik pernapasan pertama pada Teknik Meringankan Diri yang telah ia modifikasi, sehingga cocok untuk wanita.
"Ini. Aku memodifikasi teknik yang aku pinjam sebelumnya agar bisaa kau pakai. Berlatihlah dengan cara yangvaku tuliskan ini."
Weng Lou menyodorkan kertas itu kepada Weng Hua. Weng Wan melihat ini sambil menatap iri.
"Apa-apaan tatapanmu itu? Bukankah sudah kukatakan kau akan kuberikan sebuah teknik senjata golok? Buat apa lagi kau iri?" Weng Lou menaikkan sebelah alisnya.
Weng Wan hanya tersenyum kecut mendengar kalimat Weng Lou.
Mereka pun mulai berlatih selama beberapa jam ditempat itu menggunakan sumber daya yang dibawa oleh Weng Lou sambil menunggu persiapan pesta di desa selesai.