NovelToon NovelToon
CINTA NARA

CINTA NARA

Status: tamat
Genre:Romantis / Cintamanis / Patahhati / Sudah Terbit / Tamat
Popularitas:3.8M
Nilai: 4.8
Nama Author: Aisha Bella

Musim 1 (1-103) Musim 2 (104-226) Musim 3 (227-310)

Kisah cinta yang telah terjalin sekian lama, tiba-tiba harus kandas di tengah jalan, setelah seorang lelaki lain merenggut kehormatan sang kekasih dan membuatnya mengandung benih dari lelaki tersebut.

Rencana pernikahan mereka terpaksa pupus begitu saja karena sang kekasih mau tidak mau harus dinikahi dan menjadi istri dari lelaki yang telah menodainya, demi masa depan anak dalam kandungannya.

Bagaimanakah akhir kisah mereka? Akankah takdir berpihak pada cinta keduanya ataukah sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisha Bella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24 MALAM PANJANG - PART 1

Nara gelisah. Sesekali duduk tak tenang dan beberapa kali pula berdiri mondar-mandir di samping tempat tidur.

Selepas maghrib tadi, mereka makan malam bersama dengan seluruh keluarga Nara. Yoga tampak berusaha menjalin hubungan baik dengan kedua orangtua dan adiknya.

Selesai makan malam, Nara membantu Ibu membersihkan peralatan makan di dapur. Sementara Yoga bergabung dengan Bapak dan Indra di ruang depan. Lelaki itu berusaha membuka komunikasi yang baik dengan mertua dan saudara iparnya.

Sampai Nara telah kembali ke kamar, Yoga masih belum menyusulnya juga. Hingga akhirnya, dia menunggu lelaki itu dengan harap-harap cemas.

Perasaannya tidak tenang, mengingat ini pertama kalinya mereka akan tidur bersama dalam satu kamar serta sama-sama dalam keadaan sadar. Tidak seperti dulu, saat Yoga menodainya.

Karena merasa lelah dan mengantuk, Nara memutuskan untuk sholat Isya lebih dulu, kemudian membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur dan mulai terlelap.

Satu jam berikutnya, Nara terbangun karena merasa haus. Dia turun dari tempat tidur dan mengambil segelas air putih yang tadi sudah dia siapkan di atas meja.

Tiba-tiba Yoga keluar dari kamar mandi, hanya mengenakan celana pendek dan kaos rumahan. Melihat Nara terbangun, dia berjalan menghampirinya.

(Mengapa dia terlihat berbeda dengan penampilan biasa seperti itu..?)

"Ada apa, Ra? Kamu butuh sesuatu?"

Nara menghabiskan minumannya lalu menggeleng pelan.

"Aku hanya terbangun karena haus. Sudah terbiasa seperti ini setiap malam."

Nara hendak berdiri namun segera ditahan oleh Yoga.

"Mau ke mana?"

"Aku mau ke dapur untuk mengisi gelas ini lagi."

"Biar aku saja."

Yoga mengambil gelas dari tangan Nara dan keluar dari kamar. Tak lama kemudian dia sudah kembali dengan gelas yang sudah terisi penuh dan diletakkannya di atas meja.

"Sekarang tidurlah. Kalau nanti kau butuh sesuatu lagi, bangunkan saja aku."

Yoga mengusap ujung kepala Nara membuat jantung Nara berpacu dengan cepat. Nara segera berbaring dan membelakangi Yoga agar lelaki itu tidak melihat roman mukanya yang gugup dan tegang.

Yoga melihat selimut yang masih terlipat di ujung tempat tidur. Dia mengambilnya lalu menyelimuti tubuh Nara hingga sebatas bahu.

"Selamat malam, Ra. Selamat tidur."

Sekali lagi Yoga mengusap kepala Nara sebelum dia berbaring di samping Nara.

Yoga menoleh ke samping, menatap tubuh Nara yang membelakanginya.

"Aku mencintaimu, Ra. Maafkan aku atas sikap dan perbuatanku padamu dulu."

Yoga tahu Nara belum tertidur. Dia berbicara dengan lirih namun dia yakin Nara masih bisa mendengarnya.

Nara diam tidak bergerak dan tidak bereaksi atas ucapan Yoga.

"Ra, kalau kamu belum tidur, tolong dengarkan saja aku. Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan padamu."

Nara merasa penasaran dan mulai menyiapkan telinganya untuk mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh Yoga.

"Aku sadar aku telah berbuat dosa besar dengan menodaimu waktu itu. Aku khilaf karena aku merasa sangat putus asa. Keputusasaan yang membuat aku menjadi gelap mata dan berbuat di luar kendali."

"Jika kamu bertanya mengapa aku tega melakukannya, maafkan aku karena aku belum bisa menjawabnya sekarang. Tapi aku berjanji, pada saatnya nanti kamu pasti akan mengetahui apa alasanku melakukannya."

"Jika kamu bertanya mengapa kamu yang menjadi pilihanku untuk melakukannya, jawabannya hanya satu, karena aku mencintaimu. Kamu satu-satunya wanita yang aku cintai dan aku hanya ingin kamu, hanya ingin memiliki kamu saja, bukan yang lain."

"Jika kamu bertanya apakah aku menyesal telah melakukannya, maka aku mempunyai dua jawaban. Satu, ya. Aku sangat menyesal telah melakukannya dan berbuat dosa besar dengan merenggut paksa kesucian orang yang sangat aku cintai. Dua, tidak. Aku tidak menyesal karena dengan aku melakukannya, aku bisa memilikimu dan membuatmu mengandung calon anak kita."

"Kamu akan mengerti dan memahami ini, setelah mengetahui semuanya nanti, Ra."

(Apa yang sebenarnya kamu sembunyikan dariku, Ga?)

"Dan jika saat ini kamu masih belum bisa memaafkan perbuatanku, aku sangat berharap ketika kamu telah mengetahui semuanya, kamu akan memaafkan aku dan memberiku kesempatan untuk membahagiakan dirimu semampuku. Entah pada saat itu, kita masih bersama atau sudah berpisah..."

"Ga, jangan bicara seperti itu!"

Tanpa sadar Nara membalikkan tubuhnya tiba-tiba, membuat Yoga terkejut dan khawatir seketika. Mereka sama-sama terduduk di atas tempat tidur.

"Ra, hati-hati. Ingat perutmu yang sudah semakin besar."

Nara lupa, dia menunduk dan mengelusi perutnya. Terasa sedikit sesak dan terengah karena dia bergerak secara cepat dan ceroboh.

"Maaf..."

Tapi tiba-tiba Nara menangis. Entah apa yang tengah dia pikirkan, hingga membuat perasaannya berubah menjadi tidak tenang.

"Ra..., ada apa...?"

Yoga panik dan takut terjadi hal yang buruk pada Nara dan kandungannya.

Hiks.. Hikss..Hiksss...!!!

Lelaki itu memberanikan diri untuk menyentuh bahu Nara, mencoba menenangkannya.

"Jangan menangis, Ra. Aku harus bagaimana?"

Yoga selalu merasa lemah jika melihat Nara menangis.

Sama seperti dulu, sekalipun dalam keadaan marah atau emosi, jika Nara sudah menangis pasti dia memilih untuk menyudahi amarahnya dan berlalu pergi menghindari wanita itu.

"Mengapa kamu menjadi seperti ini, Ga? Mengapa...?"

Yoga bingung dengan ucapan Nara di tengah isakannya.

"Mengapa sikapmu berubah sebaik ini? Mengapa kamu membuatku tak bisa lagi marah kepadamu, padahal kamulah penyebab semua ini? Mengapa kamu membuatku menjadi peduli padamu, padahal kamulah yang membuat hidupku berubah seperti ini? Mengapa..., mengapa, Ga...??"

Nara menumpahkan seluruh perasaannya, isi hati yang dipendamnya selama beberapa waktu ini.

Dia tak menyangka sama sekali, Yoga yang di awal pernikahan mereka dulu bersikap keras dan arogan, sekarang berbalik menjadi begitu perhatian dan penuh kepedulian terhadapnya.

Dia sungguh masih tak percaya, Yoga yang dulu terlihat dingin dan mengabaikannya, saat ini berubah menjadi penuh cinta dan selalu menunjukkan kasih sayang yang tulus kepadanya.

Dan satu lagi yang membuat Nara semakin taķ mengerti, dia yang dulu sangat membenci Yoga atas perbuatannya, sekarang justru merasakan kenyamanan saat berada di dekat lelaki itu, bahkan merasa kehilangan bila jauh dari Yoga.

Yoga berusaha mencerna satu per satu kalimat yang terucap dari mulut Nara yang masih terus terisak. Nara mengatakan begitu banyak hal yang membuatnya tak bisa berpikir dengan cepat, apalagi menyangkut masalah perasaan yang sangat awam baginya yang baru pertama kali mengenal cinta, yaitu pada Nara.

"Maafkan aku, Ra. Maaf jika di awal dulu aku selalu bersikap buruk dan kasar kepadamu. Aku hanya tidak tahu bagaimana caranya memperlakukan seorang wanita. Karena sepanjang hidupku selama ini, aku hanya dekat dengan dua orang wanita sebelum dirimu, yaitu almarhumah mamaku dan bibi Asih."

Tangan Yoga yang semula menyentuh bahu Nara, perlahan berpindah ke atas, mengelus kepalanya dan membawanya mendekat, lalu mencium puncak kepala Nara dengan lembut.

Nara tak tahan lagi dengan perlakuan Yoga yang penuh kehangatan. Saat Yoga menciumnya, dia justru memeluk lelaki itu dan menumpahkan tangisannya di bahu Yoga.

Hati Yoga bergetar hebat. Dadanya penuh sesak dengan perasaan bahagia. Jantungnya bertalu cepat dengan degupan yang sangat keras.

(Apa yang harus aku lakukan?)

Dengan perasaan yang masih bercampur-aduk, Yoga membalas pelukan Nara. Tangannya melingkari tubuh Nara dengan hati-hati, mengingat perutnya yang sudah semakin besar.

"Kamu jahat, Ga. Kamu jahat! Kamu merusakku, kamu menyakitiku, kamu memisahkan aku dengan lelaki yang aku cintai..., tapi mengapa aku tidak bisa membencimu sekarang?"

"Mengapa kamu memberiku perhatian? Mengapa kamu memberiku rasa tenang? Mengapa kamu membuatku merasa nyaman bersamamu? Katakan padaku, apa lagi yang kamu mau dariku, Ga? Katakan...!!"

Yoga mencoba menenangkan Nara dengan mengusapi punggungnya, dan berulang kali menciumi kepala istrinya.

"Aku menyayangimu, Ra. Aku mencintaimu. Aku ingin kamu bahagia, bersamaku, bersama anak kita nanti..."

"Masih bisakah aku berharap akan semua itu darimu, Ra?"

.

.

.

Jangan lupa untuk selalu menyemangati kami  dengan Like, Komentar, Bintang 5, Vote & Favorit.

Terima kasih banyak untuk semua pembaca yang telah berkenan membaca dan menikmati novel kami.

Salam cinta dari kami.

💜Author💜

.

.

.

.

1
Bun cie
cerita yg bagus keren mengahu biru👍😍 ..kisah kasih yg disampaikan dengan indah penuh dengan berbagai rasa.. cinta benci suka duka pengorbanan kesetiaan keikhlasan ... yg membawa pembacanya terhanyut masuk dalam ceritanya menembus relung hati❤ terimaksih kak author u ceritanya🙏💐😍
Citraleka Dhami
Hay kak aku mampir nih
Devi Amelia
kenapa cerita ini sangat menyentuh hatiku ? mengapa ?
Ai Hodijah
sekarang tarik napas dulu huh
nyeseknya gak kuat
Ai Hodijah
betul ra,apapun yang terjadi kita harus bisa melanjutkan hidup dan berbahagia
Ai Hodijah
😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
sampai bab ini aku bacanya nangis terus,cinta segitiga yang menyayat hati
Ai Hodijah
seorang wanita pendiam,lemah lembut kalau harga dirinya terusik pasti marah juga
Ai Hodijah
sebenarnya jodoh itu gak ada yang tau,tapi kalau caranya seperti itu ya salah juga,semoga nantinya mereka ada cinta meskipun di awalnya salah
Ardhiya Adhia
kisahnya merasuk di jiwa ... merasa ikut sakit bacanya ... ad rasa yg gk rela ...yoga smoga gak di bkin meninggal sma kk otornya ...
Iva Mama'e Shakila
tp knp aq lbh sng alan sama nara yaa....soal nya gk sreg aja awal nya yoga sama nara kek gitu ..
Fachry Virendra
karya yg bagus
Nyoman Kusumayani
semangat
Herlina Sukawati
siapa perempuan yg dipukul sm mantan suamix
Herlina Sukawati
ceritakan pada Alan apa sebenarx yg disembunyikan yoga
Mutiara
bagus sekali
Ida Jubaida
😭😭😭
Kasmaran Nasma
sedih banget ceritanya 😭
Novi Handayani
bwt saya saja mas Rendy ,,Saya janda loh
Ida Jubaida
antara nyaman dan cinta..
Lusi Oktaria
gak sanguppp thorr nyesekkk 😭😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!