CINTA NARA
"Lepaskan aku, Lan!! Aku akan menikah dengannya."
Nara menangis tersedu-sedu di pelukan kekasihnya. Dia meminta tetapi hatinya tak kuasa berontak saat Alan semakin mempererat pelukannya, yang mungkin akan menjadi pelukan terakhir untuk mereka.
"Aku tidak bisa, Ra. Mana mungkin aku melepaskanmu begitu saja untuk menjadi miliknya. Aku mencintaimu, Ra." Alan mencoba meyakinkan wanita itu bahwa masih ada jalan lain untuk menggagalkan pernikahan kekasihnya tersebut. Namun Nara tetap menggeleng, lemah dan pasrah.
"Setidaknya dia juga mencintaiku, Lan. Seperti kamu mencintaiku." Dalam isakannya, Nara membalas sang kekasih dengan suara pilu. Hatinya telah patah, bahkan mungkin sudah hancur tanpa ada rasa.
Alan merenggangkan pelukan tanpa ingin melepaskannya. Ditatapnya lekat-lekat, wajah wanita di hadapannya dengan sendu. Kilatan kesedihan bercampur amarah terlihat jelas dalam sorot matanya yang tajam dan menghujam.
"Jangan samakan cintaku dengan cintanya, Ra!" Suara Alan meninggi, mulai terbawa emosi yang sedari awal ditahannya sekuat hati.
"Kalau dia mencintaimu, dia tidak akan menodaimu, apalagi dengan cara pengecut seperti itu!"
Ucapan Alan membuat Nara semakin terisak mengingat kejadian buruk yang dialaminya sebulan yang lalu. Kejadian yang membuatnya menjadi wanita kotor dan hina.
Alan yang menyadari ucapannya barusan telah membuat hati Nara sakit, langsung mendekap lagi tubuh wanita yang sangat dicintainya itu.
"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud melukai hatimu, Ra. Aku terbawa emosi karena kemarahanku padanya."
Diciumnya dengan lembut kening Nara membuat wanita itu semakin meluapkan tangisannya di dada lelaki yang juga sangat dicintainya.
Ya, mereka berdua saling mencintai begitu dalam. Namun takdir tak lagi berpihak pada cinta yang telah mereka satukan hampir lima tahun lamanya.
Sekarang, permainan takdir memaksa keduanya harus menghadapi kenyataan pahit untuk berpisah dan saling melepaskan. Meskipun sama sekali tak menginginkannya, tetapi itulah kenyataan yang harus diterima oleh Alan dan Nara.
Nara terus terisak dalam pelukan kekasihnya. Kekasih yang beberapa hari lagi akan ditinggalkannya karena dia terpaksa harus menikah dengan lelaki lain yang sama sekali tak dicintainya.
Lelaki yang mengaku mencintainya tetapi dengan liciknya berani merenggut kesuciannya dengan tipu daya yang membuatnya sekarang harus merelakan seluruh cinta dan kebahagiaannya pergi dan berganti dengan penderitaan yang akan dia jalani seumur hidup bersama lelaki yang telah menodainya dan membuatnya saat ini mengandung akibat perbuatan tak bermoral lelaki itu.
"Apa kamu benar-benar yakin dengan keputusanmu, Ra?" tanya Alan untuk kesekian kalinya.
Lelaki itu masih tak mau melepaskan pelukannya, bahkan semakin erat menyatukan tubuh mereka hingga nafas dan degupan jantung mereka pun terdengar satu sama lain saling bersahutan.
"Yakin tidak yakin, aku tetap harus mengambil keputusan ini, Lan. Karena ada yang harus aku jaga di dalam rahimku," ucap Nara lirih dalam isak tangisnya yang penuh kesedihan.
"Aku tidak mungkin mengabaikan keberadaan janin suci ini, meskipun aku sama sekali tidak mencintai lelaki itu."
Bahkan Nara pun tak mau lagi menyebut namanya. Dia terlalu kecewa dan sakit hati atas perlakuan lelaki itu, hingga namanya pun terasa begitu menjijikkan untuk didengarnya apalagi diucapkannya.
"Bagaimana dengan hubungan kita, Ra? Cinta kita berdua? Rencana pernikahan yang sudah kita bicarakan? Haruskah semua itu berakhir begitu saja ...?"
Nada keputusasaan mulai terdengar dari setiap kalimat yang keluar dari bibir Alan. Tak pelak, Nara semakin terisak mendengarnya. Dia sama putus asanya dengan sang kekasih. Kekasih yang terpaksa akan menjadi mantan kekasih. Mantan terbaiknya, mantan yang terindah.
"Maafkan aku, Lan. Bukan aku atau kamu yang menginginkan ini terjadi. Tetapi kita harus melupakan semua impian kita ...."
"Jangan pikirkan bagaimana aku tanpamu nanti. Setidaknya ada lelaki itu yang akan mengurusku. Tetapi kamu ...? Jadi aku mohon, pikirkanlah dirimu sendiri. Pikirkan hidupmu setelah ini. Lupakan aku, lupakan cerita kita, lupakan cinta kita. Carilah kebahagiaanmu yang baru. Karena aku tak bisa lagi bersamamu ...," pinta Nara pasrah.
"Tidak! Aku tidak bisa, Ra. Aku tak bisa berhenti mencintaimu, sekalipun kamu yang memintanya. Meski aku tak bisa lagi bersamamu, aku akan tetap mencintaimu, Ra," tegas Alan dengan suara sedikit keras.
"Hanya kamu satu-satunya wanita yang aku cintai sejak pertama kita bertemu. Tidak ada yang lainnya dan tidak akan pernah ada selain dirimu. Aku akan terus menjagamu, walau hanya bisa ku lakukan dari jauh. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, Ra."
Mendengar semua itu, Nara kian nelangsa dan semakin merasa bersalah pada Alan. Dia hampir saja terjatuh lemas jika Alan tak sigap menopang tubuh yang masih ada dalam pelukannya itu.
"Ra ..., Ra ...!"
.
.
.
Dua orang lelaki berhadapan di depan ruang perawatan Nara. Alan dengan wajah kusut dan penuh kecemasan, menatap tajam lelaki di hadapannya yang mencoba menahan diri untuk tidak tersulut emosi atas kemarahan Alan yang ditujukan padanya.
"Terima kasih sudah membawanya kemari. Jika tidak segera ditangani, mungkin Nara akan kehilangan calon bayi kami."
Ucapan dari lelaki itu membuat hati Alan terbakar amarah lagi. Tapi mengingat mereka berada di rumah sakit, Alan menahan diri untuk tidak lepas kendali lagi. Toh, dia sudah cukup puas dua kali menghajar lelaki tak bermoral itu hingga babak belur tak berdaya.
Bahkan bekas luka akibat emosinya yang terakhir pun masih terlihat sampai sekarang. Wajah lelaki itu menampakkan luka lebam dan luka terbuka yang sudah tertutup perban di beberapa tempat.
Semalam, emosi Alan memuncak kembali setelah Nara memberitahu padanya bahwa dirinya hamil akibat dari perbuatan biadab lelaki itu.
Dan kemarahan pertama yang diluapkannya pada lelaki itu, terjadi sebulan yang lalu, saat mendapati kenyataan bahwa Nara telah dinodai oleh lelaki itu, tepat satu hari setelah dirinya melamar Nara di hadapan orangtua kekasihnya.
.
.
.
"Yoga, aku ucapkan terima kasih karena semalam kamu sudah bersedia menemaniku menemui orangtua Nara untuk melamarnya. Kamu tahu, aku tidak punya siapa-siapa di kota ini dan kamu sudah kuanggap seperti saudaraku sendiri."
Alan memeluk sahabat yang juga atasannya di kantor. Yoga Mahendra, lelaki berusia dua puluh sembilan tahun, pewaris tunggal bisnis properti peninggalan orangtuanya.
"Ya," jawab Yoga pendek dengan ekspresi wajah datar, tak seperti biasanya. Namun karena masih diliputi rasa bahagia yang besar, Alan tak menyadari perubahan tersebut.
Nara di sampingnya turut mengulurkan tangan ke arah Yoga setelah Alan melepaskan pelukannya. Yoga menyambutnya dengan raut semakin tegang yang masih coba ditutupinya.
Sehari setelah melamar Nara, Yoga meminta Alan datang ke rumahnya dengan alasan pekerjaan yang harus segera mereka selesaikan di akhir pekan itu.
Setelah menyambut mereka, Yoga mempersilahkan Alan dan Nara masuk dan menunggu di ruang tamu, sementara dia mengambil minuman yang telah dia siapkan di dapur.
"Silahkan diminum, Lan, Ra."
"Ya, terima kasih. Apakah Bibi Asih dan asisten rumah tanggamu yang lain tidak ada, sampai kau repot-repot menyiapkan sendiri minuman untuk kami?" tanya Alan sambil meneguk minumannya, diikuti sang kekasih.
"Oh, iya. Jika akhir pekan aku sering meliburkan mereka." Sedikit gugup Yoga memberikan alasannya.
Alan tak lagi bertanya. Setelah meletakkan gelas di atas meja, dia menyerahkan berkas laporan yang diminta oleh Yoga. Atasannya tersebut menerima dan mulai membaca dan menelitinya. Matanya sesekali melirik ke arah Alan dan Nara yang duduk berdekatan di hadapannya.
.
.
.
FB : Aisha Bella
IG : @aishabella02
.
.
.
Jangan lupa untuk selalu mendukung kami dengan Like, Komentar, Favorit, Bintang 5 dan Bagikan juga kepada yang lain. Dukungan dari para pembaca sangat berarti bagi kami selaku penulis.🙏😘
Terima kasih banyak untuk semua yang telah berkenan membaca dan menikmati novel kami.
Salam cinta selalu.
💜Author💜
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 316 Episodes
Comments
Maya●●●
halo kak salam kenal.
jika berkenan mampir juga di karyaku😊
2022-08-20
0
Fira Ummu Arfi
tinggalin jejak jg di novelku yaa kak, ASIYAH AKHIR ZAMAN.. mksh 😊
2022-08-10
1
Toni Hartono
terduga teror...
2022-08-01
0