Bertransmigrasi kedalam tubuh Tuan Muda di dalam novel.
Sebuah Novel Fantasy terbaik yang pernah ada di dalam sejarah.
Namun kasus terbaik disini hanyalah jika menjadi pembaca, akan menjadi sebaliknya jika harus terjebak di dalam novel tersebut.
Ini adalah kisah tentang seseorang yang terjebak di dalam novel terbaik, tetapi terburuk bagi dirinya karena harus terjebak di dalam novel tersebut.
Yang mau liat ilustrasi bisa ke IG : n1.merena
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gerbang Kekaisaran.
Aku dan Lucian melanjutkan perjalanan dengan langkah kaki, merasakan dinginnya embun pagi yang perlahan menghilang seiring fajar tiba. Suara burung berkicau menambah keheningan pagi, memberikan nuansa damai sebelum harapan baru dimulai. Tak lama kemudian, kami tiba di gerbang kota Kekaisaran yang megah, dihiasi dengan patung-patung penjaga yang gagah dan ornamen yang memukau. Di depan gerbang, dua orang kesatria berdiri tegak, siap menjaga pintu masuk ke kota yang dihormati.
Saat para kesatria itu melihat kami, yang berpakaian seperti pengemis lusuh, mereka segera menghentikan langkah kami dengan tegas. "Berhenti di sana! Di balik gerbang ini adalah kota Kekaisaran, dan kami tidak dapat membiarkan seorang pengemis masuk dengan mudah," salah satu kesatria berbicara dengan suara yang tegas, tombaknya teracung seakan mengancam, memancarkan wibawa yang menakutkan.
Lucian melangkah maju, mengubah wajahnya menjadi penuh rasa sakit dan penderitaan. "Saya adalah Lucian, pelayan pribadi Nyonya Ketiga. Seminggu yang lalu, saya meminta izin cuti, dan hari ini adalah waktu saya seharusnya kembali," katanya, suaranya seakan kesulitan, seolah setiap kata harus diperjuangkan. Matanya yang penuh ketegangan mencari harapan dalam tatapan para kesatria.
Aku berdiri di sampingnya, menahan tawa dalam hati. Orang ini sungguh tidak tahu malu. Aktingnya luar biasa; jika dia lahir di dunia modern, aku yakin Piala Oscar akan menjadi miliknya. Kesatria itu mengerutkan kening, tampak ragu sejenak. "Pelayan pribadi Nyonya Ketiga?" dia bergumam pelan, lalu memerintah kesatria di sampingnya. "Kau tanyakan kepada Kepala Kesatria, apa yang harus dilakukan." Setelah memberikan perintah, kesatria itu berlari cepat ke dalam gerbang, langkahnya mantap dan penuh keyakinan.
Beberapa menit berlalu, dan kesatria yang berlari tadi kini kembali, mengawal seorang kesatria yang terlihat lebih veteran. Sekilas, aura kepemimpinan terpancar dari sosoknya, membuatku merasakan kewibawaan yang menakutkan. Ia mengenakan baju zirah yang berkilau, tanda-tanda pengalaman terpancar di wajahnya yang dihiasi kerutan mendalam.
Kepala kesatria itu menatap Lucian dan aku dengan saksama, seolah meneliti setiap detail. "Memang benar, pelayan Lucian keluar cuti seminggu yang lalu, dan hari ini adalah hari seharusnya dia kembali," katanya, matanya menyempit. "Namun, saat ini kau terlihat seperti pengemis. Apakah kau bisa dipercaya? Kekaisaran adalah wilayah suci; tidak boleh ada sembarang orang yang masuk."
Lucian tersenyum, tapi senyumnya segera menghilang, digantikan ekspresi penuh kesedihan. "Kami diserang oleh sekelompok monster saat dalam perjalanan, dan untungnya kami bisa selamat dengan susah payah," katanya dengan nada yang menyentuh, mencoba menggugah simpati.
"Kata-katamu bisa saja bohong," Kepala Kesatria menanggapi, masih skeptis, suaranya mencerminkan ketidakpercayaannya yang mendalam.
Aku menatap kepala kesatria itu dan merasakan ketegangan yang meningkat. Sepertinya dia ingin memperkeruh suasana ini lebih jauh. Aku juga bisa melihat Lucian mulai kehilangan kesabaran, air mukanya menunjukkan bahwa batas toleransinya hampir habis, otot-ototnya tegang seakan siap meledak.
Namun, sebelum kemarahan Lucian meledak, terdengar suara dari belakang.
"Hei, apa yang kalian lakukan di sana? Kalian menghalangi jalan pangeran!" Suara itu tegas dan penuh otoritas, mengguncang atmosfer tegang di sekitar kami.
Aku menoleh dan melihat beberapa kesatria berkuda yang mengawal sebuah kereta kuda. Di dalam kereta, bayangan seseorang tampak jelas. Pakaian mereka berkilau dengan simbol-simbol kekuasaan, menunjukkan status tinggi.
"Minggir! Apakah kalian berpikir kalian layak untuk menghalangi jalan pangeran?" Kesatria berkuda itu berkata lagi dengan nada marah, suaranya menggema dan memancarkan rasa tidak sabar, membuat ketegangan di udara terasa semakin mendalam.
the darkest mana
shadow mana
masih ada lagi tapi 2 itu aja cukup