Dituduh Mandul Tapi Mengandung Anak Kakak Ipar

Keesokan hari, pada jam lima pagi sudah banyak notifikasi telepon tidak terjawab dari Farel. Realina yang baru bangun pun segera menelpon balik Farel tapi malah hanya terdengar suara operator saja. Realina berpikir mungkin saat ini Farel tengah berada di dalam pesawat makanya tidak bisa dihubungi balik.

Sembari menunggu Farel bisa dihubungi, Realina pun membersihkan tubuhnya terlebih dahulu. Setelah itu Realina akan keluar dari kamar untuk memasak sarapan tapi baru saja membuka pintu wangi masakan sudah tercium hidungnya.

"Siapakah yang memasak pagi ini?" Realina yang penasaran pun segera menuju ke dapur.

Di dapur ternyata ada seorang perempuan yang tengah sibuk memasak membelakanginya. Realina jadi mencurigai siapa wanita itu, Realina mulai mendekat dengan perlahan-lahan.

Mungkin karena memang sudah menyadari keberadaannya, perempuan itu pun menolehkan kepalanya ke belakang. perempuan itu terkejut, Realina pun juga terkejut.

"Eh nyonya sudah bangun?" ucap perempuan itu ramah.

"Kamu siapa ya? kok masuk ke unit apartemenku?" tanya Realina menyelidik.

"Perkenalkan nyonya nama saya Elis, saya ditugaskan oleh tuan Farel untuk memasak sarapan untuk anda pagi ini."

"Untuk apa mas Farel menyuruh orang untuk masak sarapan pagi ini padahal aku bisa memasak sarapan sendiri" gumam Realina.

"Saya kurang tahu nyonya, silahkan sarapan nyonya masakannya sudah matang atau nyonya ingin sarapan dengan menu lain?"

"Tidak usah ini saja sudah cukup untukku" Realina mulai duduk di meja makan, saat akan menyuapkan makanan Realina yang melihat Elis hanya berdiri diam di sampingnya menjadi tidak enak.

"Elis ayo duduk dan sarapan bersama aku enggak enak kalau sarapan sendiri sedangkan kamu hanya berdiri melihatku makan."

"Tidak apa nyonya makan saja saya akan menunggu nyonya selesai makan baru saya akan sarapan atau nyonya meras risih saat saya berada di dekat anda? kalau memang benar saya akan pergi."

"Kamu tidak usah pergi, sini sarapan bareng tidak perlu menungguku selesai. Ingat ini perintah bukan permintaan" ucap Realina tanpa bisa ditolak.

Akhirnya Elis mau sarapan semeja dengan Realina, walaupun terasa canggung sekali. Realina yang memang gampang mengakrabkan diri pun membuat Elis nyaman berada di dekatnya.

Setelah selesai makan dengan sigap Realina membantu Elis membersihkan meja makan. Elis awalnya menolak untuk dibantu Realina, tapi memang Realina yang tetap ingin membantu pun membuat Elis pasrah.

"Terima kasih ya nyonya sudah membantu saya, saya jadi tidak enak."

"Sudah tidak perlu merasa tidak enak lagian aku tadi cuman tinggal makan masa beres-beres meja juga kamu."

"Kan memang sudah tugas saya untuk memasak dan membereskan rumah, saya takut nanti tuan Farel marah ketika melihat nyonya yang ikut membereskan meja."

"Ya ampun cuman membereskan meja mas Farel enggak mungkin marah nanti kalau mas Farel marah kamu tinggal ngomong sama aku biar aku marahi balik."

Elis tersenyum melihat kerendah hatian Realina, pantas saja tuannya itu sangat mencintai Realina. Sungguh Realina memang pantas bersanding dengan Farel. Saat mereka berdua asik mengobrol bel apartemen ada yang membunyikan, Elis pun segera membukakan pintu.

Ternyata orang yang membunyikan bel adalah orang suruhan Farel, Elis pun mempersilahkannya untuk masuk. Sampai di dalam dan menghadap Realina mereka membungkuk hormat, Realina tentu bingung siapa mereka dan kenapa bisa membungkuk begitu di hadapannya.

"Maaf mengganggu waktu anda nyonya, saya diutus oleh tuan Farel untuk membawa anda ke mansion baru beliau" ucap salah satu pria yang terlihat lebih besar dari yang satunya.

"Tapi kenapa mas Farel tidak memberitahuku terlebih dahulu?"

"Mungkin tuan Farel tidak sempat karena saat ini beliau sedang berada di dalam pesawat, mari nyonya ikut saya ke mansion tuan Farel. Nyonya tenang saja saya tidak menipu dan menculik anda karena memang kita orang yang diutus oleh tuan Farel untuk menjemput anda" pria besar tadi berbicara untuk meyakinkan Realina.

"Apakah kalian ada bukti bahwa kalian diutus oleh mas Farel?" Realina masih ragu untuk mengikuti mereka.

"Sebentar nyonya saya ada buktinya" pria bertubuh besar itu merogoh saku celananya.

"Ini isi chat yang diberikan oleh tuan Farel tadi, kalau nyonya tidak percaya silahkan anda cek" pria bertubuh besar itu pun memberikan teleponnya ke Realina.

Realina yang melihat nomor dan percakapan di ruang chat itu pun menjadi percaya bahwa dua orang yang baru datang itu diutus oleh Farel. Realina kembali mengembalikan telepon itu kepada pria bertubuh besar.

"Baik aku percaya kalian berdua diutus oleh mas Farel, tapi kalau untuk sekarang aku pindah ke mansion sepertinya tidak bisa karena aku belum mengemas barang-barangku sama sekali."

"Anda tidak perlu mengemas barang-barang anda karena tuan Farel juga mengutus orang untuk mengemas dan membawa barang-barang anda ke mansion, jadi anda hanya tinggal berangkat saja ke mansion saat ini" pria bertubuh besar itu kembali menjelaskan.

"Mari nyonya ikut kita keluar lalu berangkat ke mansion" ucap pria satunya lagi yang berbadan agak kecil.

"Iya" Realina mengangguk lalu pergi mengikuti dua orang pria itu.

Setelah turun ke lantai dasar Realina segera diarahkan ke mobil Rolls-Royce yang sudah siap di depan apartemen. Realina segera masuk ke dalam, didalam mobil Realina mengagumi interiornya yang sangat mewah dan berkelas. Di perjalanan pun Realina tidak merasa mobil terguncang hebat, sungguh mobil yang sangat nyaman untuk dinaiki.

Dalam hati Realina bertanya-tanya sejak kapan Farel memiliki mobil mewah seperti ini, setahu Realina Farel itu orang yang sederhana jauh dari hidup yang glamor. Sedang asik melamun, pintu mobil tiba-tiba saja terbuka dari luar. Realina pun kaget, ternyata dilihatnya dia sudah sampai di sebuah mansion yang sangat-sangat mewah dan besar.

"Apakah kita sudah sampai?" tanya Realina pada supir yang masih ada di dalam mobil.

"Sudah nyonya" ucap supir itu dengan mengangguk sopan.

Realina keluar dari pintu yang sudah di buka tadi. Baru saja keluar dari mobil ternyata dia di sambut dengan pelayan yang sudah berjejer rapi berbaris sampai pintu masuk. Sungguh Realina tidak berpikir disambut seperti ini. Para pelayan dan dua orang pria yang bersamanya tadi menunduk sopan semua sambil mengucapkan kata-kata sambutan.

"Astaga kenapa kalian menunduk seperti itu? sudah jangan menunduk seperti itu, aku jadi tidak enak padahal aku bukan majikan kalian."

"Nyonya anda itu majikan kita semua jadi sudah sepantasnya kita menunduk sopan seperti ini kepada anda" ucap pria bertubuh besar tadi.

"Kalian ada-ada saja, ayo masuk ke dalam dan jangan menunduk lagi saat berpapasan atau bertemu denganku sungguh itu tidak nyaman untukku" mereka semua mengangguk saja menuruti permintaan Realina, karena sebelumnya Farel berpesan untuk menuruti semua permintaan dari Realina.