NovelToon NovelToon
Langit Nada Cinta

Langit Nada Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta setelah menikah / Hamil di luar nikah / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan Tentara / Romansa / Bad Boy
Popularitas:92.4k
Nilai: 5
Nama Author: NaraY

Jangan pernah sesumbar apapun jika akhirnya akan menelan ludah sendiri. Dia yang kau benci mati-matian akhirnya harus kau perjuangkan hingga darah penghabisan.

Dan jangan pernah meremehkan seseorang jika akhirnya dia yang akan mengisi harimu di setiap waktu.

Seperti Langit.. dia pasti akan memberikan warna mengikuti Masa dan seperti Nada.. dia akan berdenting mengikuti kata hati.
.
.
Mengandung KONFLIK, di mohon SKIP jika tidak sanggup.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. Berat.

"Dinaaaaarr....!!!!!"

Rasanya nyawa Bang Ratanca nyaris terlepas dari raga melihat Dinar tertembak pistol ayahnya sendiri.

"Abaaang.. sakiiitt..!!" Rintih Dinar.

Tanpa banyak bicara, Bang Ratanca membawa Dinar menuju rumah sakit. Pak Navec sudah akan menyusulnya tapi Mbah Kung menahannya.

"Dinar hak nya Ranca, kau disini dengan saya..!!!" Ucap tegas Mbah Kung.

...

Darah Dinar bercucuran, Bang Ratanca masih mematung di depan ruang IGD saat dokter melarangnya masuk. Ia menatap dirinya yang berlumuran darah.

Sesak sungguh mencekat jalur nafasnya. Nyawanya seakan berserakan entah kemana. Hancur begitu hancur di rasakan Bang Ratanca.

"Rancaaa.. ada apa Ran????" Bang Langkit yang mendengar berita buruk itu segera menyusul sahabatnya ke rumah sakit.

Di belakangnya Bang Dalu juga berlari, nafasnya ikut terengah, matanya sudah memerah.

"Bagaimana dengan Dinar??"

Bang Ratanca tak sanggup menjawabnya. Bibirnya terdiam, terkunci bagai patung dengan tatapan kosong melompong.

"Kenapa bisa jadi seperti ini????? Kau buat salah apa, Ran??? Kau judi??? Atau main perempuan??????" Desak Bang Langkit.

Nada yang berurai tangis seketika kalap dan memukuli Bang Ratanca. Hatinya sungguh sakit mengetahui bahwa adiknya tertembak pistol ayahnya sendiri.

"Kalian semua diam..!!!! Jangan mendesak Ranca..!!" Terpaksa Bang Dalu membentak Bang Langkit dan Nada. Ia pun kemudian memeluk Bang Ratanca sembari mengajaknya duduk.

...

Satu setengah jam berlalu. Bang Ratanca baru meneguk air mineral yang di berikan Prada Slamet namun sesaat kemudian tubuhnya semakin lemas.

Nampak Mbah Kung dan Pak Navec berlari menuju IGD dan lampu tindakan pun padam.

"Ran..!!" Sapa Dokter Dion. Dokter kandungan yang menangani Dinar di rumah sakit tentara. Beliau sengaja menghampiri sahabatnya lebih dulu karena tau keadaan Letnan Ratanca.

Sengaja Bang Ratanca membawanya kesana agar masalah ini bisa di redam, sebab jika berita ini tersebar hingga keluar maka akan berakibat fatal bagi karir Pak Navec.

"Jujur Dinar memang syok berat tapi Alhamdulillah Dinar baik-baik saja." Kata Bang Dion sembari melirik ke arah pakaian Bang Ratanca. "Malah sepertinya kau yang tidak baik-baik saja."

:

Sisi pinggang Bang Ratanca usai mendapatkan jahitan dan peluru juga sudah di angkat.

Dokter yang menangani sampai menggeleng kepala melihat 'manusia setengah dewa' seperti Letnan Ratanca. Bagaimana bisa seorang manusia bisa menahan ambang rasa sakit bahkan pria tersebut masih tersadar saat mendapat tindakan medis.

Pak Navec sudah kembali usai mengepel lantai yang kotor terkena tetesan darah menantunya di koridor ruang tunggu rumah sakit. Beliau membersihkan semua dengan tangannya sendiri.

Terlihat tangan Bang Ratanca masih menggenggam erat jemari Dinar meskipun pria tersebut sesekali masih memercing kesakitan.

Rasa sesal Pak Navec tak terhindarkan lagi apalagi melihat putrinya terbaring lemah tanpa daya.

Mbah Kakung mengusap kening cucunya. Ada rasa tidak tega namun segalanya memang harus di selesaikan.

"Kita bahas masalah ini setelah Dinar sadar dan mulai pulih. Kita harus pikirkan jabang bayi di perut Dinar juga..!!" Kata Mbah Kakung.

...

Seluruh keluarga menunggu di luar ruangan. Seakan tidak ada rasa sakit, Bang Ratanca mengurus Dinar dengan telaten.

Kedua bola mata Dinar terus menatap wajah suaminya yang masih meninggalkan rona sembab.

"Bawalah kembali Mbak Airin, lepaskan Dinar..!!" Ucap Dinar.

Bagai tersambar petir kini hati Bang Ratanca terguncang hebat. Istri kecilnya begitu tenang, paras wajahnya pun begitu teduh.

"Kenapa bicara begitu? Abang belum menjelaskan apapun."

"Jika bukan Abang yang akan melindungi, mengasihi dan mendidik istri.. lalu siapa lagi? Nawang butuh Papanya, haruskah gadis sekecil itu menerima perpecahan keluarganya??" Kata Dinar masih dengan intonasi yang tenang.

"Lalu bagaimana denganmu?? Dengan nasib anak kita?? Apakah logis jika Abang mengutamakan Nawang tapi tidak dengan anak kandung Abang sendiri." Jawab Bang Ratanca.

"Dinar perempuan, Bang..!! Dinar tau sakitnya di tinggalkan. Tau rasanya memendam perasaan yang tidak terbalas. Dinar tidak ingin wanita lain mengalaminya juga."

"Cukup untukmu mengalah dan berkorban. Kamu berhak bahagia. Kamu sudah korbankan hatimu untuk Nada dan sekarang kamu juga ingin menyerahkan Abang untuk Airin??????" Bang Ratanca sampai meninggikan suaranya karena habis kesabaran.

Mendengar bentakan Bang Ratanca sungguh membuat perasaannya terluka, mungkin karena kehamilan menjadikan hatinya jauh lebih sensitif.

"Maaf, sayang..!!" Bang Ratanca mencium tangan Dinar kemudian menundukkan kepala di sisi ranjang.

cckkllkk..

"Apa maksudmu dek??? Apa selama ini kamu mencintai Bang Langkit????" Suara Nada mengagetkan Dinar. "Kau tidak tau bagaimana sakitnya perasaanku saat ini?? Kamu melukai harga diriku, dek..!!!!" Teriak Nada.

"Nadaaa....!!!!" Kepala Bang Ratanca sudah terasa berat akhirnya membentak Nada.

Bang Langkit yang tidak terima istrinya di bentak akhirnya bereaksi untuk melindungi Nada.

"Jangan besar mulut kau di hadapan perempuan..!!! Inilah sifat aslimu yang kasar."

Seringai Bang Ratanca tersungging memecah garis senyum. Kini gemuruh yang selama ini di tangannya sudah begitu memenuhi rongga perasaan.

Bang Ratanca berdiri kemudian menghantam kedua bahu sahabatnya.

"Apakah hanya sikap kasarku saja yang kau tau??? Apa hanya bejat dan b******n ku saja yang kau ingat????? Pernahkah kau berpikir imbas dari nafsu setanmu saat kau menung*angi Airin. Saat itu dia masih menjadi milik ku." Bentak Bang Ratanca.

"Tapi tidak ada jaminan kalau kau sama sekali tidak pernah menyentuhnya, Ran..!!!" Kata Bang Langkit mulai panik.

buuugghhh...

Bang Ratanca yang terbakar amarah langsung menendang dan menghajar Bang Ratanca. Nada menjerit histeris karena ketakutan.

"Mungkin aku memang sampah, aku bede*ah paling laknat di dunia, tapi aku bukan manusia yang sebodoh itu bisa terpancing lekuk tubuh wanita. Sumpah tertinggiku adalah kitab suci ku. Aku bersumpah satu-satunya wanita yang pernah ku sentuh di dunia ini hanya istriku, Mahadinar." Ucap tegas Bang Ratanca.

"Kenapa pernikahan itu bisa terjadi, kalau Abang tidak pernah menyentuhnya??" Tanya Dinar.

Bang Dalu memeluk adiknya lalu mengusap puncak kepalanya agar adiknya itu sedikit lebih tenang.

"Kau tanyakan saja pada Langkit. Jika dia memang laki-laki, pasti dia akan mengingat kembali dan menolak untuk pura-pura lupa." Jawab Bang Ratanca pada akhirnya.

Nafas Bang Dalu ikut terlepas lega, begitu pula dengan Mbah Kakung.

"Ada apa Bang?? Apa Abang ada hubungannya dengan Airin dan Nawang???" Tanya Nada kemudian mendesak pria yang baru saja tadi pagi sah menjadi suaminya.

"Tutup pintunya, biar Kung yang jelaskan..!!!"

Bang Ratanca menyentuh kaki Mbah Kung dan meminta sesepuhnya itu agar tidak banyak bicara. Tapi Mbah Kung segera membantu Bang Ratanca untuk berdiri dan menatap mata cucunya dengan lekat.

"Apa yang akan Kung ucapkan bukan semata-mata menyelamatkan kamu karena kamu adalah cucunya Kung. Tapi semua ini juga demi Dinar dan jabang bayimu yang baru tumbuh, Ngger..!!!"

Pak Ratanca memilih diam tapi beliau membantu menantunya untuk duduk di ranjang, tepat di samping Dinar.

"Ini kisah, delapan tahun yang lalu. Saat Ranca, Langkit dan Dalu masih sekolah dan berada di masa kelulusan sekolah." Kata Kung membuka kisah kelam masa lalu yang kini masih menyisakan bencana dalam hidup cucunya.

.

.

.

.

1
Cut oka Elfina
.
NauraHaikal
ceritanya selalu bagus sangat suka dg karya2 author
Yayuk Bunda Idza
jadi penasaran kak Nara jarak usia Nada dan Dinar, trus Erlangga anak keberapa?
Yayuk Bunda Idza
ini yang q maksud, walau sudah bisa menyimpulkan, tapi tetap menyesakkan hati saat baca😭😭
Yayuk Bunda Idza
berjuang untuk cinta om Ran
Denis blora
kak Nara ♥️♥️♥️♥️♥️
putri
manteeeep
putri
🥰🥰🥰🥰🥰🥰👍👍👍👍
Mika Saja
perasaan bang RAN amburadul,,sy jg ikut merasakan amburadul nya,,,,entah bgaimn menata hati yg SDH dikoyak2 sprti ini Krn memng blm siap menghadapi cobaan ini,,,sabar Bang RAN,pasti ada jln nya ya
Setyaningsih
siap membaca semua karya kak Nara
NaraY_Kamanatha: Waaahh.. Alhamdulillah masih ada yang mau komentar. Terima kasih ya kak🥰🙏.

Padahal besok rencana gk up karena bab ini gk ada komennya😁
total 1 replies
Niken Ayu Wulandari
karya Nara tidak pernah gagal dr awal g pernah ketinggalan sukses terus
Denis blora
😭😭😭 Dinar
Maysuri
jngan siksa dr q unk mengeluarkan air mata lg thor.....sedih banget 😭😭😭
Sri Wahyuni Abuzar
tisuuuuu...tolooong tisuuuu aqu habis sudah tak bersisa...tapi air mata ku masih ngalir deres ini 😭😭😭😭😭😭😭
putri
🥲🥲🥲🥲🥲
Nining Dwi Astuti
😭😭😭😭
Mika Saja
mba Nara nyesek bener ya....... ternyta begini ceritanya mengapa bang RAN jd berubah sprti bitu
mudahlia
Dinar gk boleh mati kak Nara jgn jahat ya dia terlope lope di h aqu
dyah EkaPratiwi
/Sob/
Nabil abshor
😭😭😭😭😭 sakitnya,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!