NovelToon NovelToon
Jejak Kelabu

Jejak Kelabu

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengganti / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Lili

Tetesan-tetesan air hujan meninggalkan jejak basah kilau bening di pucuk-pucuk daun mahoni ditambah semburat cahaya mentari yang mulai meredup bak permata.... indah itulah dipengelihatanku.
Kumengadah ke atas kelabu itu sudah beranjak pergi berganti cahaya kemerahan di sana....kuhirup perlahan aromanya sambil memejamkan mata masih terasa segar....
Ku buka mata....masa itu... kenapa tiba-tiba menyergap ku....kuraba hatiku....masa yang selalu menghantui hidupku....apakah jejak kelabu dihatiku kan berganti ataupun sudah terkikis? kata hatiku berkata....aku rindu

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lili, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 23 Berkunjung Ke Rumah Mbak Rina dan Om Dio

...•...

...•...

...•...

...~Selamat Membaca~...

...°°...

Pagipun telah tiba.

Ayah, Ibu, dan Liona berada di ruang makan. Sarapan makanan yang telah di masak oleh ibu dan Liona. Hanya ada mereka bertiga sedang Rio keluar rumah. Dia keluar sejak rona semburat merah berada di langit. Rio selalu menyempatkan diri untuk selalu berolahraga seperti jogging yang tengah dia lakukan.

Sebelum berangkat Rio tadi juga berpamitan dengan Ayah dan Ibunya tidak dengan Liona. Rio juga ingin mengajak Liona untuk jogging bersamanya. Rio pikir Liona masih tidur karena kemarin dia tahu bahwa Liona mengalami jetlag jadi dia tidak membangunkannya.

"Lho Rio kemana Yah, Bu?" Tanya Liona setelah keluar dari kamar.

Liona sudah mandi dan memakai baju santai yang sebelumnya dibawanya dari tempat tinggal baru mereka.

"Oh dia lagi jogging." Ucap ibunya

"Ayo sarapan dulu." Ajak ayahnya

"Nggak nunggu Rio dulu Yah."

"Adekmu itu tadi sudah pesan kita sarapan aja dulu. Untuk sarapannya nanti minta untuk didisisihkan."

"Oh gitu."

Segera mereka duduk mengambil makanan yang telah tersaji di meja makan. Ibu dan Liona memasak tumis kangkung, nasi goreng, dan beberapa jenis lauk yang digoreng seperti ayam, tahu, tempe, dan setoples kerupuk udang.

Ibu dan Liona memasak untuk sarapan mereka dengan bahan yang sudah diisi Mbak Raya di kulkas berbagai jenis sayur, lauk, buah, juga dengan bumbu.

Ditengah mereka menikmati makanan dengan hikmat. Ayahnya berujar.

"Selalu masakan Ibu dan Liona, terlalu terbaik..." ucap ayah Liona mengacungkan kedua jempol tangannya.

"Ayah bisa aja." jawab ibu dan Liona dengan kompak.

Selama mereka menghabiskan sarapan mereka selingi dengan percakapan. Suasana kekeluargaan begitu kental terasa.

Setelah mereka sarapan Liona dan membereskan peralatan makan mereka Liona izin kembali ke kamarnya.

Saat Liona akan kembali ke kamarnya. Berpapasan dia dengan adikknya Rio yang baru saja masuk ke dalam rumah. Lionapun kaget.

"Jantung mbak hampir copot Yo." Liona berkata sambil mengelus dadanya.

"Hahaha, ekspresimu lho mbak lucu banget, makanya kalau jalan itu jangan sambil melamun." ujar Rio sambil tertawa terpingkal-pingkal sambil memegang perutnya.

"Kamu ya. Nggak usah dekat-dekat sama mbak, Tuh keringatmu banyak."

Liona menunjuk keringat yang cukup banyak dibadan Rio selepas adik Liona jogging.

"Ah nggak terlalu deh, masih wangi juga aku. Peluk Mbak Liona ah...."

Ucap Rio jahil dan menghalang-halangi Liona saat Liona akan masuk ke dalam kamarnya.

"Rio nggak usah aneh-aneh, mbak sudah mandi ya."

"Rio, jangan jahil sama mbakmu." kata ayah yang duduk dari teras rumah bersama ibu. Mungkin. suara tawa dan percakapan mereka yang cukup keras hingga terdengar oleh orang tuanya

Ibunya berjalan mendekati mereka.

"Rio jangan jahil-jahilah sama mbakmu. Segera sarapan Dek." Ucap Ibunya

"Peluk dulu ah...."

Masih mengulang kejahilannya kepada Liona.

"Ibu." Liona mencari perlindungan ibunya

"Rio Hermawan." Ucap Ibunya

Nah, iya kan.....

jika ibu sudah memanggil nama lengkap anaknya, ibunya sudah mulai jengkel.

"Lekas sarapan terus bersih-bersih sana."

"Mandi dulu Bu gerah, habis itu aku sarapan."

"Bu, Liona masuk kamar dulu."

Liona segera berlalu dari ibunya dan Rio dan masuk ke dalam kamarnya.

***

Liona sekarang sudah masuk ke dalam kamarnya dan dikuncinya. Takut adiknya nanti melanjutkan aksi jahilnya kepada Adiknya.

Melihat-lihat dalam kamarnya yang belum benar-benar dilihatnya itu. warna cat dalam kamar yang didominasi warna baby blue, warna kesukaannya. Mbak Raya pasti yang memilihkan warna kamarnya ini.

Dulu ingin sekali dia mengecat kamarnya dengan warna ini. Karena itu hanyalah keinginan dan masih banyak kebutuhan yang lebih penting untuk dipenuhi. Maka itu hanyalah angan belaka.

Sekarang keinginannya itu terwujud. Sungguh Liona sangat bersyukur akan kehidupannya saat ini yang jauh lebih layak dibandingkan sebelumnya.

Untung saja sebuah lemari dan beberapa buku yang berada di kamarnya tidak dibereskan dan dibuang oleh Mbak Raya.

Buku-bukunya dulu belum sempat dibawanya di tempat tinggalnya yang baru, syukurnya sampai sekarang buku-bukunya masih tetap utuh.

Meskipun dulu Liona juga tak ada permintaan kepada mbaknya agar barang-barang untuk tetap disimpan.

Menyentuh buku-bukunya yang berjejer di rak buku lemari bacanya. Lalu mengambil sebuah buku.

Buku itu adalah buku diary milik Liona bersampul biru.

Sambil membuka halaman per halaman buku diary nya Liona duduk di kasur ranjang mereka.

Membacanya dengan penuh minat tentang cerita pengalaman masa-masa kuliah. Dan lebih banyak menceritakan tentang sosok pria yaitu Lionel teman sekelas waktu Liona kuliah.

Hingga tak terasa dia berada akhir halaman dia menulis di buku diarynya. Liona tersenyum dan menutup buku diarynya.

Mengelus bukunya itu lalu mengembalikan di tempat semula dengan rapi.

Acara nikah sepupunya masih dilakukan besok. Liona bingung apa yang ingin dilakukannya.

Oh iya dia baru ingat, dia ingin berkunjung ke rumah Mbak Rina dan Om Dio. Melihat juga rumah makannya.

Segera dia bersiap-siap, mengganti baju dan menghiasi wajahnya dengan make up. Lalu menyiapkan beberapa bingkisan sebagai oleh-oleh untuk diberikannya kepada Mbak Rina dan Om Dio dan kedua anaknya.

Setelah siap dia segera keluar kamar. Segera mencari ayah dan ibunya pamit ke rumah Mbak Rina dan Om Dio.

Ibu dan ayahnya sekarang berada di taman depan sedang sibuk merawat tanaman yang tumbuh subur.

Liona memanggil ibu ayahnya dan mendekat ke arah mereka.

"Yah, Bu." panggilnya.

"Lho Na kamu mau kemana membawa barang-barang gitu?"

"Oh ini yah, ini bingkisan yang akan Liona kasih ke Mbak Rina dan Om Dio sebagai oleh-oleh."

"Liona mau berkunjung ke rumah mereka."

"Sebentar Na, jangan pergi dulu."

Ibunya mencuci tangannya yang kotor karena tanah. Berjalan cepat berlalu ke dalam rumah. Ibunya kembali dengan sekantong kresek ukuran sedang dan menyerahkan kepada Liona.

"Ini Na tambahin, Ibu dan Ayah tutup salam ya."

Liona menerima dan menata kembali agar lebih rapi dan mudah membawanya.

"Na kamu ke sana naik apa?" kata ayahnya.

Oh iya Liona masih belum memikirkan itu. Dia ke sana dengan apa, apa dia jalan kaki saja ya jaraknya kan juga tidak terlalu jauh kurang lebih 2 km dari sini, pikir Liona dalam hati.

Saat akan menjawab pertanyaannya. Rio berjalan menghampiri mereka.

"Nah itu ada Rio."

"Ya yah ada apa? Mbak kamu mau kemana?"

"Yo, tolong anter mbakmu ke rumah Mbak Rina dan Om Dio kamu masih ingat rumah mereka kan?" ucap ibunya.

"Oh iya Yah siap."

"Mbak, tunggu ya aku tak ambil jaket."

Rio berlalu ke dalam rumah dan ayahnya berjalan masuk ke dalam garasi dan mengambil sebuah sepeda motor dan memanasi sepeda motornya.

Sejak kapan ada sepeda motor di sini. Sepeda motor mereka dulu seperti dijual untuk tambah ongkos ketika meninggalkan rumah ini.

Kok ada sepeda motor yang sepertinya sepertinya masih terlihat baru.

"Sepeda motor siapa yah." Liona bertanya.

"Sepeda motor kita, pas kita ada rencana ke sini ayah minta tolong untuk dibelikan sepeda motor sama Mas iparmu dengan uang yang sudah ayah transfer."

"Oh gitu."

Rio sudah siap. Mereka berpamitan kepada orang tuanya lalu Liona duduk dibelakang dengan dibonceng oleh Adiknya itu. Rio mengendarai sepeda motor dengan kecepatan.

*

*

*

Beberapa saat kemudian Liona dan Rio telah sampai di rumah makan mbak Rina dan Om Dio.

Memarkirkan sepeda motor di sisi dekat pintu masuk. Lalu mereka melangkah bersama.

Suasana dalam rumah makan lumayan banyak orang.

"Permisi." ucap Liona

Liona dan Rio dihampiri oleh seorang laki-laki yang lebih muda dari Rio.

"Iya mbak, mau beli apa."

"Saya mau bertemu mbak Rina dan Om Dio, mereka ada?"

"Oh cari ibu dan ayah, mereka berada di belakang, saya panggil mereka dulu, silahkan masuk duduk dulu mbak mas."

Liona kaget anak Mbak Rina dan Om Dio ternyata sudah besar.

"Ya Tuhan sekarang kamu sudah besar ya mbak nggak sadar kalau ini kamu." ucap Liona

"Ingat nggak mbak ini siapa?"

Diamatinya Liona dengan seksama oleh lelaki muda itu.

"Mbak Liona ya." ucap lelaki itu tidak yakin karena penampilan Liona dulu dan sekarang sudah berubah.

Sekarang Liona lebih terawat.

Liona pun mengiyakan dengan menggangguk.

Sambil menunjuk lelaki muda itu berkata kembali.

"Ini Mbak Liona dan ini Mas Rio betul?"

"Seratus persen benar bro." jawab Rio

"Wah Mbak Liona tambah cantik aja."

"Sebentar aku panggil ibu dulu ya mbak."

Lelaki muda itu segera berlalu.

"Ya Tuhan, Liona kamu." Ucap Mbak Rina dengan terbata-bata sangking shoknya melihat Liona yang sudah lama tidak berjumpa.

Dipeluknya tubuh Liona dengan erat

"Yah, yah, Liona yah." Ucap Mbak Rina memanggil suaminya, Om Dio.

"Ya Tuhan Liona dan ini Rio ya. Pangling Om."

"Sini-sini jangan dulu di warung, masuk ke dalam rumah saja." ajak Mbak Rina dan Om Dio.

Liona dan Rio segera mengikuti tuan rumah masuk ke dalam. Tidak lupa menyerahkan bingkisan sebagai oleh-oleh.

Banyak yang mereka obrolkan. Bagaimana kehidupan mereka sekarang, keadaan disana, dan lainnya. Tidak luput juga tentang acara pernikahan Aurelin.

Senja mulai menunjukkan eksistensinya ketika Liona dan Rio pamit pulang.

Setelah pamit dan menyampaikan salam dari orang tuanya Rio dan Liona segera menaiki sepeda motornya karena besok aktivitas mereka padat, menghadiri pernikahan Aurelin.

1
Lili
I have everything I need to be happy right now. Walau belum sesukses orang lain, tapi cukup kok.


Bukan karena cepat puas. Justru karena tujuanku besar yah aku belajar menikmati apa yg aku punya hari ini sambil berjuang untuk mimpi-mimpi berikutnya.


Rasa cukup ini yang bikin hati semakin luas.

I have everything I need to be happy right now. Walau belum sesukses orang lain, tapi cukup kok.


Bukan karena cepat puas. Justru karena tujuanku besar yah aku belajar menikmati apa yg aku punya hari ini sambil berjuang untuk mimpi-mimpi berikutnya.


Rasa cukup ini yang bikin hati semakin luas.
Lili
💪💪💪
Lili
semangat
Lili
semangat terus jangan malas-malasan
Lili
ayo terus berkarya
Lili
tetap berkarya
Lili
tetap fighting
Lili
jangan menyerah
Lili
semangat 💪💪💪
Lili
semangat ya 😇
Lili
👍💜💙💚♥️💛
Lili
semangat jangan pantang menyerah
Lili
💛💪
Lili
terus berkarya ya
Lili
💪💪💪💪
Lili
semangat jangan menyerah
Lili
jangan malas-malasan
Lili
harus benar-benar kuat
Lili
semangat ya
Lili
semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!