Alana Xaviera merasa seperti sosok yang terasing ketika pacarnya, Zergan Alexander, selalu terjebak dalam kesibukan pekerjaan.
Kecewa dan lapar akan perhatian, dia membuat keputusan nekad yang akan mengubah segalanya - menjadikan Zen Regantara, pria berusia tiga tahun lebih muda yang dia temui karena insiden tidak sengaja sebagai pacar cadangan.
"Jadi, statusku ini apa?" tanya Zen.
"Pacar cadangan." jawab Alana, tegas.
Awalnya semua berjalan normal, hingga ketika konflik antara hati dan pikiran Alana memuncak, dia harus membuat pilihan sulit.
📍Membaca novel ini mampu meningkatkan imun dan menggoyahkan iman 😁 bukan area bocil, bijak-bijaklah dalam membaca 🫣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red_Purple, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4 : TCB
"Hotel." Alana menatap sekeliling tempat dia berdiri sekarang. "Zen, kamu ngapain bawa aku ke hotel dan pakai acara pesan kamar segala?"
Zen tak menghiraukan pertanyaan Alana, dia menarik tangan Alana setelah selesai memesan kamar dan membawa wanita itu ke kamar yang sudah dia pesan. Pintu kamar ditutup rapat, bahkan dikunci dari dalam oleh Zen, membuat kepanikan diwajah Alana semakin terlihat.
"Zen, kamu mau apa?!" bentak Alana dengan napas yang mulai terdengar berat, menatap was-was pada Zen.
Zen menyunggingkan senyum, membalikkan badannya dan menatap Alana dengan tatapan yang sulit diartikan. "Untuk melanjutkan apa yang tadi tertunda dirumah, Alana."
"Maksud kamu?" suara Alana terdengar pelan, wajahnya semakin terlihat panik.
Zen melangkahkan kakinya mendekat tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Alana, membuat Alana melangkah mundur secara perlahan dengan debaran jantung yang semakin kencang.
"Kita bukan anak remaja yang pacaran keluar hanya untuk sekedar jalan-jalan atau jajan diluar. Kita sudah sama-sama dewasa, Alana." ucap Zen, satu tangannya merengkuh pinggang Alana saat dia sudah berdiri di hadapannya, membawa tubuh itu mendekat.
"Jangan macam-macam, Zen!" gertak Alana kedua tangannya menahan dada Zen supaya tubuh mereka tidak terlalu menempel.
Zen menyunggingkan senyum, "Lima tahun bukan waktu yang singkat untuk sebuah hubungan. Jika pacarmu yang satu lagi tak kunjung membawa hubungan kalian ketahap yang lebih serius, itu artinya dia menyembunyikan sesuatu darimu, Alana."
Sebelumnya, Zen sudah mendengar cerita dari Tante Amara saat mamanya menanyakan kapan Alana akan menikah. Dan Zen bisa mengambil kesimpulan dari cerita Tante Amara, sesibuk-sibuknya pria bekerja, dia akan tetap memprioritaskan wanita yang dicintainya.
"Maksudmu?" Alana menjelajahi mata Zen lebih dalam, mencoba menebak apa yang ada dipikiran Zen sekarang. "Pacarku berselingkuh?"
"Aku tidak bilang begitu," jawab Zen. "Bisa saja dia merasa belum siap, atau ada sesuatu hal yang masih menjadi pertimbangan baginya."
"Kenapa kamu tidak putuskan saja pacarmu itu?" tanya Zen dengan satu alis terangkat, "Bukankah sekarang sudah ada aku, pacar barumu."
Alana tertawa kecil seraya menggeleng-gelengkan kepalanya, ucapan Zen terdengar lucu baginya. Dia tidak akan benar-benar jatuh cinta pada pria berondong seperti Zen.
"Ayolah Zen, kita sudah punya kesepakatan. Jangan memakai perasaan dalam hubungan ini, karena aku tidak akan pernah benar-benar mencintaimu."
Alana terkejut saat Zen tiba-tiba mendorong tubuhnya hingga jatuh terlentang di atas ranjang. Wajahnya kembali panik saat Zen merangkak naik ke atas tubuhnya dan menindihnya. Kedua tangan Alana menahan dada Zen.
"Bukan aku yang akan memakai perasaan, tapi kamu Alana." Zen menyunggingkan senyum, mengarahkan wajahnya ke leher jenjang Alana dan membenamkannya disana.
"Zen, kamu sudah gila!" Alana berusaha kuat mendorong tubuh Zen dari atas tubuhnya.
"Akh...!" Alana terpekik saat Zen memberikan gigitan kecil dilehernya.
Tak cukup sampai disana, tangan Zen mulai bergerak nakal menyelusup masuk kedalam kaos longgar yang Alana kenakan, tak menghiraukan pemberontakan Alana yang terus memukuli dadanya. Alana menahan tangan Zen saat tangan itu bergerak semakin naik ke atas dan hampir menyentuh dadanya yang masih terbungkus oleh bra.
"Zen, jangan!"
-
-
-
Alana tengah berdiri di depan cermin kamarnya sambil menggosok-gosok tanda yang dibuat oleh Zen tadi siang dilehernya. Bahkan belum genap satu hari mereka berpacaran tapi Zen sudah berani membuat tanda yang pria itu sebut sebagai stempel dari pacar.
"Sepertinya aku sudah tidak waras dengan menjadikan berondong itu sebagai pacar cadanganku,"
Alana terus bergumam kesal sambil tangannya terus sibuk mengusap-usap lehernya. Beruntung tadi siang Zen tidak benar-benar menjamahnya dan hanya mengerjainya. Karena jika tidak, dia akan menendang keras burung perkutut pria itu hingga membengkak.
Suara ketukan pintu diiringi dengan terbukanya pintu membuat Alana menoleh. Amara menjulurkan sedikit kepalanya kedalam dan tersenyum pada putrinya.
"Alana, Zergan nungguin kamu tuh dibawah," beritahunya.
Alana terkejut saat mendengar nama Zergan disebutkan, dia memutar kembali tubuhnya menghadap cermin, merapikan rambutnya untuk menutupi tanda keunguan yang dibuat Zen. Zergan tidak boleh melihat tanda itu atau nanti kekasihnya itu akan berfikir macam-macam terhadapnya.
Di ruang tamu, Zergan tengah menunggu Alana dengan wajah tenangnya. Sepulang dari kantor dia sengaja menyempatkan waktu untuk datang kerumah Alana setelah tadi siang papanya Alana berbicara dengan kedua orang tuanya tentang keseriusan hubungan mereka berdua.
"Zergan, ngapain kamu datang?" tanya Alana seraya melangkahkan kakinya mendekat.
Zergan berdiri, memeluk Alana singkat. "Kamu kok nanyanya gitu sih, sayang. masih marah soal kejadian semalam? Aku minta maaf ya,"
Alana menghela napas, "Ada apa kamu datang? Tumben-tumbenan," tanyanya sekali lagi.
"Aku kesini untuk bilang jika besok aku akan pergi keluar kota, jadi selama dua minggu kedepan kita tidak akan ketemu," beritahu Zergan. "Kalau aku bicara ditelfon kamu pasti akan marah, jadi aku sengaja datang untuk memberitahumu."
Alana menurunkan tangan Zergan dari kedua lengannya, menatap kecewa pada pria itu. "Seharusnya kamu tidak perlu datang jauh-jauh kemari kalau hanya untuk memberitahukan hal seperti ini."
"Aku butuh waktumu, Zergan. Sedikit saja perhatian darimu." ungkap Alana dengan mata berkaca-kaca. "Sehari saja, kita nikmati waktu berdua tanpa ada telefon-telefon tentang pekerjaan."
Zergan meletakkan kedua tangannya di bahu Alana, berusaha untuk meyakinkan kekasihnya itu. "Setelah pulang nanti aku janji akan meluangkan waktu untuk kamu, tolong bersabar sedikit Alana. Aku sibuk seperti ini juga untuk kita, untuk masa depan kita berdua nantinya."
Alana menatap jengah, memalingkan wajahnya kesamping untuk menghindari tatapan mata Zergan. Janji-janji seperti ini sudah sering dia dengar, tapi pada akhirnya Zergan akan kembali pada kesibukannya setelah dia kembali nanti.
"Alana," panggil Zergan lembut, dia mendekatkan wajahnya dan meraih dagu Alana, membimbing wajah itu untuk kembali menatapnya. "Aku mencintai kamu, sangat. Dan aku harap kamu tidak ragu dengan perasaanku ini. Kali ini aku janji dan aku tidak akan mengingkarinya, setelah pulang nanti aku punya kejutan untuk kamu."
"Kejutan?" ulang Alana pelan.
Zergan mengangguk yakin, satu tangannya menyentuh pipi Alana dan mengusapnya lembut. "Ya. Dan aku harap kamu masih setia menunggu sampai aku kembali nanti, Alana."
Alana tersenyum tipis. Meskipun dia tidak begitu yakin, tapi dia berharap kali ini Zergan akan menepati janjinya dan tidak akan pernah mengecewakannya lagi.
Wajah Alana bersemu saat Zergan mendekatkan wajahnya secara perlahan, merasakan debaran jantungnya yang mulai berpacu seiring dengan wajah Zergan yang semakin dekat. Hembusan napas pria itu bisa dia rasakan menyapu kulit wajahnya.
"Ehem,"
Alana terkesiap kaget saat mendengar suara deheman seseorang, kepalanya menoleh cepat kearah pintu rumah yang terbuka lebar. Zen sudah berdiri disana dengan menyenderkan tubuhnya pada sisi pintu, seringai tipis tergambar diwajah pria itu dengan tatapan tertuju pada wajah Alana.
"Apa kedatanganku mengganggu kalian?"
-
-
-
Bersambung....
mo komen di paragrap gak bisa,, lagi repisi katanya🤧🤧
gonjang-ganjing hubungan
selamat berpusing ria ya lana 😂
Kalo zergan, Dateng lagi Jan diterima ya rin.dia ngebuang kelean sebegitu enaknya
sory ini ya Alana Mungin agak jahat. tapi Karin cerita aja dech.
biar bisa dapet selotip yang baek
"Zen.... lanjutkan" 😆🤣🐅