#SiMujur
Bejo Fajar Santoso, atau Jo, adalah pria berumur 25 tahun yang selama hidupnya selalu diliputi kesialan. Namun, hidup Jo berubah drastis setelah dirinya bertemu dengan Athena Dewi Sarayu, wanita yang disebut-sebut sebagai wanita paling beruntung abad ini. Cantik, kaya, sukses, dan memiliki pacar seorang pengusaha tampan, Tina punya segalanya. Tapi, keberuntungannya lenyap saat nasib sial Jo berpindah kepadanya!
Bagaimana nasib mereka selanjutnya? Dapatkah Tina mengembalikan keberuntungannya, atau akankah Jo akhirnya bisa merasakan keberuntungan seumur hidup? Ikuti kisah mereka disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Jalan, Yuk?
"WAHAHAHAHA!" Yena tertawa terbahak-bahak mendengar cerita Tina. "Sumpah! Lucu banget!"
"Lo kok malah ketawa, sih?" Tina bersungut-sungut. "Gue lagi kesel nih!"
"Sorry, sorry," Yena berusaha menenangkan dirinya sendiri. Meski begitu ia masih tak bisa menahan tawa. "Lagian, cerita kamu beneran lucu. Aku nggak bisa bayangin gimana muka kamu waktu dibawa ke rumah sakit sama Mas Jo,"
"Sama sekali nggak lucu, tahu!" Tina melipat tangannya kesal. "Dia aja yang bego karena nggak peka!"
"Aduh, sakit perut aku..." Yena mengusap air matanya karena kebanyakan tertawa. "Jadi, sekarang gimana? Kamu mau menyerah?"
"Enak aja! Nggak ada kata menyerah dalam kamus Gue! Gue harus bisa ngedapetin dia gimanapun caranya!" tekad Tina bersungguh-sungguh.
"Yah, kita lihat saja deh. Aku berdoa semoga kamu berhasil," Yena menepuk pundak sahabatnya memberi semangat. Tina yang merasakan ada nada sarkasme dalam ucapan Yena hanya bisa mendengus sebal.
Tapi Tina tak menyerah. Meskipun kemarin pagi rencana merayu Jo gagal, ia akan mencobanya lagi. Maka pagi ini, Tina sudah sibuk berkutat di dapur. Rencananya ia akan membuatkan sarapan khusus untuk Jo. Mana ada laki-laki yang tidak tersentuh saat wanita secantik dirinya membuatkan sarapan, kan?
"Ini sempurna," Tina menatap puas beberapa makanan yang tersaji di meja dapurnya. Pagi ini Ia membuat omelet spesial dengan isian keju, jamur, dan paprika yang dipotong dadu kecil. Omelet tersebut dihiasi dengan daun parsley segar di atasnya, memberikan tampilan yang menggugah selera.
Selain itu, Tina juga memanggang roti gandum hingga berwarna keemasan, kemudian mengolesinya dengan mentega yang meleleh sempurna. Ia menambahkan sedikit taburan biji wijen di atas roti untuk memberikan tekstur yang renyah.
Untuk melengkapi sarapan, Tina membuat jus jeruk segar, diperas langsung dari buah jeruk yang matang dan manis, memberikan rasa segar dan menyehatkan. Jus tersebut disajikan dalam gelas kaca yang dihiasi dengan pita warna-warni, memberikan sentuhan personal yang manis.
"Mustahil Jo akan melewatkan sarapan secantik ini," Tina membusungkan dadanya penuh percaya diri. Setelah itu, ia duduk manis di kursi makan untuk menunggu kedatangan Jo.
"Selamat pagi Bu Tina!" Tak berselang lama, terdengar suara ceria Jo dari luar rumah. Tina langsung berdiri untuk menyambut lelaki itu.
"Pagi Jo!" sapanya dengan nada selembut mungkin. Tapi dahinya mengernyit saat ia melihat Jo datang sambil membawa kantong plastik.
"Itu apa Jo?"
"Oh? Ini saya dapat nasi goreng dari tetangga saya, sisa dagangan semalem! Katanya saya disuruh bawa biar nggak mubazir. Ya saya bawa lah Bu, lumayan dapat rezeki!" Jo mengangkat plastik berisi bungkusan nasi goreng. "Bu Tina mau coba?"
Tina menggelengkan kepalanya. "Nggak Jo, makasih. Eng, tapi, sekarang Gue udah buatin sarapan buat Lo tuh..." Tina menunjuk hasil masakannya di atas meja.
"Wah! Bu Tina masak?!" Jo mendekati meja dapur dan melihat makanan itu dengan antusias. "Wah, mewah banget! Sarapannya pakai roti!"
Tina tersenyum. "Iya Jo. Ini khusus gue bikinin buat Lo. Gimana? Lo suka kan?"
Lo udah mulai jatuh cinta sama gue kan? lanjut Tina di dalam hati.
"Suka sih, Bu. Tapi maaf nih, saya udah nggak bisa makan lagi karena udah kekenyangan makan nasi goreng," Jo mengusap perutnya yang sedikit membuncit. "Makanya saya sampai bawa sisa nasinya kesini karena nggak habis,"
"Terus? Sarapan gue gimana dong? Siapa yang mau makan coba?"
"Oh, saya punya ide!" Jo mengambil nampan dari rak dapur dan meletakkan piring-piring hasil masakan Tina berikut gelas jusnya ke atas nampan. Setelah itu ia melangkah keluar rumah dengan santai.
"Loh, loh, Jo! Itu mau dibawa kemana?"
"Mau dibawa ke pos satpam Bu! Kasihan kayanya mereka belum pada sarapan!" jawab Jo sambil tetap melanjutkan langkahnya keluar rumah. Tina hanya bisa menghela napas panjang sambil menepuk jidat.
"Dasar cowok bego!"
...----------------...
Meskipun kesabarannya kembali diuji, Tina pantang menyerah. Sorenya, setelah semua pekerjaan selesai, ia kembali melancarkan rayuannya pada Jo.
"Jo, kita jalan yuk," ucap Tina terus terang, membuat Yena yang mendengarnya sontak tersedak.
Astaga, blak-blakan sekali! Batin Yena sambil menatap Jo. Ia merasa penasaran dengan reaksi laki-laki polos itu.
Berbeda dengan bayangan Yena, ternyata Jo malah bersikap biasa-biasa saja. Setelah terdiam lama, lelaki itu malah bertanya. "Jalan kemana, Bu?"
Tina tersenyum. "Ya kemana aja. Ke mall misalnya. Kita nonton, kita makan, kita belanja, apapun itu asal berdua aja,"
Jo tampak mengangguk-anggukkan kepalanya. "Ya ayo aja sih Bu," ucapnya yang membuat Tina langsung terbelalak senang. "Tapi, kenapa harus jalan? Memangnya nggak capek ya jalan kaki sampai ke mall? Mall kan jauh, kenapa nggak naik mobil aja?"
"Astaga..." Tina memukul-mukul bantal sofa di pangkuannya. "Kalau bego tuh jangan diambil semuanya dong Jo..."
"Ehem, jadi begini mas Jo," Yena berusaha menjelaskan dengan sabar. "Jadi maksud Bu Tina tadi itu bukan jalan secara harfiah. 'Jalan' yang dimaksud itu artinya jalan-jalan, jadi nggak harus jalan pakai kaki, bisa juga pakai kendaraan seperti mobil, motor, begitu." Yena menjelaskan sesederhana mungkin, berharap Jo akan memahami ucapannya.
Jo kembali mengangguk-anggukkan kepalanya. "Oh gitu..."
"Nah, udah ngerti kan? Jadi gimana? Lo mau kan jalan berdua sama gue?" Meskipun sempat merasa frustasi, Tina mencoba tidak menyerah.
"Hm, boleh aja sih Bu. Tapi, nanti yang nyetir siapa?"
"Kenapa mikirin yang nyetir? Kan ada pak supir," Tina bertanya heran.
"Tadi kan kata ibu jalannya berdua aja. Kalau sama pak supir, berarti jadinya bertiga dong. Apa Bu Tina jalannya mau sama pak supir aja?"
PLAK!
Tina dan Yena serempak memukul dahi mereka masing-masing.
Capek deh!
Akhirnya, setelah perdebatan yang cukup panjang bersama Jo, mereka berdua akhirnya 'jalan' juga. Kalau menurut versi Jo, mereka jalan bertiga karena ada pak supir. Tina dan Yena sampai sudah menyerah menjelaskan karena Jo tak paham-paham.
"Lo pernah masuk bioskop?" tanya Tina saat mereka akhirnya masuk ke mall. Jo menggelengkan kepalanya.
"Saya mana ada uang buat nonton Bu,"
"Bagus, sekarang kita nonton," Tina menggandeng lengan Jo dan mengajaknya membeli tiket masuk. Ia dengan sengaja mencari film horor, karena sudah memiliki rencana sendiri.
Dalam kepala Tina, nanti saat sedang menonton dan setannya muncul, Tina akan pura-pura ketakutan dan memeluk Jo. Sebagai laki-laki, Jo pasti akan merasa punya tanggung jawab untuk menenangkan Tina. Dalam bayangan Tina, Jo akan menjadi pahlawan yang melindunginya dari ketakutan, dan dari situlah momen romantis mereka akan dimulai.
Namun, realita tidak selalu sesuai dengan rencana.
Begitu mereka duduk di dalam bioskop dan film dimulai, Tina sudah siap-siap menunggu adegan menakutkan. Saat layar lebar itu memunculkan sosok seram, Tina pun segera merapatkan tubuhnya pada Jo.
"Astaga, Jo! Serem banget!" Tina berseru sambil berharap Jo akan memeluknya. Tapi aneh, lelaki itu malah tidak bereaksi apa-apa. Yang ada, Tina malah mendengar suara dengkuran di sebelahnya.
"Grook... Grook..."
Tina mendongak menatap Jo dan alangkah terkejutnya ia saat melihat lelaki itu sedang tertidur pulas.
"Jo!" Tina reflek memukul kuat-kuat pundak Jo sampai ia terbangun. "Lo tidur?!"
"Eh, eh, iya Bu, habisnya filmnya nggak serem. Masih sereman hantu yang ada di kamar kosan saya sih," jawab Jo sambil menggaruk-garuk tengkuknya bingung.
"Dah, ah! Gue bete! Ayo keluar dari sini!" Tina menghentakkan kakinya ke lantai dan melangkah keluar dari ruang bioskop.
"Loh, loh, Bu! Filmnya belum selesai!" Jo mengikutinya di belakang sambil membawa popcorn dan cola nya yang masih utuh.
Huft, gagal maning, gagal maning! gerutu Tina kesal.
lagian, orang baru dgn pengetahuan terbatas suruh mikir sendiri..
cemburu boleh tapi jgn gitu juga kali pakai ngaku hamidun segala 😩
wkwk, Tina manas-manasin siti🤭🤭
Selamat membaca bab 28 gaes😘😘
Kasih semangat buat Jo mau ketemu Papa camer😚