" Aku menyukaimu Ran. Aku sungguh-sungguh mencintaimu?"
" Pak, eling pak. Iih ngaco deh Pak Raga."
" Ran, aku serius."
Kieran Sahna Abinawa, ia tidak pernah menyangka akan mendapat ungkapan cinta dari seorang duda.
Duda itu adalah guru sejarah yang dulu mengajarnya di tingkat sekolah menengah atas. Araga Yusuf Satria, pria berusia 36 tahun itu belum lama menjadi duda. Dia diceraikan oleh istrinya karena katanya menderita IMPOTEN.
Jadi bagaiman Ran akan menanggapi perasaan pria yang merupakan mantan guru dan juga pernah menjadi kliennya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DDI 24: Perasaan Apa Ini?
Selama 3 hari, Raga selalu datang ke kantor Ran. Selain memastikan bahwa Ran baik-baik saja, dia juga ingin tahu apakah Rena masih mendatangi Ran. Mengenai luka yang ada di lengan Ran pun, Raga masih curiga bahwa Rena lah pelakunya.
Raga masih menunggu Ran untuk bercerita tentang pelaku sebenarnya, maka dari itu dia tetap waspada terhadap Rena.
Hari ini pun Raga mendatangi kantor Ran. Doni dan Prita menjadi biasa saat melihat keberadaan Raga di sana. Terlebih saat mereka tahu bahwa Raga adalah mantan guru sekaligus mantan klien dari Ran. Hanya saja, baik Doni maupun Prita merasa bahwa sikap Raga ini sungguh berbeda. Untuk sekedar mantan guru dan klien, Raga begitu berlebihan dalam memerhatikan Ran.
" Lo yakin tuh pak guru cuma sekedar simpati aja," bisik Prita ke telinga Doni.
" Nggak lah, gue cowok. Gue tahu lagi, tuh tatapan pak guru tuh tatapan ciiiintaaaa," sahut Doni cepat.
Mereka berdua saling berbisik di tengah tugas mereka mencari apa yang Ran inginkan. Sesekali kedua orang itu mencuri pandang ke ruangan Ran. Baik Prita maupun Doni menyadari bahwa pria matang itu sungguh memberi perlakuan yang baik bahkan terlihat begitu manis.
"Menurut Lo, Ran bakal sadar nggak kalau pak guru naksir dia?" tanya Prita kembali.
" Entah, Lo tahu kan tuh bocah kadang suka eror. Dia mungkin tahu bahwa pak guru memberikan perhatian lebih, suka atau simpati. Tapi kalau sampai cinta, kayaknya dia nggak sadar. Atau mungkin sadar tapi denial."
Jawaban Doni hanya ditanggapi oleh anggukan kepala oleh Prita, jadilah selama seharian itu keduanya hanya mengibahi teman mereka.
Sedangkan Raga yang saat ini ada di ruangan Ran, terlihat tengah membantu Ran. Tadi ketika dia datang, akhirnya Ran menjelaskan mengenai apa yang terjadi serta dugaan tentang penyerangan terhadap dirinya.
" Jadi, beneran bukan Rena yang ngelakuin itu?" tanya Raga memastikan. Padahal rencananya hari ini dia ingin mendatangi Rena dan menginterogasi wanita itu terkait luka milik Ran.
" Sangat yakin, sebenernya Abi udah ikut nyari juga. Dan motor yang dipakai si penyerang udah ketemu, tapi udah hangus terbakar. Mereka membersihkan jejaknya."
Ran mengingat kembali pembicaraannya dengan sang Abi, sebenarnya Kai sudah mengantongi nama orang itu. Dan ingin bertindak. Tapi oleh Ran ditahan, ia ingin menyelesaikan ini secara hukum. Ia ingin mencari buktinya sendiri dan membawa orang tersebut ke hotel prodeo.
Meskipun begitu tentu saja Kai tidak tinggal diam, dia tengah mengumpulkan banyak hal untuk membantu apa yang diinginkan oleh putrinya.
" Jadi sebenarnya kamu udah tahu, lalu ngapain dua bocah itu masih sibuk?" tanya Raga sambil melihat ke luar ruangan dimana Prita dan Doni masih sibuk mengotak-atik file komputer dan juga berkas-berkas di rak.
" Hahaha biarin mereka sibuk Mas, biar kelihatan kerja and nggak gibah."
Ran terkekeh geli, ia tahu sedari kemarin dua temannya itu diam-diam membicarakannya. Tapi Ran membiarkan hal tersebut, karena memang tidak ada klien maka dari itu dia terus meminta keduanya untuk mencari orang itu sekaligus merapikan berkas yang ada.
" Oh iya Mas, apa Mas nggak repot bolak balik sini dan sekolah? Trus hari ini juga Mas dari pagi ada di sini. Memangnya nggak kerja."
" Aku ambil cuti, cutiku selama setahun ini belum ku ambil. Lagian pas kemarin nikah itu aku nggak cuti sama sekali."
Ran ber oh-ria mendengar penjelasan Raga. Ia tidak lagi bertanya dan memilih untuk mencari tahu perihal orang yang ia duga adalah dalang dibalik penyerangannya. Yang Ran khawatirkan saat ini yakni orang itu mungkin tidak akan berhenti dan pasti akan melakukan hal lain hingga tujuannya tercapai.
" Apa yang kamu khawatirkan hmmm?"
Blusssh
Tangan Raga mengulur ke arah wajah Ran, ia menyingkirkan surai rambut yang menutupi wajah gadis itu. Tangan milik Raga yang bersentuhan dengan kulit wajah Ran membuat gadis itu berdebar. Dan wajahnya seketika memerah layaknya tomat yang sudah masak dan memasuki masa panen.
Hingga usianya 27 tahun, Ran sama sekali belum pernah sedekat ini dengan pria kecuali Abi dan kakak kembarannya. Jika itu temannya baik di masa kuliah maupun SMA dulu, juga tidak pernah dekat seperti saat ini. Maka dari itu Ran menjadi sedikit salah tingkah. Dadanya bergemuruh, seakan ada yang menggelitik disana.
" Anu, apa itu, ehmmm aaah iya, aku sedikit khawatir kalau orang itu akan melakukan hal yang buruk lagi. Bukan hanya ke aku, aku lebih khawatir kalau ia ngedatangi Prita atau Doni."
Raga menggangguku kecil, dia setuju dengan apa yang dikatakan Ran. Meskipun dia tidak tahu orang seperti apa yang saat ini dibicarakan oleh Ran, tapi mengingat Ran yang diserang tempo hari maka benar bahwa orang itu berbahaya.
Raga semakin menjadi khawatir, dia sungguh takut jika terjadi apa-apa dengan Ran. Jika bisa, ia ingin selalu ada di sisi Ran agar tidak ada yang menyakiti. Tapi seketika Raga ingat bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa. Wajah pria itu pun menjadi murung saat kembali mengingat status dan posisinya.
" Apa aku gila, lalu perasaan apa ini," monolog Raga dalam hati. Ia mengacak rambutnya kasar membuat Ran melihatnya dengan wajah bingung.
" Mas Raga kenapa? Kok pucet, apa sakit? Nggak demam tuh."
Kini giliran wajah Raga yang memerah ketika tangan Ran menyentuh keningnya. Rasanya ia ingin menarik tangan gadis itu dan membawa ke pelukannya. Tapi Raga masih punya akal sehat. Sepertinya dia harus menelisik ke dalam hatinya dan memastikan perasaannya terhadap Ran.
Ya, hingga saat ini dia pun masih merasa ambigu terhadap hatinya. Sebenarnya apa yang ia rasakan kepada Ran ini apakah memiliki arti lain atau hanya sekedar simpati.
Namun Raga merasa sedikit ragu jika benar ia menyukai Ran, pasalnya Ran adalah mantan muridnya dulu. Dia bahkan melihat perkembangan gadis itu meskipun hanya 3 tahun. Jika membayangkan Ran saat usia belasan, Raga seperti seorang penjahat karena memiliki rasa terhadap anak kecil. Dan juga, belum lama ia berhubungan kembali dengan Ran. Lalu, apakah rasanya itu sungguhan, atau hanya sekedar sekelebat.
Raga sedikit takut, ia menjadi sedikit sensitif atas gagalnya pernikahan punya kemarin. Ia juga merasakan cinta kepada Rena waktu itu, tapi nyatanya tidak bertahan lama. Maka dari itu ia ingin memastikan dulu apa yang sebenarnya hatinya rasakan.
Meskipun demikian, Raga merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya terhadap Ran. Rasa ingin melindungi, khawatir, dan juga ingin membuat gadis yang duduk di depannya ini tenang dan nyaman. Ia juga ingin selalu melihat Ran tersenyum serta mengurangi beban yang dipikirkan olehnya.
" Haah, benar-benar aku nggak ngerti kudu gimana," gumam Raga lirih sambil mengusap wajahnya kasar.
TBC