Doktor Dika'S Wife Is Queen Mafia

Hay readers... Salam sehat semuanya ya. Ayuk dukung karya otor yang baru ini dengan like, komen, dan subscribe nya ya. sawerannya juga boleh hehehhe.

Happy reading readers. Terimakasih. Matursuwun

...****************...

Pagi hari di ruang makan Dika dan Silvya tengah duduk di sana. Dika menikmati susu hangatnya dan Silvya menikmati kopi panasnya. Suasananya benar benar sangat canggung. Mereka berdua sama sama mengingat kejadian beberapa jam yang lalu membuat keduanya salah tingkah.

"Aku"

"Aku"

"Ladies first."

"Hari ini aku mau ijin keluar lagi. Tapi… Sepertinya aku tidak pulang untuk 2 atau 3 hari. Apakah boleh?"

Dika terdiam sejenak. Memikirkan apa yang akan dilakukan Silvya selama berada di luar rumah.

"Baik, tapi dengan syarat?

Silvya memicingkan matanya, syarat apa kira kira yang akan diberikan dokter kulkas itu.

" Pertama, kau harus selalu mengabariku. Kedua…ini…"

Dika mengeluarkan sebuah kotak cincin berbentuk hati dengan warna merah maroon. Di mengeluarkan isinya lalu meraih tangan Silvya dan menyematkan cincin berlian biru itu kajari manis Silvya.

Silvya terkejut, dan hanya bisa diam tangannya diraih oleh Dika.

"Alhamdulillaah pas…"

"Ini… tapi… kapan kau menyiapkannya...dan mengapa bisa pas."

" Aku sudah menyiapkan dari beberapa waktu kemarin, tapi selalu tidak ada kesempatan untuk memberikannya kepadamu. Soal ukuran,,, apa kau tidak tahu kalau suamimu ini mempunyai predikat dokter spesialis bedah terbaik di negri ini."

" Haish… kau beneran narsis. Tapi terimakasih."

Silvya tampak terharu. Selama hidupnya tidak ada yang pernah memperlakukan dia dengan begitu spesial seperti Dika. Di Wild Eagle dia diperlakukan spesial sebagai ketua dan sebagai seorang pembunuh profesional.

Sejenak Silvya merasa minder terhadap Dika. Apakah dia pantas menerima semua perhatian Dika? Entahlah, yang ia tahu saat ini dia merasa sangat bahagia.

" Oh iya… ini, aku menemukan ini saat mengoperasi. Maaf aku mengambilnya waktu itu. Sekarang aku kembalikan ya sudah aku berangkat ya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Silvya berinisiatif meraih tangan Dika dan menciumnya. Dika tersenyum lalu mengusap kepala Silvya dengan lembut.

Silvya melihat kembali isi kotak tersebut, di sana ada sebuah chip. Ya chip yang ditanam dalam setiap tubuh anggota Wild Eagle saat pertama kali bergabung.

"Huft… entah apa yang akan terjadi kedepannya nanti. Terimakasih suamiku, kamu tidak banyak bertanya. Suatu hari aku pasti akan memberitahumu siapa aku. Tapi tidak sekarang. Baiklah… it's show time!"

🍀🍀🍀

Dika memasuki gedung RS Mitra Harapan dengan senyum mengembang. Bahkan dia menyapa siapapun yang berpapasan dengannya.

"Pagi…."

"Pagi dokter…"

"Selamat pagi…"

"Pagi dok…"

Semua orang tampak terkejut melihat tingkah Dika yang tidak biasa. Dokter Dika dengan julukan kulkas 12 pintu itu sungguh membuat semua orang terutama para karyawan rumah sakit terheran heran dengan kelakuan dokter satu ini.

"Eh… itu tadi bener dokter Dika kan"

" Iyalah masa jin."

" Kenapa aneh gitu. Tiba tiba nyapa semua orang."

"Lagi dapet jackpot kali dokter Dika jadi  murah senyum."

"Aku jadi merinding deh. Jangan jangan besok matahari terbit dari barat lagi."

" Kiamat dong… hust ngawur. Sudah sudah… mungkin dokter Dika sudah berubah menjadi lebih anget nggak terlalu dingin."

Beberapa perawat dan karyawan langsung membicarakan kelakuan Dokter yang menurut mereka sangat diluar kebiasaan. Pembicaraan mereka pun akhirnya terdengar juga sampai Tania. Dokter cantik itu pun bertanya kepada beberapa perawat yang tengah bergosip.

"Ada apa nih. Seru banget. Lagi ghibah ya?"

"Eh dokter Tania. Itu dok tari dokter Dika aneh dok."

"Aneh gimana?"

" Tadi tuh dokter Dika datang dengan full senyum terus semua orang disapa olehnya. Kan aneh dok."

Tania mencerna apa yang dikatakan oleh perawat tersebut. Dia pun ikut penasaran mengapa dokter Dika menjadi lebih ramah dan tidak sedingin biasanya.

"Ya sudah jangan banyak gosip. Gih lanjut kerja."

"Baik dokter. Mari…"

Tania pun melangkah menuju ruangannya sendiri bersiap untuk pulang karena dia habis jaga malam.

"Sebenarnya apa yang membuat Dika seperti itu. Apa karena wanita culun yang kemarin. Tidak...tidak...tidak…tidak mungkin. Aku tidak boleh nyerah ngejar dokter Dika. Aku yakin itu hanya kenalannya bukan siapa siapanya. Gadis culun itu bukanlah tandinganku."

***

"Hachui…. Hachui…."

"Kau kenapa Q, apa kamu sakit."

"Tidak Drake. Aku tidak apa apa. Mana Ian dan Geoff."

" Mereka sedang cari makanan."

10 menit berlalu akhirnya yang ditunggu pun datang. Silvya langsung memberikan briefing singkat.

"Q…. Bentar napa."

"Ian berisik… apa sih?"

"Aku kan belum makan."

" Nanti. Dengerin dulu oke. Perhatikan ini sangat penting. Aku sudah menemukan markas baru untuk kita. Markas Wild Eagle yang baru dimana sistem keamanannya aku buat berlapis. Sistem keamanan data pun juga dibuat berlapis."

"Siapa yang buat Q?" Drake bertanya.

" Mr. Sun...... Aku meminta dia untuk melakukan semuanya."

"Aku percaya jika dia yang melakukannya  sudah tidak diragukan lagi kalau dia yang membuatnya."

"That's right. Sekarang kita ke sana. Cek markas baru."

Ian, Geoff dan Drake sangat antusias. Mereka menggunakan 2 mobil untuk menuju ke markas. Hanya butuh 30 menit dari tempat persembunyian ke markas baru.

Ciiiiit…. Mereka memarkirkan mobil mereka tepat di depan tempat fitnes. Ian, Geoff dan Drake mengerutkan kening mereka, namun ketiganya tidak mau banyak tanya dan mengikuti Silvya masuk. Beberapa orang yang ada di dalam memberi hormat kepada Silvya. Silvya hanya mengangguk dan terus berjalan masuk ke dalam.

Di dalam terdapat sebuah ruang rahasia. Silvya masuk dengan menggunakan pindai sidik jari dan kornea mata.

Tring…. Pintu tersebut terbuka. Di dalam nya sungguh sangat menakjubkan. Beberapa komputer terpampang rapi di sebelah kanan dan kiri masing masing 5. Di Tengah ada sebuah meja persegi yang panjangnya sekitar 4 meter dikelilingi kursi kursi yang berjumpa sekitar 12. 

Di bagian dinding sebelah kiri terdapat sekitar 10 layar monitor. Setiap monitornya berukuran 22 inci. Di sana masing masing menampilkan pantauan kamera pengawas. Di Bagian belakang tampang sebuah dinding yang berisi beberapa senjata api mulai dari pistol sampai laras panjang.

"Woaaah Q. This is so amazing. Kapan kau menyiapkan ini semua?" Tanya Ian takjub.

"Sudah lama. Sebenarnya sekitar 6 bulan yang lalu aku menyiapkan ini. Aku memang berencana untuk memindahkan markas kita sebelum pengkhianat itu muncul."

Drake dan Geoff langsung memeluk Silvya. Mereka sangat senang bahkan terharu.

"Q kau sangat luar biasa. Tidak salah ayah menunjuk mu sebagai pemimpin." Ucap Geoff dan lagi lagi Drake mengangguk setuju.

"Drake… kau bisa mengawasi bedebah itu dari sini. Seperti biasa markas aku serahkan kepadamu ok."

"Siap laksanakan. Hihihihi aku sangat bersemangat." 

Drake yang memang gemar IT itu sangat senang menerima perintah Silvya.

"Q apakah semua ini Mr. Sun yang membuatnya. Maksudku sistem sistem ini."

" Yups… betul. Siapa lagi yang bisa membuatnya sedetail ini kalau bukan dia."

" Ya Tuhan… Dia sangat jenius. Aku penggemar beratnya tapi sayang dia tidak bisa ditemui."

" Hahaha jangan harap Drake, aku saja sangat susah memintanya bertemu." 

"Dan Ge… Aku minta kau kembali menghubungi para pelanggan kita dan bilang kita siap menerima pesanan."

" Tapi Q. Barang barang kita?"

" Drake… buka monitor 7."

Drake secepat kilat menjalankan perintah Silvya. Ia menekan tombol dan membuka layar nomor 7. Semuanya terkejut melihat sebuah gudang besar lengkap dengan barang barang yang siap dikirimkan."

" Q… Bagaimana bisa." 

Geoff sungguh tidak bisa menebak jalan pikiran gadis yang ada di depannya itu.  Jenius… mungkin itulah istilahnya.

"Sudah jangan terkejut. Aku sudah menyiapkan ini dari lama juga. Dna ternyata semuanya berguna."

"Hahahahha…. Aku yakin si bedebah itu pasti terkejut jika mengetahui semuanya ini."

Ian tertawa puas. Ia sangat menantikan hari dimana bedebah itu berhasil ditangkap.

TBC