Muridku Suamiku

Pagi hari nya Wulan telah bersiap-siap kesekolah. Ia sedang memanaskan motornya saat sebuah mobil berhenti didepan rumah. Wulan heran siapa yang datang. Tak lama keluarlah Gilang dari balik kemudi mobil, Wulan pun kaget. Ia lupa jika mulai hari ini Gilang akan mengantar jemput Wulan.

"Selamat pagi Wulan" ucap Gilang dengan senyum manis

"Pagi, ayo masuk dulu" Gilang pun mengangguk. Wulan kemudian mematikan mesin motor dan ikut masuk kerumah bersama Gilang. Ia bergegas ke kamar mengambil tas dan perlengkapan mengajar.

"Ehhh ada nak Gilang, sudah lama datang nak ?" tanya ibu ramah. Gilang pun segera mencium tangan ibu dengan sopan.

"Baru saja bu"

"Minum dulu, ibu buatkan sebentar ya"

"Tidak usah bu, kami mau berangkat" potong Wulan, ia memang harus segera ke sekolah karna ada jam mengajar pagi.

"Iya bu, tidak usah. Kami berangkat dulu bu" ujar Gilang sopan, ibu semakin menyukai nya.

"Hati-hati dijalan nak" ucap ibu sambil berdiri didepan pintu, mobil pun segera melaju meninggalkan rumah.

Didalam mobil Wulan merasa canggung dan kurang nyaman, entah karna apa.

"Sudah lama mengajar dek Wulan?" tanya Gilang sopan

"Baru satu bulan mas"

"Masih baru ya ?" Wulan pun mengangguk

"Mas jadi gak enak, nanti kalau kita sudah menikah dek Wulan tidak apa-apa ya kalau berhenti bekerja ?" tanya Gilang dengan lembut.

Wulan hanya menghembuskan nafas dengan pelan. Sungguh ia sedang malas berbicara, hatinya masih bersedih mengingat Alex. Wulan pun hanya diam tidak menjawab pertanyaan Gilang. Gilang berusaha memaklumi, Wulan bukanlah seperti gadis kebanyakan yang sifatnya centil, genit dan cerewet.

Selama ini Gilang tidak pernah repot-repot mendekati seorang gadis. Biasanya merekalah yang mendekati duluan. Mereka akan berlomba-lomba mengejarnya, menyapa nya dan mengajaknya mengobrol dengan berbagai macam topik. Bahkan untuk mendapatkan nomor telponnya para gadis rela melakukan apa saja. Berbeda dengan calon istri nya ini, Gilang pun merasa tertantang.

Selama perjalanan Gilang lebih banyak mengajak Wulan berbicara sementara Wulan hanya menjawab seperlunya. Tanpa terasa mereka sudah sampai diparkiran sekolah.

"Terimakasih mas sudah mengantar" basa basi Wulan

"Sama-sama dek" Wulan pun hendak membuka pintu mobil tapi tangannya tiba-tiba ditahan oleh Gilang. Wulan pun menoleh ke arah Gilang.

"Gak cium dulu dek ?" Gilang berkata sambil memajukan wajah nya. Wulan kaget dan segera menepis tangan Gilang kemudian ia dengan tergesa-gesa keluar dari mobil tanpa menjawab ucapan Gilang. Gilang hanya tersenyum penuh arti dan melajukan mobilnya keluar sekolah.

Wulan segera berjalan ke dalam sekolah dengan perasaan tak menentu. Sungguh ia tidak nyaman dengan keberanian Gilang, makin lama ia makin tidak menyukai nya.

Saat Wulan sampai didepan kantor guru, bell tanda masuk pun berbunyi. Akhirnya Wulan melangkahkan kaki menuju kelas yang akan dia ajar pagi ini. Tanpa ia sadari ada sepasang mata sendu yang memperhatikannya sejak turun dari mobil Gilang.

🌹🌹🌹

Harytama group

Heru baru saja mendapatkan surat berstempel logo perusahaan "Xander Loyalty Corporation" dari asisten nya. Ia pun segera membuka surat tersebut dan terkaget dengan isi nya.

"Apa maksud nya ini ? Kenapa mereka mengirimkan surat pemutusan kontrak kerja ?" ujar Heru gusar. Ia pun membaca lembar berikut nya. Heru kembali dibuat terperanjat. Lembar berikutnya berisi surat tuntutan ganti rugi sebesar 30% dari nilai kontrak.

Heru benar-benar marah. Tidak mungkin Xander Loyalty Corporation sembarangan memutuskan kontrak kerja, pasti ada kesalahan.

"Rama adakan rapat sekarang juga dengan team Felix" ujar Heru pada assisten nya dengan nada tinggi. Team Felix adalah team khusus yang dibentuk untuk mengatur, mengawasi dan menjaga agar proyek pembangunan mall milik Xander Loyalty Corporation berjalan dengan lancar. Proyek pembangunan mall ini bernilai puluhan miliar, tentu Heru harus serius dan hati-hati menjalankannya.

"Baik tuan" Rama segera keluar ruangan Heru. Heru merasa semua sudah berjalan sesuai dengan kontrak kerja, tidak ada yang melenceng. Ia yakin ada anak buahnya yang berkhianat. Tak lama kemudian Rama masuk dan memberi tahu jika semua anggota team sudah berkumpul diruang rapat. Mereka pun segera kesana.

Didalam ruang rapat Heru sudah memasang wajah galak dan tak bersahabat. Wajahnya sudah merah bagai kepiting rebus, para karyawan sudah ketakutan. Mereka hanya bisa menunduk tanpa tahu kesalahan apa yang mereka perbuat.

"Kenapa surat pemutusan kontrak kerja dari perusahaan Xander bisa sampai dimejaku ?" tanya Heru dengan wajah sangat tidak ramah.

Para karyawan hanya terdiam mereka juga tidak tahu ada apa.

"JAWAB !!!!" Heru menghardik dan menggebrak meja. Semua nya kaget dan terlonjak.

"Ma...maaf tuan kami juga tidak tahu kenapa tuan" jawab Aris. Ia yang menjabat sebagai ketua team Felix.

Heru langsung menendang kursi disebelahnya hingga kursi terbalik dengan suara yang keras. Semua yang ada diruangan pucat pasi, mereka sangat ketakutan. Takut dihukum dan takut dipecat.

"Lalu apa yang kalian tahu ha ? Jawab jangan diam, kalau ada yang diam aku pecat sekarang juga" Heru sudah kehilangan kesabaran

"Kami minta maaf tuan tapi kami benar-benar tidak tahu letak kesalahannya ada dimana. Jumat kemaren team pengawas dari perusahaan Xander sudah datang kelokasi proyek dan mereka mengatakan tidak ada masalah, semua nya aman. Kami akan segera ke lokasi dan menyelidiki semua nya tuan" jawab Aris. Ia merasa ada yang tak beres.

"Baiklah, aku beri waktu sampai besok, jika kalian masih tidak becus juga jangan salahkan aku memecat kalian semua tanpa pesangon" Heru benar-benar naik pitam. Ia pun berlalu meninggalkan team Felix yang kelabakan dan ketakutan.

🌹🌹🌹

Wulan selesai mengajar saat bell pergantian jam berbunyi. Ia pun melangkahkan kaki dengan wajah lelah. Hari ini jadwal mengajar Wulan memang padat. Mulai mengajar pagi jam 07.30 sampai 13.30 baru selesai.

Ia pun singgah dikantin dan membeli jus jeruk.

"Berapa mba ?"

"Sudah lunas buk" Wulan pun heran

"Kok bisa lunas ? Siapa yang bayar mba ?" kasir hanya tersenyum

"Terima kasih banyak dan silahkan datang kembali" ujar kasir sambil mengatupkan kedua tangan didada. Wulan seperti mengalami dejavu.

Ia pun berlalu keluar kantin dengan wajah bingung. Dulu ia dan Silvi pernah makan juga dikantin dan saat akan membayar si kasir juga bilang sudah lunas. Ia pun penasaran siapa ya yang bayar. Apa Alex ?

Wulan segera menepis pikirannya. Sejak bangun tidur ia selalu memikirkan Alex. Bahkan tidur tadi malam pun ia memimpikan nya. Sedang apa anak itu sekarang ? Apa ia masih dikelas ? Apa anak itu baik-baik saja ?

Ingin rasanya Wulan melihat Alex dikelas nya. Ia bisa mengintip dari balik jendela agar tidak ketahuan. Tapi ia malu, Wulan pun menghela napas berat. Ia benar-benar rindu.

Wulan pun duduk dibangku taman yang sedang sepi. Anak-anak masih belajar dan sebentar lagi akan pulang. Wulan merasa handphone nya bergetar, ia melihat nama Gilang disana.

Wulan dilema, ia malas sekali menjawab telpon Gilang. Tak lama kemudian handphone Wulan kembali bergetar dan nama Gilang tertera dilayar. Wulan berusaha mengatur nafasnya. Ia merasa tercekat.

"Halo"

"Halo dek, pulang sekolah jam berapa ?"

"Jam tiga sore mas" Wulan berbohong padahal ia sudah selesai mengajar.

"Ok, jam tiga mas jemput ya, sampai ketemu sayang" panggilan pun terputus. Wulan bergidik. Tiba-tiba ia ketakutan.

Tidak lama lagi, sekitar tiga minggu lagi ia akan berubah status menjadi istri Gilang. Pria yang tidak ia kenal dan tidak ia cinta. Apakah ia bisa menjadi istri yang baik. Apakah bisa ia melupakan Alex secepat itu.

Wulan merasa sesak, tanpa terasa air matanya menetes. Ia ingin dipeluk Alex. Ia rindu aroma tubuh anak itu.

"Alex" tanpa sadar Wulan bergumam lirih dan ia merasa ada yang memeluk tubuhnya dari belakang dengan erat. Aroma tubuh ini adalah milik Alex. Wulan pun memejamkan matanya.

"Aku disini sayang"

...****************...