La Tahzan

Ida membawa Adam main di ruangan keluarga sembari melihat Kalila memasak. “Baik sekali hati Bu Vira mau menerima madunya dan tinggal bersama di rumah ini, kalau saya tidak akan kuat menjalani semua ini,” batin Bi Ida.

Terdengar mobil Yusuf berhenti di depan rumah dan sudah pasti kalau Yusuf sudah pulang. Vira yang mendengar suaminya sudah pulang, dengan cepat turun ke bawah. Walaupun dia masih marah kepada Yusuf, tapi Vira juga tidak mau berdosa dengan tidak menyambut suaminya.

“Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam.”

Vira menghampiri Yusuf dan mencium punggung tangan Yusuf, begitu pun dengan Yusuf yang mencium kening Vira. “Kamu sudah tidak marah kan, sama aku?” tanya Yusuf dengan wajah sedihnya.

“Tidak.”

Kalila yang sedang masak, segera membereskan masakannya dan menghampiri Yusuf. “Mas, sudah pulang!”

“Iya.” Kalila berharap Yusuf akan melakukan hal yang sama seperti kepada Vira tapi kenyataannya tidak dan itu membuat Kalila kesal.

“Pa—pa.” Adam yang sedang bermain langsung berjalan menghampiri Yusuf, tentu saja Yusuf berjongkok dan merentangkan kedua tangannya menyambut anaknya itu. Bagaimana pun Adam adalah anaknya, tentu saja Yusuf sangat menyayangi Adam. Vira hanya terdiam, walaupun dia tersenyum tapi tetap saja hatinya merasa sakit karena Adam bukan lahir dari rahimnya.

“Mas, aku sudah masak untuk kita semua,” seru Kalila dengan bangganya.

“Sayang, kamu tidak masak? Aku hanya ingin makan masakan kamu, kalau masakan orang lain aku tidak mau,” seru Yusuf dengan menggendong Adam.

“Istri Mas kan sekarang ada dua, dan Kalila pun ingin melayani Mas. Mulai sekarang Mas harus terbiasa makan masakan Kalila, bukanya selama ini juga Mas selalu makan masakan Kalila jika tidak pulang ke rumah,” sindir Vira.

Yusuf dan Kalila tiba-tiba bungkam, Vira pun mengambil tas kerja Yusuf dan membawanya ke kamarnya. “Sayang, kamu main dulu sama Bi Ida ya, Papa mau mandi dulu,” seru Yusuf kepada anaknya.

Yusuf memberikan Adam kepada Ida dan tanpa menghiraukan Kalila, Yusuf pun naik ke atas menyusul Vira. Kalila lagi-lagi merasa geram, Yusuf sama sekali tidak menghargai dirinya. Kalila pun memilih pergi membawa Adam masuk ke dalam kamarnya.

Malam pun tiba. Vira, Yusuf, dan Kalila makan bersama di meja makan. “Bagaimana Mas dengan masakanku, enak tidak?” tanya Kalila antusias.

“Biasa saja,” sahut Yusuf dingin.

Raut wajah Kalila berubah sedih, sedangkan Vira memilih diam tidak bicara apa-apa. “Mas, malam ini tidur sama Adam kan?” Kalila tidak pantang menyerah untuk memanas-manasi Vira.

Vira langsung menyimpan sendoknya dan itu membuat Yusuf kesal kepada Kalila. Selera makan Vira langsung hilang, dia pun memutuskan untuk menyudahi makannya dan pergi ke kamarnya. Yusuf menatap tajam ke arah Kalila, tapi Kalila tidak takut sama sekali.

“Kamu memang keterlaluan Kalila, seharusnya kamu sadar dengan posisi kamu. Nyonya di rumah ini adalah Vira, tidak ada yang lain jadi kamu harus jaga sikap di sini!” bentak Yusuf.

“Mas, aku juga istri kamu dan seharusnya kamu juga memperlakukan aku adil sama seperti Vira apa lagi aku sudah melahirkan anak untukmu jadi kamu harus lebih perhatian sama aku dan Adam,” sahut Kalila dengan nada yang tak kalah tinggi.

“Ini alasan aku tidak pernah mencintaimu, karena kamu itu terlalu berani kepada suami. Selama aku menikah dengan Vira, dia tidak pernah berkata dengan nada tinggi kepadaku. Pokoknya kamu harus mengikuti semua peraturan yang aku buat, kalau tidak suka, kamu boleh pergi dari rumah ini!” tegas Yusuf.

Yusuf pun pergi meninggalkan Kalila dan menyusul Vira membuat Kalila lagi-lagi merasa sangat marah. Dalam hatinya Kalila menyimpan dendam untuk Vira. “Lihat saja, aku akan membuat Mas Yusuf bertekuk lutut kepadaku dan membenci Vira,” batin Kalila.

***

Keesokan harinya...

Setelah Yusuf berangkat ke kantor, Kalila dan Vira pun masuk ke dalam kamar masing-masing. Menjelang siang, Kalila mengajak Adam bermain di ruang TV. Kalila asyik memainkan ponselnya sedangkan Adam juga bermain sendiri dengan mainan yang diberikan oleh Kalila.

“Lebih baik sekarang aku pergi ke pondok, aku gak sanggup kalau seharian harus melihat Kalila.” Vira pun dengan cepat mengganti bajunya.

Sementara itu, Adam mulai bosan dia pun berjalan dan mulai naik ke atas tangga. Kalila tidak sadar karena dia lebih fokus ke ponselnya. Adam sudah naik setengah jalan, hingga tidak lama kemudian kaki Adam terpeleset bersamaan dengan Vira yang baru saja ingin menuruni anak tangga.

“Astagfirullah!” pekik Vira.

Adam tergelincir ke bawah, dan kepalanya terbentur tiang tangga. Kalila berlari dan berteriak, dia terkejut melihat anaknya terjatuh dengan kepala yang berdarah dan tak sadarkan diri. “Adam, bangun sayang!” pekik Kalila dengan deraian air mata.

Rahma yang baru saja membuka pintu rumah, terkejut mendengar teriakan Kalila dan dengan cepat masuk untuk melihat apa yang sudah terjadi. Betapa terkejutnya Rahma saat melihat Kalila memeluk Adam yang bersimbah darah itu. Rahma menghampiri Kalila dan terlihat sangat panik.

“Ada apa ini? Kenapa dengan Adam?” tanya Mama Rahma panik.

Kalila menatap tajam Vira dengan penuh kemarahan. “Vira mendorong Adam dari tangga Ma, sehingga Adam tergelincir seperti ini.” Kalila memfitnah Vira karena pada saat kejadian, Vira berada di atas dan hanya memperhatikan Adam.

“Astagfirullah, aku tidak melakukannya Ma,” sanggah Vira.

“Kalila, ayo bawa Adam ke rumah sakit,” seru Mama Rahma panik tanpa memperdulikan Vira.

Kalila pun menggendong Adam dan segera membawa Adam ke rumah sakit bersama Rahma. Vira yang merasa khawatir juga, memutuskan untuk mengikuti mereka ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Adam langsung mendapat penanganan dan semua orang pun menunggu di depan ruangan operasi.

Tidak lama kemudian, Yusuf datang dengan wajah paniknya. “Bagaimana dengan keadaan Adam?” tanya Yusuf.

Kalila berlari dan langsung memeluk Yusuf membuat Vira bengong dan diam membeku. “Adam Mas, aku tidak mau sampai terjadi kenapa-napa kepada Adam,” seru Kalila dengan deraian air mata.

“Kenapa Adam bisa sampai terjatuh dari tangga?” tanya Yusuf.

“Adam didorong sama Vira, Mas,” sahut Kalila menuduh Vira.

“Apa?”

“Tidak Mas, demi Allah aku tidak melakukan itu,” sahut Vira meyakinkan.

“Bohong Mas, Vira itu membenci aku dan ingin aku pergi dari rumah makanya dia melampiaskan kemarahan dia kepada Adam. Jahat banget kan, Vira,” seru Kalila dengan deraian air mata.

“Iya Yusuf, Mama juga lihat. Vira yang sudah melakukannya,” seru Mama Rahma membela Kalila.

Yusuf menatap Vira dengan tatapan tajamnya. Vira sampai meneteskan air mata karena Yusuf lebih percaya ucapan Kalila dan Mamanya dibandingkan dirinya. Yusuf akhirnya termakan ucapan Kalila dan Mamanya, Yusuf tidak tahu kalau mereka sudah berbohong supaya Yusuf membenci Vira.