NovelToon NovelToon
Menjelang Malam Di Bumi Perkemahan

Menjelang Malam Di Bumi Perkemahan

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Mengubah Takdir / Roh Supernatural
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Rin Arunika

🍀
Sebuah rahasia akan selalu menjadi rahasia jika tak ada lagi jejak yang ditinggalkan. Namun, apa yang terjadi jika satu persatu jejak itu justru muncul kembali dengan sendirinya ? Akankah rahasia yang sudah terkubur akan terungkap kembali ?
Apakah itu semua berhubungan dengan mitos yang beredar bahwa ‘mereka’ akan selalu hadir di tempat yang paling mereka ingat selama hidup mereka ?
..
🍀

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rin Arunika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sudut Pandang Rayya

Setelah beberapa lama, Tim PMR bahu-membahu menggotong tandu untuk memindahkan Windy sesuai arahan Pak Miko. Hingga tibalah mereka di tenda pembina.

“Nah... Di situ aja, tuh. Tadi Bapak udah siapin tempatnya di situ” perintah pak Miko, “kasih bantal, kasih bantal...” tambahnya

Beberapa orang guru yang kala itu baru saja datang ikut khawatir melihat kondisi Windy.

“Anu... Pak Miko...” seorang guru menghampiri pak Miko

“Oh, Bu Niken. Ada apa, Bu ?” tanya Pak Miko

“Saya ini lho mau nanya... Anak ini kenapa ? Kasian banget saya ngeliatnya...” dari tatapannya, jelas sekali rasa khawatir memenuhi pikiran Bu Niken

“Waduh, itu... Saya juga belom tau jelas Bu ini anak kenapa bisa pingsan begini...”

“Kita panggil dokter aja kali ya ? Pak Miko inget ndak, dokter yang pernah dateng ke acara PMR beberapa minggu lalu ? Dia sodara saya...” tanya Bu Niken

“Oalah... Memangnya beliau enggak kerepotan kalau kita mintain bantuannya ? Dateng ke sini ?” Pak Miko balik bertanya

“Emm... Saya coba tanyain dulu deh Pak. Mudah-mudahan ada kabar baik” Bu Niken merogoh tasnya dan terlihat mencoba tersambung dengan seseorang di sebrang sana

“Iya Bu, silakan” kata Pak Miko

Raut wajah bu Niken berubah lesu setelah Ia mengakhiri sambungan teleponnya.

“Gimana, Bu Niken ? Apa sodaranya Bu Niken bisa bantu kita ? Bisa dateng ke sini ?” tanya Pak Miko penuh kecemasan

“Aduh, Pak. Katanya kalo mau, kita aja yang bawa Windy itu ke rumah sakitnya. Tapi tempat praktek sodara saya jauh banget. Atau kita evakuasi ke rumah sakit paling deket aja, ya ? Kasian dia” ungkap Bu Niken tak yakin.

“Hmm… Betul juga Bu. Saya juga memang agak khawatir. Udah mau sejam tapi anak itu belum ada perubahan sama sekali. Haduh… Pusing” Pak Miko memegangi keningnya

“Gimana kalo coba izin aja ke Pak Bayu. Mungkin Pak Bayu juga ngerti, Pak” ucap bu Niken

“Iya kali ya…” Pak Miko menggaruk kepalanya yang tak gatal

“Betul, Pak… Coba aja, kasian Windy…”

Tanpa diduga, Pak Bayu muncul dari luar tenda dan langsung menyambung obrolan Pak Miko dan Bu Niken.

“Itu… Saya gak sengaja denger tadi Pak Miko sama Bu Niken. Tapi saya rasa mending kita hubungin sekarang aja. Panggil bantuan, kalo mau panggil ambulans juga sekalian kalo perlu” Pak Bayu menyetujui obrolan kedua rekan guru di hadapannya

Pak Miko dan Bu Niken nampak tersenyum lega.

“Ya sudah, saya telpon rumah sakit dulu. Setau saya RS yang paling deket juga lumayan jauh dari sini” timpal Bu Niken

“Ya. Minta tolong mereka dateng secepetnya Bu!” tambah Pak Miko

#

Lomba hasta karya selesai lebih lama dari jadwal yang ditentukan. Baru setelah sekitar jam lima sore, banyak peserta perkemahan yang kesana-kemari mencari kamar mandi untuk mereka bersih-bersih.

Rayya, Vivianne dan Hanna. Ketiga sekawan itu pun tengah sibuk membenahi peralatan mandi mereka.

“Eh kita ke kamar mandinya numpang ke rumah warga lagi ? Apa ke mana ?” tanya Rayya

“Gaess... Gue ada tau pemandian yang deket sungai di bawah situ...” sambar Vivi, “kita liat ke sana yuk. Gimana ?”

“Di mana ? Tempatnya tertutup, gak ?” tanya Hanna

“Mmm... Tempatnya mah tertutup, kalo jalan kaki dari sini, ada kali sepuluh menitan” jawab Vivianne

“Kalian mau nyoba ke sana apa ke rumah warga ?” tanya Hanna

“Tapi kalo ke sana kayaknya harus bawa senter, seinget gue ga ada listriknya” kata Vivianne lagi

“Gelap banget ?” Rayya penasaran

“Enggak, sih. Sekarang karena udah sore aja...”

“Ya udah, jalan” ajak Hanna

“Ikut...!” entah dari mana Lia muncul mengejutkan mereka bertiga

“Ke mana, lo ?” cetus Rayya

“Ya… Ikut sama kalian. Kalian mau pada mandi, kan ?” Lia memasang tampang polosnya

“Ya udah. Cepetan…” ucap Hanna malas

“Tungguin, tungguin, tungguin! Gue ngambil sabun dulu...” pinta Lia

Ia bergerak cepat meraih tas camping-nya yang berukuran cukup besar. Dari tas itu, Lia mengeluarkan sebuah tas lagi yang ukurannya lebih kecil.

“Dah, yok!” ajak Lia

Beberapa menit menyusuri jalan setapak ke arah selatan area perkemahan, sampailah mereka pada sebuah jembatan gantung. Meski sekilas terlihat tua dan kurang terawat, jembatan itu masih cukup kokoh untuk bisa dilewati beberapa orang sekaligus.

Jika lanjut berjalan melewati beberapa pematang sawah dari jembatan itu, baru lah sampai di pemandian yang Vivianne maksud.

“Noh!” tunjuk Vivianne, “di sana tuh bilik airnya ada dua, terus entar ada kayak ruangannya lagi. Mungkin kalo warga sini pada biasa pada istirahat di tempat itu” ungkap Vivianne

Bangunan gubuk itu terbuat dari papan kayu, serta ukurannya memang terlihat cukup besar.

“Eh! Rame, gaess….” seloroh Rayya

“Lah ? Itu mah kayak panitia semua. Liat, deh! Yang onoh bentukannya kayak si Riza!” ujar Vivianne

Panitia perkemahan memang bisa sangat dengan mudah dikenali. Sebab, ban lengan berwarna merah dengan pinggiran hitam yang mereka kenakan terlihat begitu mencolok meski dari kejauhan.Dan ban lengan itu adalah atribut khusus yang hanya dipakai oleh panitia.

“Balik lagi aja, yuk ? Banyak banget cowok” ajak Hanna dengan nada sendu

“Mang ‘ngapa ? Ya udah, sih. Biasa aja” timpal Lia segera

“Gue juga deh! Mau numpang ke warga aja...” ucap Rayya

Bukan hanya kehadiran para panitia yang membuatnya berubah pikiran. Rayya yang memang indra keenamnya lebih peka dari teman-temannya sempat dibuat merinding oleh sosok lain yang Ia lihat.

Dari tempatnya sekarang, Rayya melihat sesosok wanita yang memakai seragam putih abu-abu. Namun, penampilannya sangat berantakan. Tubuhnya terlihat basah kuyup dan seperti terdapat beberapa luka memar. Makin merinding lagi sebab sosok itu berdiri di bebatuan besar di tengah sungai. Aneh, bukan ?

Tak hanya itu. Rayya juga bergidik ngeri melihat sosok yang sangat tinggi dan besar dengan tubuh penuh bulu. Sosok itu berada tepat di sebelah pemandian itu.

Benar. Tak cuma satu, tapi Rayya melihat ada dua makhluk asing yang jelas bukan dari golongan manusia berada di tempat itu.

“Seriusan, balik lagi ? Tinggal jalan dikit lagi, ribet amat sih!” balas Lia

“Lo beneran mau ke sana ?” cetus Vivianne

“Heem, deh. Gue males balik lagi. Temenin gue ya, Vi ?” pinta Lia

“Gak deh” jawab Vivi malas, “gue lagi kesel sama mereka. Yok, ah. Ke rumah warga aja”

Vivianne berbalik dan pergi meninggalkan tempat itu tanpa ragu. Sementara ketiga temannya di sana masih belum mengambil langkah yang pasti.

“Ih kalian mah gitu...” gerutu Lia

“Jadinya kamu mau ikut, gak ? Ayo” ajak Hanna

“Ck. Gak, deh. Kalian aja” Lia menolak ajakan Hanna

“Beneran ?” Hanna kembali meyakinkan Lia

“Han, udah lah. Udah sore” sela Rayya, “Lia kalo lo mau di sana, jangan lama-lama”

“Iya deh, iya. Bye!” pungkas Lia

Lia memutuskan untuk pergi ke pemandian itu. Sementara Hanna dan Rayya berbalik arah untuk kemudian menyusul Vivianne yang sudah pergi lebih dulu.

“Vivi. Kenapa lo ?” teriak Rayya

“Kesel banget gue sama mereka. Masa tadi pas hasta karya, gue diceng-cengin mulu sama si Aldo. Malah ilfil, kesel, tau gak, sih ?” jelas Vivianne

“Iya, sih. Kadang kita tuh malah risih, ya kalo diceng-cengin ga jelas gitu ” balas Hanna

#

Sebelum tiba di pemandian, Lia berpapasan dengan beberapa orang pantia yang sudah selesai membersihkan diri dari pemandian itu.

Langkah demi langkah Lia lalui hingga dirinya tiba di pemandian.

“Eh! Ada Kak Riza!” Lia menaikkan nada suaranya, “ternyata Kak Riza ke sini juga...”

Bukannya Lia sudah sedari tadi tahu bahwa Riza ada di sana ?

“Lia ? Lo sendirian ke sini ?” Riza mengacak rambutnya yang hampir kering

“Iya, nih. Temen-temen Lia tadi pada gak jelas. Udah nyampe di jembatan sono, noh. Malah pada balik lagi” ungkap Lia

“Udah sore banget lho, ini. Lo jangan lama-lama !” ucap Riza sambil merapikan peralatan mandinya

“Eh, tapi di dalem masih ada orang, Kak ? Lia kayak denger lagi ada yang mandi deh…”

“Ooh… Heem. Masih ada Si Andreas, Si Aldo…” Riza tampak masih mengumpulkan ingatannya

“Eh… Masih ngantri, dong…” Lia memanyunkan bibirnya

Dari ruangan yang berada di sebelah bilik air, Nathan muncul dengan berkalung handuk. Rambutnya pun masih setengah basah. “Eh ! Lia” ucap Nathan, “sendirian ?”

“Iya nih, Kak… Temen-temen Lia pada gak mau banget ke sini. Padahal tadi cuma tinggal nyebrang jembatan doang...” ungkap Lia

“Ndre, Do... Cepetan woy! Ngantri, nih” teriak Nathan

“Iya sabar” terdengar sahutan orang dari dalam bilik air

“Lia. Lo buruan, gih. Biar kita tungguin. Gue gak damai balik ke sono kalo tau lo di sini...” ucap Riza

“Percayain ke gua aja” timpal Nathan

“Ye... Justru itu...” Riza menyipitkan matanya ke arah Nathan

“Iiihh...”sela Lia manja, “udah. Kalian kenapa, sih ? Lia bisa, kok. Gak apa-apa...”

1
Xxxcyzz
cerita nya bagus lanjutkan kak
Flyrxn: mungkin next time bikin cerita horor lagi /Determined/ cerita yang ini udah end kak /Cry/
btw thank you, seneng rasanya kalo ceritanya disukain /Pray/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!