Jika merindukan orang yang sudah tiada adalah hal menyakitkan, mungkin tidak selamanya seperti itu yang di rasakan oleh seseorang.
Dia merindukannya tapi di satu sisi ia ingin menjauh dan pergi darinya demi kebahagian orang yang ia sayangi.
Dan semua kenangan yang pernah tercipta akan kah hilang seiring dengan luka yang sudah terlalu lama bertahta???
Selamat datang di tulisan receh Mak Othor 😊
Biar ngga gagal paham, silahkan mampir ke Riang (sadar diri) lebih dulu 🙏🙏🙏
semoga di minati teman-teman readers ya 🤗 mohon kritik dan sarannya.
Terimakasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Hari sudah menyapa. Sejak pagi El sudah terbangun dan mencari informasi di internet tentang rumah atau apartemen yang di sekitar rumah sakit untuk di kontrakan.
Devi sudah ngopi santai di kafe hotel di lantai bawah. Shakiel melihat keberadaan Devi pun turut bergabung.
"Hei...morning!", sapa Devi. Shakiel tersenyum ramah.
"Oh iya Khi, aku udah ada informasi apart yang di sewa nih. Kebetulan ada tiga kamar di sana, kita bisa sewa kali Khi...!", kata Devi.
Shakiel menautkan kedua alisnya.
"Kita?", tanya El. Devi mengangguk. Shakiel terkekeh dan menggeleng pelan.
"Bercanda mu Dev...Dev! Mana ada kita sewa apart sama-sama! Ada-ada aja kamu!", kata Shakiel.
Devi terdiam. Mungkin karena terlalu bersemangat ,Devi lupa siapa dirinya dan siapa Shaki.
"Hehehe ya emang bercanda!", kata Devi menutupi rasa malunya.
"Tapi kalo ada unit lain yang kosong, aku mau juga!", kata Shakiel.
"Yang penting tetanggaan gitu!?", tanya Devi. Shakiel mengangguk.
"Oke...aku usahakan!", kata Devi semangat.
Shakiel menerima kopi dan kue untuk sarapannya. Ia menikmati sarapannya dengan santai dan tenang. Masih banyak waktu ke rumah sakit sebelum bertugas.
Shakiel sudah menghubungi dokter Anita tentang kondisi Citra semalam. Jadi dokter Anita pasti sudah sampai lebih dulu di sana.
Di satu sisi, Shakiel merasa lega. Sedikit demi sedikit harapan mamanya untuk sembuh semakin terbuka lebar.
Tapi di sisi lain, pikiran Shakiel tidak tenang. Ada perasaan yang tak bisa ia jelaskan. Entah perasaan seperti apa! Yang pasti ...hatinya gelisah karena cinta pertamanya akan segera menikah.
Padahal ia pikir ,selama ini ia sudah bisa melupakan gadis impiannya itu. Bahkan...dulu ia tak sempat menyapa gadis cantik berkulit putih itu saat pergi dari asrama bersama sang bunda.
Bukan kenapa-kenapa! Ia sudah cukup berat merasakan beban saat kedua orang tuanya berpisah. Dan andaikata ia berpamitan padanya, mungkin perasaan itu akan semakin berat. Lagi pula...yang Shakiel tahu, gadis cantik itu pasti tak akan menyukainya.
Sayangnya....Shakiel tak pernah tahu isi hati seorang Ghalia!
''Jodoh tak akan kemana! Mungkin dia yang terbaik buat kamu Ghal!", kata Shakiel yang membuat Devi menautkan kedua alisnya.
"Kamu ngomong apa Khi? Jodoh tak kemana? Ghal? Siapa?" ,tanya Devi.
Ghal! Sebutan itu hanya milik Shakiel pada Lia. Itu pun seringnya karena Shakiel yang usil pada gadis kecil itu.
"Heum? Ngga ngomong apa-apa!", kata Shakiel. Devi hanya mengangguk pelan. Ia tak mau bertanya lebih banyak lagi.
💕💕💕💕💕💕
"Masyaallah pak Ziyad! Ini sungguh keajaiban! Bu Citra benar-benar mengalami kemajuan pesat. Setahu saya dokter Shaki belum melakukan apa pun pada beliau. Memang...dokter Shaki sempat diskusi tentang menstimulasi beberapa organ tubuh Bu Citra...."
Dokter Anita menjelaskan panjang lebar tentang kondisi Citra. Dia juga menceritakan tentang dokter Shaki yang katanya mahasiswa kedokteran paling muda di angkatannya.
Tak tanggung-tanggung profesor di universitas terkemuka di mana Shakiel menimba ilmu, merekomendasikan Shakiel.
"Semoga setelah ini, Bu Citra segera pulih ya pak! Beliau akan bersemangat jika di dampingi orang-orang terdekatnya."
Ziyad mengangguk mengerti.
"Terimakasih juga dokter Anita sudah merawat istri saya selama ini!", kata Ziyad.
"Sama-sama pak! Oh iya, saya juga turut prihatin dengan kondisi pak Ziyad yang...juga sedang sakit! Semoga lekas pulih ya pak!", kata dokter Anita.
"Iya dok, terima kasih!"
Setelah itu, dokter Anita pun meninggalkan ruangan Citra.
💕💕💕💕💕💕
Suasana kediaman Salim dan Lingga sudah ramai. Acara ijab qobul akan segera di mulai. Si kembar Fesha dan Ribi mendampingi sahabatnya itu.
Diaz yang semalam menginap di kediaman Lingga pun sudah terlihat gagah dengan balutan baju adat khas Sunda.
Penghulu mulai membaca doa sebelum acara di mulai. Sedang Salim yang menjadi wali untuk Ghalia pun sudah bersiap di meja itu.
"Saya terima nikah dan kawinnya Ghalia Permata Putri binti Ahmad Salim dengan seperangkat alat sholat dan uang senilai dua puluh lima juta rupiah di bayar tunai!", kata Diaz dengan satu tarikan nafas.
Sah!!!
Ghalia yang di dampingi dua sahabatnya juga kakak serta ibunya menangis haru.
"Jangan mewek dong! Belah durennya nanti malam ,jangan nangis sekarang!", bisik Ribi yang di dengar oleh sang ibu.
"Awssh ....sakit Bu!", Ribi memekik saat menyadari telinganya di tarik oleh ibunya.
"Anak gadis kenapa ngomongnya kaya begitu! Ibu aduin ayah, kapok kamu!", kata Bia.
"Ampun Bu...Ribi bercanda aja kok sama Lia. Ya kan Li....!", gadis itu meminta pembelaan dari sahabatnya alias mempelai perempuan.
"Kita kenal?", tanya Lia dengan nada meledek. Sontak banyak yang menertawakan Ribi.
Di sudut yang tak jauh di tempat itu, dua pemuda sedang memandangi pujaan hati masing-masing.
Ganesh yang memandangi Ribi dengan tingkah ceria dan konyol yang selalu apa adanya.
Galih menatap kagum Fesha yang kalem dan tak neko-neko seperti kembarannya.
Jodoh yang tertukar?? 🤭
Fesha menyukai Ganesh. Tapi Ganesh menyukai Ribi. Pun sebaliknya, Galih menyukai Fesha yang kalem, tapi justru Ribi yang menyukai Galih.
Pusing ngga baca nya??? Sama...saya juga 😂
Instruksi dari Mc membuat semua teralihkan fokusnya. Galuh dan Sekar menuntun Lia menuju ke tempat Diaz berada.
Sepasang suami istri yang baru saja sah itu menatap kagum pada pasangannya. Jika secara usia Diaz cukup matang, tapi secara visual dia tak kalah tampan dengan anak muda seumuran Ganesh dan Galih. Mungkin karena pembawaan Diaz yang ramah dan mudah berbaur.
Ganesh diam-diam memvideokan Ribi yang sedang nyerocos di samping telinga Fesha. Sayangnya, saat Fesha menoleh matanya bertemu pandang dengan Ganesh.
Ganesh hanya tersenyum singkat.
Pemuda itu pun tak lupa untuk mengabadikan momen romantis itu. Bukan untuk dirinya, melainkan di kirimkan untuk sahabat lamanya. Yang tak lain, tak bukan tentu dokter Shakiel. Baik sekali ya Ganesh????
Suasana haru menyelimuti prosesi demi prosesi. Apalagi saat acara sungkeman. Syam dan keluarga kecilnya tentu lah menjadi bagian dari adat itu.
Yang tak nampak justru keluarga Deni. Suami posesif itu tak mengijinkan Zea datang walau pun dengan alasan yang tak masuk akal.
Deni takut istrinya akan berpaling pada sosok lelaki yang pernah singgah di hatinya. Dan untuk mencegahnya, Deni meminta Zea untuk di rumah sampai acara selesai. Barulah Zea di ijinkan ke sana.
Posesifnya setelah udah punya anak emang tuh Deni!
💕💕💕💕
Shakiel sudah siap membuka pintu ruangan Citra. Ia memantapkan diri untuk tidak peduli dengan papanya.
Dia hanya ingin mengurus mamanya, tak lebih!
Saat akan membuka matanya, ponselnya bergetar. Ada sebuah pesan masuk. Dan kali ini berbentuk video.
Shakiel membuka video tersebut dan tatapannya tertuju pada seorang perempuan cantik berkebaya putih dengan siger silver yang menghiasi kepalanya.
"Kamu cantik sekali Ghal!", monolog Shakiel. Tapi saat Diaz mengecup kening Ghalia, ada perasaan sesak di hati Shakiel yang tak bisa di jelaskan dengan kata-kata.
Ya Tuhan ...rasa itu masih ada! Rindu itu masih ada! Batin Shakiel yang mematikan ponselnya lalu siap bertugas kembali.
💕💕💕💕
terima kasih 🙏
aku juga sih termasuk takut hamil lagi, padahal buatnya enak...eh...🤭🤭🤭🤭🤭
shakiel said aku gak muncul tetep di muncul munculin😭😭😭😭😭