Kehidupan yang kualami semenjak kecelakaan itu sungguh berat. Aku mesti sendirian menghadapi hidup. Hingga harta kekayaanku habis. Semua kulakukan untuk penyembuhan, pengobatan, dan lain sebagainya demi keseharianku yang sudah enggan di lakukan. Bahkan orang mengira kalau aku kena depresi. Sehingga tak bahagia. Dan yang kulakukan hanya merenung. namun hari hari ke depan mesti di lalui dengan semangat dan keceriaan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 3112, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24
”Lo kau sudah sembuh?” tanya Josephine yang baru datang dari mencari barang. Nampaknya dia tengah membutuhkan sesuatu itu untuk mengganjal perutnya yang memang tengah keroncongan. Sehingga nantinya kala menungguiku, tidak terlampau kelaparan. Karena menunggu orang sakit benar-benar tidak nyaman, banyak kendala yang terjadi, selain itu bila dibutuhkan mesti segera bertindak. Sebab tidak baik pula kalau mesti berada di lingkungan penyakit, sementara dia sehat yang bisa juga ketularan. Makanya tidak jarang orang yang menunggui si sakit akan ikut sakit. Walau Cuma sakit hati, tapi kan sakit. Dan baru sembuh jika sudah makan hati.
Aku hanya menjawab dengan kode-kode. ”Iya, di sembuhkan istriku yang hantu itu.”
Lanjut Ku lagi, “Bawa apa kau?“
“Buah lah. Orang sakit itu mesti banyak makan buah. Supaya lekas sembuh,“ katanya seraya meletakkan yang di bawa itu pada suatu meja yang ada di samping ranjang. Memang kebanyakan orang akan membawa seperti itu, karena sangat tepat untuk menambah kekuatan, serta tidak banyak pantangan di buatnya, akibat semua itu alami, dan kadar segalanya sudah tepat. Yang manis, asam, serta pahit, semua sudah pada komposisinya. Bila ingin manis tentu memilih mangga. Yang asam bisa saja lemon atau sekedar asam kandis asam gelugur. Yang terang segala itu menjadikan satu penambahan vitamin yang barangkali sudah terkuras akibat rasa sakit serta menunggu sampai siuman sehingga menutup pada diri sendiri supaya bisa terpenuhi keinginannya. Belum lagi kalau semua itu terkuras, makanya perlu obat sebagai penambah yang kurang tersebut. Tapi kalau secara umum, maka buah akan memberinya sebanyak yang di butuhkan. Juga kalau membawa semacam itu tak terlampau membebani. Selain murah juga pantas. Beda dengan membawa makanan mahal yang dari cepat saji. Meskipun mahal, akan tetapi belum tentu cocok. Karena bisa saja kontra dengan penyakit yang di derita. Sehingga malahan akan menjadi bertambah parah. Atau kalau si sakit tahu posisi itu, maka bakalan di tolak. Hanya karena merasa take nak, sudah jauh-jauh dan repot-repot membawakan sesuatu yang tujuannya untuk menyenangkan hati si sakit supaya segera sembuh, jika di tolak, maka rasanya take nak, sehingga dengan sedikit kata halus akan berusaha melakukan hal itu. Atau tidak memakan makanan yang penuh penyakit tadi. Hanya saja tentu juga tidak nyaman. Dimana sudah di beri tapi tak di makan. Sehingga akhirnya timbul rasa yang tidak nyaman di sana sini. Maka yang terbaik adalah buat si pembawa tadi yang semestinya tahu, sebab dia sehat dan pikirannya tentu lebih jernih, hanya untuk membawa apa yang sekiranya pantas, tidak norak, namun juga bukan sesuatu yang menimbulkan sakit yang akhirnya malah membebani si orang penyakitan itu.
“Sini.“
“Lo... kok ambil banyak.“
‘Kan sudah sehat.’
“Waduh…. ya ayo pulang.”
”Belum boleh sama perawat,” ujarku.
Dia tak percaya. Makanya saat ada perawat yang gendut itu, dia mencoba bertanya.
”Dia menunggu paling tidak seminggu. Karena luka yang parah.”
"Tapi sudah sembuh itu"
“Belum boleh ya belum. Jangan merepotkan kami ya. Nanti kalau ada apa-apa bagaimana. Kita yang nanti bakalan di salah-salah kan. “
“Tapi….“
“Orang cuma suruh nunggu kok. Lagian nggak bayar kan. Sudah di tanggung BPJS. “
”Wah…”
Dia Cuma mangkel. Aku hanya senyum-senyum saja. Terserah. Lagian enak tidur di tempat empuk. Aku meloncat - loncat lalu uget-uget seperti ulet dan main sembarangan pokoknya.
