Princess A Tyrant General

ISTANA.

Pangeran Drake masuk ke dalam kamar sang Ibu, Selir Ivory. Sesekali Pangeran memang datang untuk mengobrol, apalagi sang Ibu pasti ingin mengetahui apa saja yang terjadi saat perburuan.

Selir Ivory berwajah luar biasa cantik, jika diibaratkan mungkin akan terlihat seperti seorang Dewi. Kecantikan itu lah yang membuat Ratu Alexa selalu cemburu pada Selir Ivory, karena menyebabkan Raja mencintai Selir Ivory melebihi cintanya pada Ratu Alexa.

Pangeran Drake sedang menceritakan setiap kejadian demi kejadian yang terjadi di hutan.

"Nak, tidak ada yang memihak kita. Bahkan beberapa kerabat Ibu sudah meninggalkan kita dan mendukung Ratu Alexa. Ibu sebenarnya masih begitu marah... sebab Ratu Alexa memilih Putri Clarence sebagai istrimu. Meski dia adalah putri dari Raja Arthur namun pemilihan Putra Mahkota tidak bisa dicampuri oleh pihak luar termasuk oleh Kerajaan istrimu."

"Selama Istrimu berada di Istana, Ibu tak pernah menemuinya karena masih kecewa dengan pernikahan mu yang tak ada manfaatnya bagi posisimu." Selir Ivory menghela nafas pelan. Wajahnya masih begitu kencang dan menawan di usianya yang sudah tak muda lagi.

"Tetapi, saat kau menceritakan tentang Putri Clarence sejak dia terbangun dari ke kecelakaan berkuda... Ibu sepertinya sudah salah menilainya hanya karena mendengar berbagai rumor tentangnya. Ibu merasa menyesal sudah tidak suka pada istrimu... maafkan Ibu, Nak. Sekarang setelah mendengar kehebatan dan kebaikan istri mu, Ibu sangat merasa malu."

Pangeran Drake mengelus lembut lengan sang Ibu, Selir Ivory. "Ibu tak bersalah... hanya saja situasi kita yang memang sulit dan terdesak. Keluarga kita sendiri banyak yang sudah membuang kita, jadi kekhawatiran Ibu sudah sewajarnya. Aku tahu Ibu orang baik, aku bangga terlahir dari rahim Ibu. Ibu hanya memikirkan kehidupan keluarga kita, Ibu takut jika Putra Pertama naik tahta... Keluarga kita yang tersisa akan dilenyapkan."

"Sejahat itu lah Ratu Alexa, Nak. Harusnya kakak laki-lakimu masih ada bersama kita... jika dia tidak dibunuh saat bayi. Ratu benar-benar berhenti iblis...! Dia membunuh anak tak berdosa hanya demi mengamankan tahta, dia ketakutan... karena seorang peramal pernah mengatakan jika keturunan dari Ibu akan menghancurkan segala miliknya. Untung saja kamu diberkati oleh Tuhan, beberapa kali nyawa mu terancam sejak kamu dilahirkan... tapi Tuhan masih memberkati mu. Roh wanita itu juga yang selama ini selalu menjagamu... Kamu masih bisa melihat dan bertemu dengan roh wanita itu?"

Pangeran Drake menggeleng, "Anehnya sejak Putri Clarence terjatuh dari kuda, aku tak bisa bertemu dengan roh wanita itu. Sebenarnya aku sudah memiliki beberapa kesimpulan, tapi itu masih harus dipastikan. Sepertinya... Putri Clarence yang kini bersama ku, bukanlah dia yang sebenarnya. Aku bahkan pernah melihat wanita berwajah sama persis dengan Putri Clarence dalam mimpiku, wanita itu dipanggil dengan nama 'Lea'...."

"Kamu pikir mimpimu bukanlah mimpi kosong?" tanya Selir Ivory.

"Aku masih harus memastikan, kalung jam bandul yang ada pada Putri Clarence terlihat mirip dengan kalung jam bandul yang pernah dipakai oleh roh wanita itu... Ibu. Hanya saja beberapa tahun ini aku tidak melihat jam bandul itu lagi... dan anehnya jam bandul itu malah dimiliki oleh Putri Clarence... jika memang benar itu adalah jam bandul yang sama."

"Menurutmu, Putri Clarence mempunyai hubungan dengan roh wanita itu? Roh yang mengaku seorang Ratu dari suatu kerajaan?"

"Aku masih berusaha menghubungkan teka-teki ini, Ibu. Sejak aku kecil, Roh itu sering bercerita... dia sudah hidup di dunia lain namun sesekali jiwanya datang ke dunia kita. Di dunia-nya, dia mempunyai seorang putri... bahkan dia mengatakan ingin aku menjadi menantunya dan menjadikan ku suami dari putrinya. Menurut Ibu... orang-orang di dalam mimpiku itu adalah orang-orang dari dunia roh wanita itu tinggal? Lantas... jam bandul milik roh itu, diberikan pada putrinya. Apa mungkin... putrinya itu bernama Lea yang ada dalam mimpiku, yang berwajah sama dengan Putri Clarence?"

Mata Selir Ivory terbelalak, penurutan putranya sangat terdengar masuk akal.

"Jadi, menurutmu... perubahan yang terjadi pada Putri Clarence dari orang yang sangat lemah dan pemurung menjadi kuat dan hebat, itu berkaitan dengan wanita yang bernama Lea dalam mimpimu? Menurut mu, Lea lah yang kini menempati tubuh Putri Clarence? Lea, putri dari roh wanita itu?"

Pangeran Drake mengangguk dengan yakin. "Aku hanya perlu mengkonfirmasi beberapa hal lagi, mungkin sedikit memancing istriku agar dia mau berkata jujur padaku."

"Baiklah, Ibu serahkan semuanya padamu."

Pangeran Drake kemudian pamit keluar dari kamar Ibunya, dia menuju kamarnya bersama Leandra.

"Pangeran." Seseorang berlari mendekati Pangeran Drake.

"Ada apa? Aku tidak memanggil mu, Velix. Harusnya kau tetap berada di sekitar istriku." Bisik Pangeran Drake agar tidak ada yang bisa mendengar.

"Maaf, Pangeran. Tapi ini sangat penting, Putri Clarence.... Dia__"

"Ada apa dengannya? Dia terluka!" wajah Pangeran Drake seketika berubah gelap.

"Bukan, sebaiknya kita jangan bicara disini."

Pangeran Drake tak menjawab, dia berjalan pergi ke tempat rahasia mereka.

Setelah masuk ke dalam ruangan, Pangeran Drake langsung bertanya kembali. "Sekarang katakan!"

"Putri Clarence tidak ada di kamarnya, saya terkecoh. Sepertinya Putri memakai pakaian pelayan dan pergi dari Istana. Setelah saya bertanya pada penjaga istal, si penjaga mengatakan memang Putri Clarence membawa satu kuda dan pergi tanpa pengawal."

"Jadi dia pergi sendiri! Kemana?"

Velix menggeleng frustasi, "Maaf, Pangeran. Saya salah..."

Bugh!

Satu pukulan Pangeran Drake layangkan pada wajah pengawal pribadinya, ia begitu marah. Sebab selain menugaskan Velix untuk mengintai Leandra, tujuan utama Pangeran Drake sekarang adalah menugaskan Velix untuk menjaga Leandra.

"Jangan berbuat kesalahan lagi, Velix! Pergi dan cari tahu kemana istriku pergi...!" geram Pangeran Drake.

"Baik, Pangeran." Velix menunduk memberi hormat lantas berbalik pergi dari ruangan rahasia.

.

.

Hutan Agroforestri.

Wanita yang dicemaskan Pangeran Drake nyatanya sedang sibuk mengumpulkan sisa-sisa serpihan granat di tempat berburu.

Leandra mengumpulkan ke dalam sebuah wadah, dia mengenali jenis granat itu.

"Ini adalah Fragmentation grenade... granat serpihan yang dirancang untuk membunuh infanteri, yang dibuat untuk memuntahkan serpihan ke segala arah. Serpihan badannya dibuat dari plastik keras atau besi, lalu diisi serpihan tajam, kawat, bola-bola besi, atau badan luarnya sendiri pun bisa bekerja sebagai serpihan. Sangat berbahaya, siapa yang memilikinya?" gumam Leandra.

Srek srek srek

Tap tap tap

Telinga Leandra mendengar suara langkah kaki dan suara semak-semak yang tergesek. Bukan hanya langkah kaki satu orang namun beberapa orang. Gegas Leandra menyelesaikan kegiatan nya, mengamankan serpihan granat lalu sembunyi di semak-semak tinggi yang berlainan arah dengan si pendatang.

"Bersihkan sekarang...! Kalian sungguh ceroboh! Kenapa tidak secepatnya membersihkan tempat kejadian...! Bahkan kalian telah gagal membunuh mereka semua!" bentak seseorang.

Mata Leandra menyipit, ia mengenali wajah orang itu dan ternyata dugaan nya salah. Ia mengira perbuatan ini ada kaitannya dengan Ratu Alexa, sebab orang-orang yang berada dalam bahaya di tempat itu kemarin adalah rival-rival dari putranya memperebutkan tahta. Dugaan nya terbantahkan dengan 'seseorang' yang bahkan tidak pernah diduga oleh Leandra.

Kenapa dia melakukan nya? Bukankah Pangeran Garrick dan Pangeran Calvin juga berada disini kemarin? Bagaimana bisa, dia ingin membunuh keluarganya sendiri?!

Leandra menatap tajam orang itu, di dunianya orang itu dengan tega menembaknya. Lalu disini, orang itu juga yang berbuat kekejian seperti ini bahkan begitu tega kepada para keponakannya.

Sungguh biadab!

___

Note : Narasi nya jangan dilewatkan ya, banyak hal-hal yang dijelaskan dalam narasi. Sebab dalam dialog tidak semua dijelaskan ❤️

^^^____ HAPPY MENGHALU 🫶😍^^^