Yura adalah gadis kecil yang terlahir dari keluarga berada. Bapak Yura bernama Alwi merupakan Kepala Polisi Angkatan Darat yang bertugas di Tanjung Batu-Kepulauan Riau. Dan Ibunya bernama Lili hanya bekerja sebagai IRT. Yura kecil hidup dalam keluarga yang harmonis dan bahagia. Tetapi setelah dewasa, kehidupannya berubah 180° tak seindah masa kecil nya. Semua bermula saat Bapak nya menjodohkannya dengan lelaki pilihan Bapak nya, yang sama sekali tidak ia cintai. Hingga mengakibatkan Yura hidup dalam penderitaan setelah ia menikah. Yura membesarkan keempat anaknya seorang diri dan hidup dalam kesederhanaan, sebab suami pilihan Bapaknya telah berani mengkhianatinya. Kini Yura hanya pasrah kepada takdir yang sudah Tuhan tetapkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elok Oren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16 Gubuk Derita
...***************...
Ceklek...
"Assalamu'alaikum wr.wb sayang..." Sapa Alwi dan Lili saat memasuki ruangan bersalin Yura.
"Wa'alaikumussalam wr.wb" jawab Yura dan Rio serentak.
Lili langsung menghampiri Yura yang sedang menyusui putra pertamanya.
"MasyaAllah cucu nenek tampan sekali." Puji Lili saat melihat bayi Yura pertama kali.
"Alhamdulillah, terimakasih nenek." Jawab Yura sambil menirukan gaya bicara anak kecil.
Selesai menyusui, bayi Yura tertidur pulas. Lili yang terpesona dengan ketampanan cucu pertama nya, tak bosan-bosan memandangi wajah cucu pertamanya tersebut.
"Siapa nama cucu ibu yang tampan ini nak?" Tanya Lili kepada orangtua baru tersebut.
Yura dan Rio pun saling bertatapan, sebab mereka belum menyiapkan nama untuk putranya.
"Namanya Doni Pratama." Ucap Alwi sambil memandangi wajah cucu pertamanya itu.
Bayi mungil yang baru lahir itu tersenyum, saat kakeknya memberikan nama untuknya.
Yura dan Rio juga tersenyum melihat bayinya tersenyum.
"Kamu sepertinya senang ya nak, dengan nama yang diberikan kakek kamu." Tanya Yura pada bayi tampannya itu.
Bayi mungil nan tampan mirip bule itu lagi-lagi tersenyum, seperti paham dengan apa yang dikatakan orang dewasa yang berada diruangan tersebut.
Mereka semua setuju atas nama yang diberikan Alwi untuk cucu pertamanya.
Tok...tok...tok...
Tiba-tiba dokter datang untuk memeriksa kondisi Yura dan bayinya.
"Dok, kapan saya bisa pulang?" Tanya Yura yang sudah tidak betah berada dirumah sakit.
"Siang ini, Bu Yura sudah diperbolehkan pulang." Beritahu dokter yang baru saja memeriksa Yura.
"Kalau begitu saya permisi dulu ya Bu." Pamit Dokter.
"Baik Dok, terimakasih." Ujar Rio.
"Iya Pak, sama-sama." Jawab dokter lalu pergi meninggalkan ruangan Yura.
Lili membantu Rio membereskan segala keperluan yang mau dibawa pulang. Selesai berberes, akhirnya Yura dan bayi nya pulang kerumah Alwi.
Semenjak lahiran, Yura fokus merawat putra pertamanya. Tidak terasa usia baby D sekarang sudah memasuki usia 1 tahun, dan Yura dinyatakan hamil anak kedua.
"Dek..." Panggil Rio dan berpindah duduk disebelah Yura.
"Iya bang..." Yura menghentikan aktivitas nya sejenak lalu menghadap suaminya.
"Dek, sekarang sudah saatnya kita harus mandiri dan tidak bergantung lagi pada orangtua mu." Ucap Rio sambil memegang lembut tangan istrinya yang tengah berbadan dua.
"Abang ingin mengajak adek pindah ke kota Padang. Sebab Abang diterima bekerja di salah satu kantor koperasi disana." Lanjut Rio.
(Saat ini Rio sudah tidak bekerja sebagai asisten Alwi di PT. Saiyo, sebab setahun terakhir PT. Saiyo yang Alwi dirikan mengalami kebangkrutan akibat kelalaian Rio yang tidak pandai mengelola bisnis Alwi).
Yura hanya terdiam, karena selama ini Yura selalu bergantung pada orangtuanya. Tapi Yura yang selalu menurut dengan suaminya, terpaksa harus ikut kemanapun suaminya pergi meskipun dengan berat hati.
"Baiklah bang, kita akan pindah ke Padang." Lirih Yura.
"Seminggu lagi kita akan pindah ke Padang." Beritahu Rio.
"Iya bang." Jawab Yura sambil membaringkan badannya untuk merilekskan sejenak hati dan pikirannya yang sedang gundah gulana.
Rio ikut berbaring dan mereka berdua pun tertidur dengan pulas.
~Seminggu kemudian~
"Pak, Bu, Rio dan Yura pergi dulu ya." Pamit Rio sambil menyalami mertuanya.
"Pak, Bu, Yura pergi dulu ya. Bapak dan Ibu jaga diri baik-baik disini. InsyaAllah kalau Abang ada waktu libur, Yura akan pulang kampung." Pamit Yura dengan bercucuran air mata, sebab kehamilan kedua Yura kali ini selalu membuat mood nya berantakan, dan gampang sekali menangis.
"Iya nak, kamu hati-hati disana ya. Jangan lupa sering ngabarin ibu disini." Lili langsung memeluk Yura dan mereka berdua sama-sama menangis.
"Sudah.... Sudah.... Anak kita cuma pergi merantau ikut suaminya Bu, bukan mau pergi keluar negeri." Sergah Alwi.
Akhirnya ibu dan anak itu melepaskan pelukannya.
Setelah berpamitan, Rio dan Yura berangkat ke Padang. Di Padang lah tempat Rio dan Yura saat ini mengadu nasib.
Kehidupan Yura dan Rio berbanding terbalik dengan kehidupan mereka saat masih tinggal bersama Alwi.
Yura yang terlahir dari keluarga berada, tidak pernah hidup susah, tetapi setelah menikah dia harus merasakan hidup susah.
"Jadi ini rumah kita bang?" Tanya Yura setelah sampai di Padang.
"Iya dek, maaf ya Abang hanya mampu menyewakan gubuk untuk mu dan anak kita." Ujar Rio dengan rasa bersalah.
Yura memperhatikan rumah nya saat ini yang terbuat dari gedek (bambu), beralaskan semen biasa, dan beratapkan daun Rumbia.
Menyesal??? Tidak ada yang perlu Yura sesali sebab ia sudah berdamai dengan takdirnya.
"Adek duduk aja ya, biar Abang yang beres-beres." Rio menuntun Yura untuk duduk, dan membawa Doni yang sedang tidur kedalam kamar.
"Iya bang." Yura akhirnya duduk, sebab ia tidak boleh banyak bergerak karena kandungannya masih 3 bulan.
Rio membersihkan rumah yang akan mereka tempati hingga selesai.
"Alhamdulillah akhirnya selesai." Ucap Rio sambil mengelap keringatnya yang bercucuran di jidat nya.
"Ini bang, minum untuk Abang." Yura datang dari dapur membawakan minum untuk suaminya.
"Terimakasih ya sayang." Rio segera meminum minuman yang disuguhkan Yura.
Rumah tangga Yura dan Rio selama 2 tahun ini baik-baik saja. Yura yang dulu nya masih terus mengingat Hamdan, kini semenjak punya anak Yura mulai perlahan sudah melupakan Hamdan.
Seminggu sudah Yura tinggal di Padang, ternyata Alwi tiba-tiba datang untuk menjenguk Yura dan cucu nya.
"Assalamu'alaikum wr.wb." Ucap Alwi sambil menjinjing buah tangan untuk putri dan cucunya.
"Wa'alaikumussalam wr.wb." Jawab Yura yang sedang menyuapi Doni makan.
"Bapak, kapan sampai?" Tanya Yura sambil menyalami bapaknya dengan takzim.
"Barusan, baru seminggu kalian tinggalkan Bapak, bapak sudah kangen. Apalagi dengan cucu kakek yang tampan ini." Ucap Alwi sambil membawa Doni kedalam pelukannya.
Doni yang melihat kakek nya datang dan membawakan mainan untuknya, merasa senang.
"Tu apa tatek?" Tanya Doni dengan gaya bicara cadelnya sambil menunjuk apa yang dibawa Alwi.
"Ini mainan untuk cucu kesayangan kakek, Doni suka?" Alwi langsung memberikan mainan yang dibawanya untuk Doni.
"Cukakk, yeeeeee Doni apat ainan dali tatek. Mami, ini ainan Doni." Girang Doni, lalu menunjukkan mainannya kepada mami nya.
"Bilang apa sama kakek sayang?" Ucap Yura.
"Telimakasih tatek komandan." Ucap Doni sambil mengecup pipi kanan kakek nya.
"Sama-sama cucu kesayangan kakek." Alwi membalas kecupan Doni.
Doni pun tertawa terbahak-bahak, karena merasakan geli saat kakeknya menciumnya menggunakan dagu yang ditumbuhi bulu-bulu halus.
Setelah puas menciumi cucunya, Alwi menelisik tempat hunian anaknya yang jauh dari kata mewah. Hatinya pun seperti disayat sembilu, melihat gubuk derita Yura.
"Ya Allah, kasihan sekali putri ku harus tinggal ditempat seperti ini." Iba Alwi dalam hati.
Melihat kondisi Yura yang serba kekurangan, Alwi tak kuasa berlama-lama berada dirumah Yura. Alwi pamit pulang pada Yura.
"Nak, Bapak pulang dulu ya."
"Bapak tidak menginap dulu di gubuk Yura?" Tanya Yura.
"Tidak nak, tadi bapak kebetulan ada kerjaan didaerah sini, jadi bapak sekalian mampir kerumah kamu." Terang Alwi.
"Baiklah pak, besok-besok kalau bapak kesini lagi, pastikan untuk menginap di rumah Yura ya pak?" Pinta Yura.
"InsyaAllah ya nak, kalau begitu Bapak pulang dulu ya." Ucap Alwi sambil mengelus kepala Yura dan Doni.
"Iya pak, hati-hati ya Pak. Nanti kalau sudah sampai rumah, jangan lupa kabari Yura ya pak." Pesan Yura sambil menyalami bapaknya.
Alwi hanya menganggukkan kepalanya kemudian berlalu pergi meninggalkan Yura dan Doni di gubuk derita.
Jangan lupa ya pembaca setia yang saya cintai, untuk meninggalkan jejak komentarnya, like, subscribe, vote, serta tolong membacanya jangan di skip yaa… 🙏🏻🙏🏻🙏🏻
Terimakasih banyak atas dukungan pembaca dan teman-teman selama ini, dan mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan, kesamaan nama tokoh, tempat dan latar. ❤️❤️❤️
...***************...
karena itu berbaktilah pada ibumu
makanya gak berani 😀😀😀