Dendam Dan Cinta Tuan Arogan

“Stop melakukan hal konyol San, sebagai teman aku peringatkan mu. Jangan macam macam lagi, jangan pernah melakukan hal bodoh yang kamu lakukan pada Erfin, dulu. Ingat, kalau sampai Erwin tahu siapa di balik kematian putranya. Maka hidupmu akan hancur sehancur hancurnya,” ucap Dela lagi, yang akhirnya membuat Sandra bungkam.

“Tidak, itu tidak akan pernah terjadi. Akan aku pastikan jika Erwin atau siapapun tidak akan pernah ada yang tahu tentang kejadian itu. Karena itu semua, murni kecelakaan atas ulahnya sendiri,” jawab Sandra dengan tangan yang sudah gemetar. Karena jujur, Sandra masih selalu dihantui oleh kejadian malam dimana Erfin mengalami kecelakaan.

"Itu memang murni kecelakaan, tapi kamu harus ingat. Siapa orang yang sudah membuatnya mengalami hal buruk itu, Sandra," lanjut Dela.

"Sudah cukup. Cukup Del, tolong jangan ungkit hal itu lagi. Pergilah, aku lelah dan ingin istirahat." jawab Sandra yang semakin di buat takut oleh ucapan Dela.

Melihat sikap keras kepala Sandra, Dela pun hanya bisa menghela nafas panjang dan juga berat. Sebagai teman dan juga asisten, Dela sangat mengkhawatirkan Sandra. Namun, sikap keras wanita itu membuatnya sedikit kesal dan akhirnya memilih untuk tidak peduli lagi pada model ternama yang kini, karir nya berada di ujung kehancuran karena ulangnya sendiri.

Keserakahan membuat Sandra menjadi penyebab meninggalnya seorang pemuda yang bernama Erfin Darmawan. Namun, sayang tidak ada yang tahu kisah di balik kematian Erfin yang sebenarnya. Hingga akhirnya, kisah itu pun terkubur bersama dengan jasad Erfin.

Sampai saat ini masih belum ada bisa mengungkapkan apa yang terjadi pada Erfin dan juga Sandra malam naas, terjadinya kecelakaan itu. Hingga Sandra pun masih bebas melakukan apapun karena tidak ada yang tahu apa yang dia lakukan pada Erfin.

*

*

Sementara itu, di tempat lain.

Ghina masih menatap tak percaya sebuah cincin berlian yang kini tersemat di jari manis nya. Cincin yang beberapa saat lalu Erwin sematkan sebagai tanda jika mereka kini telah resmi menikah yang sah dimata hukum dan juga agama.

Saat ini pasutri baru itu tengah dalam perjalanan menuju ke sebuah tempat yang sudah Erwin siapkan untuk mereka menghabiskan waktu bersama.

Sebuah villa yang sengaja Erwin beli untuk mereka tempati selama beberapa hari ke depan. Erwin ingin sekali menghabiskan waktu bersama dengan istri tercintanya di sana.

"Ini, rumah siapa Tuan?" tanya Ghina saat mobil yang dibawa oleh Erwin memasuki sebuah hunian yang ada di pinggir pantai yang begitu indah dan juga cantik.

"Ini villa milik kita dan selama beberapa hari ke depan, kita akan liburan di sini. Ayo, turun." jawab Erwin yang kini sudah memarkirkan mobilnya di depan villa.

Erwin pun segera turun dari dalam mobil terlebih dahulu. Agar bisa membuka kan pintu mobil itu untuk Ghina.

"Ayo turun." lanjut Erwin, mengulurkan tangan nya ke arah Ghina yang masih terbengong bengong di dalam mobil.

Dengan perasaan ragu, Ghina pun akhirnya turun dari mobil dan mengikuti langkah Erwin yang saat ini membawanya masuk ke dalam villa itu.

Keduanya pun berjalan bersama masuki villa dengan saling bergandengan tangan.

Kreekkk

"Selamat datang dan selamat menikmati hari di tempat ini," ucap Erwin setelah membuka kan pintu untuk Ghina.

"Terima kasih, Tuan," jawab Ghina yang masih merasa sangat sungkan, meski pria yang berdiri di sampingnya saat ini sudahlah berstatuskan suami untuknya.

"Ayo, aku akan menunjukan kamar yang akan kita tempati." lanjut Erwin yang masih menggenggam erat tangan Ghina.

Pria itu membawa wanita yang kini sudah resmi menjadi istrinya itu ke kamar yang akan mereka tempati selama mereka tinggal di sana.

"Wah, kamarnya luas sekali, Tuan." seru Ghina saat melihat isi kamar yang akan dia tempati.

Kamar yang begitu luas dengan jendela yang begitu besar menampilkan pemandangan yang langsung menuju ke arah laut yang luas. Sungguh, pemandangan begitu cantik dan juga indah.

Saking senangnya, Ghina pun sampai berlari kecil menuju ke arah jendela kamar. Matanya berbinar saat menatap pemandangan laut yang indah.

Dengan perasaan penuh rasa kagum, Ghina terus menatap pemandangan laut yang ada di depan matanya. Ini pertama kalinya wanita itu pergi ketempat seindah ini. Jadi wajar jika dia terlihat begitu sangat antusias.

"Bagaimana, apa kamu suka?" tanya Erwin memeluk tubuh Ghina dari arah belakang.

Erwin pun mendekap erat tubuh wanita yang dulu dia benci tanpa alasan itu. Tanpa alasan? Iya tentu saja tanpa alasan, karena Erwin membenci orang yang salah dan kini pria itu telah menyadari kesalahan nya.

Itulah kenapa Erwin menikahi Ghina. Karena untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Selain itu, Erwin juga baru menyadari, jika dia memiliki perasaan lain pada Ghina.

Kerap di landa rasa cemburu saat melihat wanita itu bersama dengan pria lain. Membuat Erwin menyadari jika dia sudah jatuh hati pada wanita muda itu.

Hingga akhirnya, Erwin pun memutuskan untuk menikahinya karena tidak rela jiak harus melihat Ghina bersama dengan pria lain.

"Tu_Tuan?" lirik Ghina saat Erwin memeluknya dari arah belakang.

"Ssttt, stop dan berhentilah memanggilku Tuan. Sekarang aku ini suamimu, bukan majikanmu. Jadi panggil lah sesuai dengan statusku saat ini, mengerti?" jawab Erwin yang semakin mengeratkan pelukannya di tubuh mungil Ghina.

"Lalu, aku harus memanggilmu apa?" tanya Ghina bingung.

"Memangnya, kamu tidak tahu panggilan yang sesuai untuk suami itu biasanya apa? Masa kamu nggak tahu?" lanjut Erwin yang merasa gemas dengan jawaban dari istri kecilnya itu.

"Biasanya sih orang-orang akan memanggil Mas atau sayang pada suami mereka. Lalu, aku harus memanggilmu dengan panggilan yang mana?" jawab Ghina dengan perasaan yang aneh.

Hatinya tiba tiba saja berdebar saat merasakan hangatnya hembusan nafas yang berasal dari mulut Erwin yang mengenai leher jenjang nya.

"Kalau boleh sih aku ingin kamu memanggilku dengan panggilan sayang. Namun, aku tahu jika hal itu akan sulit saat belum adanya perasaan spesial yang kamu rasakan untukku. Jadi coba panggil aku dengan sebutan Mas saja, bagaimana?" jawab Erwin.

"Ba_baiklah, akan aku coba, Mas." jawab Ghina yang kini sudah merubah panggilan untuk Erwin dengan sebutan Mas meski masih terdengar kaku dan canggung.

"Terima kasih. Aku suka mendengarnya. Cup." bisik Erwin tepat di telinga Ghina sembari melayangkan satu kecupan untuknya.

Deg

Jantung Ghina kembali di buat berdebar kencang saat Erwin mendaratkan satu kecupan di leher jenjang dan juga putih nya. Bahkan, tubuh wanita itu sampai meremang saat bibir kenyal Erwin bersentuhan dengan kulit lehernya.

"Mau jalan jalan nggak? Atau di sini saja?" lanjut Erwin saat menyadari ketegangan yang di alami oleh Ghina.

Tidak ingin membuat Ghina kembali merasa ketakutan atas apa yang dia lakukan. Erwin pun akhirnya sedikit mengurai pelukan nya di tubuh Ghina, lalu mencoba mengalihkan perhatian wanita itu agar bisa kembali bersikap tenang dan juga santai.

"Memang nya boleh?" tanya Ghina ragu, mengingat bagaimana buruknya sikap Erwin dulu.

Yang tidak memperbolehkan nya keluar rumah. Meski itu hanya ke halaman depan rumahnya dan tentu saja hal itu kembali menimbulkan rasa takut di hati Ghina.

"Tentu saja sayang. Kenapa bertanya seperti itu? Sekarang, kamu boleh melakukan apapun yang kamu mau. Maafkan aku ya, maaf jika selama ini aku sudah membuatmu ketakutan." lanjut Erwin yang kembali dilanda perasaan bersalah saat melihat istrinya masih merasa sungkan bahkan juga takut padanya.