"Aku dibenci nggak mati, kamu gak suka aku juga nggak tutup usia, selagi rasa nggak suka dan bencimu tidak menutup pintu rezekiku, aku tidak perduli." celetuk Joanna Eden dengan tatapan santai seolah tanpa beban dosa.
Awal mulanya dia masuk kedalam dunia mafia hanya karena sebuah misi pertolongan dengan membantu kakaknya Jordan Eden yang berprofesi sebagai anggota Kepolisian untuk melakukan tipu daya agar bisa meringkus seorang Bos Mafia, tapi siapa sangka hal itu justru membuat Joanna terjerumus dalam gelombang asmara, lalu bagaimanakah kisah cinta Joanna? akankah dia bahagia atau nyawa yang akan jadi taruhannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iska w, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24.Perang Batin
Dengan dikawal puluhan mobil polisi, Anna duduk diam terpaku dikursi belakang, memikirkan kisah manis antara dirinya dan Bos Mafia itu, yang mungkin akan segera berakhir, padahal walau cerita mereka singkat namun terasa sangat melekat dihati.
"Dek, nanti kamu masuk sendirian, bersikap seperti biasa, jangan sampai dia curiga?" Sedari tadi Jordan terus memberikan arahan kepada Anna, agar dia tidak salah mengambil langkah.
"Hmm."
Kali ini, tidak ada rasa semangat seperti biasa, saat dia akan bertemu dengan Jay.
"Lalu setelah kamu berhasil masuk kedalam ruangan yang bernama MBS itu, kamu langsung saja tekan tombol yang ada dibawah jam tanganmu itu, mengerti?" Jordan juga sudah memberikan Anna sebuah jam tangan khusus agar bisa memantau situasi dan posisi Anna didalam Markas nanti.
"Hmm."
"JOANNA EDEN!" Teriak Jordan dari arah kursi kemudi, karena dia merasa gemas sendiri saat melihat adiknya seperti patung hidup yang hanya mampu menjawab kata 'hmm' saja.
"Apalagi Bang? Aku sudah mendengar semua arahan kalian, kurang apa lagi coba?" Jawab Anna yang perasaannya sudah campur aduk tidak karuan, dia sudah perang batin sedari tadi, namun Abangnya seolah tidak paham soal hati.
"Kamu marah dengan Abang, kenapa? Apa salah Abang?" Jordan mengamati wajah adiknya yang kusut dari spion tengah mobil itu.
"Ck, sudahlah! Aku tidak marah kok." Anna memilih diam, karena ketika dia menjelaskan apa yang mengganjal dihatinya pun mereka tidak akan mengerti.
"Kalau begitu mana senyumnya? tampilkan wajah gilamu seperti biasa, jangan sok sedih seperti ini, kayak lagi orang patah hati aja, jomblo aja banyak gaya." Celoteh Jordan seperti biasa.
Aku sudah punya pacar dan Bos Mafia itu orangnya, aish.. Sepertinya aku sudah terlalu jauh dengannya.
"Hmm." Lagi-lagi Anna hanya mampu menggumam saja.
"Yang semangat dong Dek, setelah Bos Mafia itu sudah membawamu masuk keruang MBS itu, tugasmu kini selesai, Abang sendiri yang akan membawamu pergi dari tempat itu, jadi jangan takut dengan Mafia kejam itu nantinya, okey?" Jordan seolah memberikan semangat untuk adiknya.
Aku sama sekali tidak takut untuk bertemu dengannya, tapi aku bahkan lebih takut jika harus kehilangan pria seperti dirinya.
"Huft, iya."
"Kami sudah mengatur segalanya Anna, kamu tidak perlu risau, pokoknya begitu kamu bertemu dengan dia, bicarakan bisnis pengamanan yang tertunda saat itu, kamu minta pagi ini juga untuk beroperasi dan yang paling penting, kamu harus bisa membuat Mafia gila itu membawamu ke ruangan MBS itu, okey Anna?" Imbuh Ghavin yang sedari tadi menyimak obrolan random kakak beradik itu.
"Iya, Uncle."
"Good girl, aku sudah menyiapkan segalanya untukmu Anna, kamu pasti suka." Ghavin menenggok kebelakang dan mengusap kepala Anna dengan lembut.
"Hm, terserah Uncle Ghavin saja."
Anna kini tak lagi bersemangat seperti diawal mula sandiwara ini terjadi, hatinya kini seolah tertusuk duri, terasa perih dan menyayat hati.
Sebelum Anna memasuki markas milik Jay, dia berdiri mematung sesaat, untuk menguatkan hati dan merelakan diri jika harus berpisah saat ini juga. Mau mundur pun rencana mereka hampir berhasil dan bahkan semua pasukan gabungan sudah kembali mengatur posisi untuk penggerebekan Markas Jay dipagi buta ini.
"Ayanggggg!"
Dengan menahan rasa sesak didada yang menggunung, Anna sengaja berteriak untuk menutupi kesedihan yang dia rasa.
"Selamat pagi nyonya muda?"
Saat mendengar suara Anna, anak buah Jay yang bertugas pada saat itu langsung bersikap siap dan membungkukkan tubuhnya kearah Anna untuk emmberikan tanda hormat.
"Pagi, apa Mr. J sudah bangun?" Tanya Anna saat suasana pagi itu terasa hening.
"Belum Nona, bahkan beliau baru tertidur beberapa saat lalu." Jawabnya dengan sopan.
*Kasihan sekali Ayangku, tapi maaf aku terpaksa harus menggangumu*.
"Boleh kalian panggilkan dia untukku?" Pinta Anna.
"Em, maaf nona, bukannya saya menolak, tapi untuk keamanan bersama lebih baik anda saja yang membangunkan bos kami." Tidak akan ada yang berani membangunkan Jay, jika tidak terjadi hal genting selama ini, apalagi dia baru saja tertidur beberapa saat yang lalu, karena fajar pagi ini saja belum muncul dipermukaan bumi.
"Baiklah."
Anna pun paham jikalau mereka semua pasti takut, jadi dia tidak mau memaksakan kehendaknya.
Tok
Tok
Anna mengetuk pintu kamar Jay, namun tidak terdengar pergerakan apapun, akhirnya dia memberanikan diri untuk masuk kedalam kamar itu.
Nyes!
Pandangan mata Anna kembali terpaku, saat melihat wajah tenang Jay saat tertidur pulas diatas ranjang.
*Jay, maaf jika nanti aku harus menanamkan rasa benci dihatimu, apa yang aku lakukan memang salah, tapi pekerjaanmu juga tidak benar, semoga setelah apa yang terjadi, duniamu bisa berubah menjadi lebih baik lagi, dan aku berharap kita tidak dipertemukan lagi disini, karena aku tidak ingin melihatmu merasakan sakit hati karenaku*.
Anna mengusap wajah Jay dengan penuh kelembutan, bahkan terlihat bulir air matanya yang mulai membasahi kedua pipinya.
Grek!
"Siapa kau!"
Jay sontak menarik tangan Anna dan langsung memitingnya, karena selama ini tidak ada yang berani menyentuh dirinya saat dia sedang tidur.
"Argh, sakit!" Jerit Anna.
"ANNA, SAYANG?" Begitu mendengar suaranya Jay tahu pasti orangnya.
"Aduh, tanganku sakit sekali." Anna mengibaskan tangannya saat Jay sudah melepasnya.
Grep!
"Maaf sayang, maafkan aku, tadi aku fikir ada penyusup datang!" Jay langsung membawa Anna kedalam pelukan hangatnya dan memijit lengan Anna yang dia piting tadi.
Andai ada anak buah Jay yang mendengar kata 'maaf' itu keluar dari mulut Jay, mungkin mereka semua akan merekamnya dengan jelas, sebagai bukti bahwa Bos nya juga manusia biasa yang bisa melemah saat bersama seorang wanita.
*Aku memanglah penyusup Jay*!
"Apa aku sudah menggangu mu?" Anna kembali menatap sayu wajah pria yang mungkin tidak akan dia temui lagi setelah ini.
"Tentu saja tidak, aku bahkan senang kamu datang sepagi ini, apa tangannya masih sakit, mau aku panggilkan Dokter atau tukang urut sayang?"
Cup
Cup
Cup
Jay langsung menghujani kecupan dilengan Anna, seolah ingin menjadikan kecupan itu sebagai obat pereda nyeri untuk Anna.
*Bukan tanganku yang sakit, tapi hatiku*..
"Tidak perlu, aku baik-baik saja." Anna tersenyum untuk kembali menutupi rasa sedihnya.
"Benarkah, lalu ada apa gerangan sayang, kenapa kamu datang diwaktu dini hari seperti ini, padahal tadi aku mau menginap di Apartementmu nggak boleh, apa kamu sudah merindukan aku?" Tanya Jay yang memilih mempererat pelukannya dengan Anna.
"Hmm, aku sangat merindukanmu."
"Ahaha, mungkin lebih baik kita tinggal satu atap saja, gimana?" Betapa senangnya hati Jay saat mendengar perkataan manis Anna sepagi ini.
"Itu sih maumu, a-aku hanya--"
"Kenapa sayang, ada apa? Katakan saja?"
"Bagaimana dengan bisnis awal kita, apa masih bisa lanjut?" Anna menyadarkan diri agar tidak melupakan misi awalnya.
"Tentu saja sayang, maaf aku terlalu fokus denganmu dan melupakan hal itu, aku akan mengatur kembali besok, okey?" Jay benar-benar lupa segalanya saat sedang bucin-bucinnya dengan Anna.
"Apa bisa beroperasi pagi ini juga, soalnya stock kami sudah habis?"
"Okey sayang, aku akan menyuruh anak buahku untuk mengurusnya, kita pantau aja dari sini." Jay langsung menghubungi anak buahnya, agar mereka bergerak sekarang.
"Aku juga ingin membicarakan hal penting lainnya, tapi tidak disini."
"Hal penting apa itu?" Jay tidak merasa curiga sama sekali, karena dia sangat mempercayai Anna.
"Bisa kita cari tempat lain yang lebih privasi?"
"Katakan sayang, dikamar ini pun hanya ada kita berdua."
"Boleh kita ngobrol di MBS saja?"
"Kenapa kamu ingin disana? Itu hanya ruang kerja saja sayang, nanti kamu tidak nyaman."
Memang ada beberapa ruangan disana, namun tidak ada ranjang empuk untuk berbaring dicuaca dingin seperti ini.
"Aku suka disana, tapi kalau tidak boleh nggak papa juga, aku nggak maksa kok." Anna tidak mau memaksa, takut jika Jay langsung curiga.
"Tentu saja boleh sayang, apa yang tidak untukmu, ayok kita kesana."
Jay langsung mengangkat tubuh Anna dan menggendong Anna dihadapan tubuhnya, agar tetap bisa memeluk dengan erat wanitanya.
"Tunggu dulu."
Namun saat Jay akan membawa dirinya menuju kearah lorong lift MBS, tiba-tiba Anna menahannya.
TO BE CONTINUE...
semangat berkarya thor...
ditunggu karya selanjutnya
yaaaa aammpuunnnnn...
kocak abiz mereka itu...
btwxakhirnya up date...
mkasi byak ya aa kaakkkk
❤❤❤❤