"Sekarang kita memang sudah menikah, tapi bukan berarti kamu berhak atas diriku! Semua ini aku lakukan atas kemauan kakek dan Putri ku. Karena bagiku kau tetaplah baby sitter putri ku! Camkan itu!" ucap Revan dingin.
Deg
Sakit itulah yang di rasakan oleh Anin, mendengar ucapan mantan majikannya barusan yang sekarang sudah menjadi suaminya itu. Kalau memang tidak suka dengan perjodohan ini kenapa lelaki itu harus menerimanya.
"Saya tahu tuan, saya sadar diri siapa saya." balas Anin.
Bagaimana dengan kisah mereka berdua? jangan lupa mampir ya ke novel baru Author.. hanya di Novel Toon 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Ziah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 24
"Anin..!" teriak Revan. "Anin..!" teriak Revan lagi. Anin yang masih berada di kamar mandi pun terkejut mendengar teriakkan Revan. Kemudian dia bergegas keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju walk in closed karena Revan berada di sana.
"Ada apa tuan?!" tanya Anin.
"Kenapa pakaian saya bisa ada di meja ini?! Siapa yang sudah mengeluarkan nya dari lemari?!"tanya Revan marah.
"Maaf tuan, saya yang sudah mengeluarkan nya..!" jawab Anin.
"Saya mau menerima mu menjadi istriku, bukan berarti kamu bisa menyentuh barang-barang milik saya!" ucap Revan. "Jangan pernah menganggap bahwa kita adalah pasangan yang sempurna. Kamu kan tahu pernikahan kita karena keinginan kakek dan Yuna! Aku harap kamu ingat itu!" tekan Revan.
"Maaf tuan, saya hanya ingin membantu." ucap Anin.
"Saya tidak butuh bantuan dari kamu! Kan sudah saya katakan jangan pernah menyentuh barang-barang milik saya! Jangan sok menjadi istri saya! Apalagi menyiapkan keperluan saya! Dan jangan pernah mengharapkan apapun dari pernikahan ini!" ucap Revan penuh kebencian. "Keluar!" bentak Revan. Kata-kata Revan membuat hati Anin sakit dan sesak.
"Maaf, tapi saya hanya berniat membantu saja dan menjalankan kewajiban saya sebagai seorang istri. Saya tahu pernikahan kita ini bukannya yang kita inginkan. Tapi walaupun begitu kita tetap sudah sah menjadi pasangan suami dan istri di mata agama dan hukum. Tuan pikir saya menginginkan pernikahan ini?! tidak, tidak sama sekali. Kalau bukan karena kakek Ray yang sudah baik kepada saya. Saya juga tidak akan mau menikah dengan anda." ucap Anin. "Baiklah jika tuan tidak suka, saya tidak akan melakukannya lagi." lanjut Anin yang kemudian keluar dari walk in closed. Air mata Anin jatuh begitu saja, sakit itulah Anin rasakan. Sebenci itukah lelaki itu padanya? Padahal dia tidak memiliki salah apapun padanya.
Meskipun tidak menginginkan pernikahan ini, tapi dia hanya mau menjadi istri yang baik. Menyiapkan keperluan suaminya, dia juga ingin mendapatkan pahala dari pernikahan yang tidak di inginkan ini dan selagi mereka masih bersama. Apalagi dia juga tidak mau mempermainkan yang namanya pernikahan.
Selepas kepergian Anin, Revan mengusap wajahnya dengan kasar. Sejak mengetahui kelakuan Gladies di belakangnya, membuat Revan selalu saja emosi. Ya, Revan sudah mengetahui apa saja yang di lakukan Gladies di belakangnya selama ini. Ternyata Gladies sudah selingkuh di belakangnya. Gladies sering membawa dan tidur dengan beberapa lelaki di Apartemen yang dia berikan pada wanita itu. Seketika itu semua fasilitas yang di berikan Revan saat itu juga di ambil kembali oleh Revan. Seperti mobil, dan dua kartu ATM. Sementara Apartemen langsung Revan jual karena dia juga tidak mau menggunakan Apartemen itu. Gladies sendiri hampir setiap hari mendatangi rumah milik Revan untuk mencoba menjelaskan, namun sayang dirinya tidak di perbolehkan masuk oleh security karena itu perintah langsung dari Revan. Sejak mengetahui Gladies tidak sebaik seperti yang dia kenal selama ini ia tidak mau bertemu lagi dengan wanita itu. Bahkan nomor ponselnya di blokir langsung oleh Revan. Hati Revan benar-benar sakit atas penghianatan oleh Gladies. Dia tidak menyangka wanita yang dia cintai ternyata wanita yang murahan. Rasanya Revan menyesal sudah memberikan cinta yang tulus pada wanita itu. Dia juga sempat menyesal karena tidak percaya pada kakeknya. Dan Revan juga baru mengetahui dari kakek Ray kalau ternyata Gladies pernah mengancam Yuna putrinya bahkan berbicara kasar pada putrinya. Revan bersyukur dirinya tidak jadi menikahi Gladies yang dia kira wanita itu sangat baik, karena jika bersama dirinya Gladies selalu bicara sangat manja dan lembut. Ternyata itu hanya topeng belaka.
*
*
"Selamat siang Anin..!" sapa Dian yang baru saja datang ke kediaman Revan untuk mengantar berkas yang harus di tandatangani oleh Revan sekaligus membahas pekerjaan. Karena Revan belum masuk kantor, jadi Dian lah yang datang kerumah bosnya itu.
"Siang mas..!" jawab Anin sambil tersenyum menatap Dian.
"Hai princess..!" kali ini Dian menyapa Yuna menonton kartun di ruang tv bersama Anin.
"Iya om..!" balas Yuna. "Om Dian mau ketemu papa?!" tanya Yuna.
"Iya princess.."
"Papa udah nunggu om tuh di rumah kerjanya." ucap Yuna.
"Oke, Om keruangan kerja papa dulu ya.. Habis Itu kita main petak umpet lagi kaya kemarin." Yuna pun langsung kegirangan mendengarnya.
Sejak Dian dua Minggu ini datang ke rumah keluarga Maherza, atas perintah Revan untuk mengantar berkas dan membahas pekerjaan karena Revan belum bisa masuk ke kantor sebab kakinya masih lumayan sakit. Setelah selesai bekerja Dian menyempatkan untuk mengajak Yuna bermain dan terkadang mereka main bertiga juga ada Dian, Yuna dan Anin.
"Permisi bos, ini berkas yang bos harus tanda tangani." ucap Dian ketika sudah masuk keruangan kerja Revan sembari menyerahkan berkas pada Revan.
"Terimakasih Yan." balas Revan.
"Oh iya Bos, seharusnya Minggu depan jadwal anda perjalanan bisnis ke Jepang. Bagaimana bos, apakah Minggu depan bos bisa berangkat atau mau di tunda dulu sampai kaki bos benar-benar pulih?!" ucap Dian memberitahu jadwal Revan.
"Kaya'nya di tunda saja Yan, soalnya kaki saya masih terasa ngilu. Tapi kalau ke kantor mungkin besok sudah bisa masuk, saya bisa berjalan pakai tongkat kaki, tapi kalau ke Jepang di saat kaki saya belum sembuh yang ada saya nyusahin orang Yan."
"Oke bos."
Di saat sibuk membahas pekerjaan, ponsel milik Revan berbunyi. Kemudian Revan mengalihkan matanya ke ponsel yang ada di atas meja. Dilihatnya nomor yang tidak di kenal. Tapi Revan bukannya menjawab ponselnya diaalah mengabaikannya. Sampai dering ke tiga Revan masih tidak mengangkat nya.
"Kok gak di angkat bos, kali aja itu penting." ucap Dian.
"Malas, biarkan saja entar juga berhenti sendiri." jawab Revan. Dia tahu nomor yang tidak di kenal itu pasti nomor Gladies. Sejak nomornya dia blokir Gladies selalu saja menghubungi nya pakai nomor yang berbeda-beda.
"Apa itu mbak Gladies lagi?!" tebak Dian. Dan Revan menganggukkan kepalanya.
"Dia rasanya seperti hantu yang tidak berhenti meneror saya!" ucap Revan kesal.
"Barang kali mbak Gladies tidak mau putus dari bos." Revan tersenyum tipis mendengar ucapan Dian.
"Kemarin saja saat saya bilang kaki saya lumpuh, semingguan tidak ada kabar sama sekali tanya kabar juga enggak. Malah dia asyik-asyikkan sama selingkuhan nya. Giliran kedoknya terbongkar dan semua fasilitas saya ambil, eh sibuk nyariin saya. Ngemis-ngemis tidak mau di putusin." ucap Revan.
"Siapa tahu kan dia mau berubah bos.."
"Berubah pun saya ogah lagi mau sama wanita seperti dia. Saya sengaja menjaga kehormatan nya, tidak berpacaran yang melebihi batas dengannya. Tapi apa yang dia lakukan, malah seenaknya bermain dengan lelaki lain di belakang saya. Kamu pikir saya bakalan mau menerima dia, gitu? Beda kalau dia punya masa lalu pernah tidur dengan lelaki lain, itu masih bisa saya terima. Tetapi ini dia masih berstatus kekasih saya! Kamu sendiri pun kalau di selingkuhi sama pacar kamu, pasti juga tidak akan terima." ujar Revan dan Dian mengangguk-anggukkan kepalanya.
Lalu Dian melihat ke arah luar dari dinding kaca ruang kerja Revan sembari tersenyum. "Lihat bos," Revan pun mengalihkan pandangannya ke arah yang di tuju oleh Dian. "Kenapa bos tidak memulai hubungan dengan Anin saja?! dia wanita yang sangat baik. Apalagi dia begitu tulus menyayangi Yuna. Bukankah selama beberapa tahun ini, dia yang mengurus Yuna?! Apa salahnya bos di coba, lagian Anin juga cantik, dan masih mudah, dia juga tidak kalah jauh kecantikannya dari mbak Gladies." ucap Dian.
Revan terus memperhatikan Anin dan juga putrinya yang lagi asik tertawa dan kejar-kejaran di taman bersama Anin. Ruang kerja Revan terletak di lantai bawah yang memang sengaja dia buat mengarah ke taman. Cantik, itulah yang di ucapkan Revan dalam hatinya. Tanpa sadar melihat interaksi Anin dan Yuna membuat Revan menyungging senyumnya.
"Mungkin sekarang memang bos belum ada perasaan padan Anin, tapi dengan sering berjalannya waktu cinta itu akan hadir sendirinya." lanjut Dian lagi.
"Sudah kita lanjut bahas kerjaan lagi!" ucap Revan yang malas membahas hubungan nya dengan Anin. Dian hanya bisa menghela nafasnya saja.