Mengalami pelecehan bukan hal yang mudah untuk diterima, dunia Aya yang penuh semangat, seakan tiba tiba berhenti berputar.
"Aku akan memberi kompensasi untuk kejadian malam itu, berapa harga keperawanan mu, akan ku berikan berapapun yang kamu inginkan." Darren Alexander Geraldy.
"Jika aku menerima uangmu, sama halnya dengan aku menjual kehangatan tubuhku." Cahaya Dihyani.
Musibah datang silih berganti, menempa semangat hidup seorang Aya, yang akhirnya bersedia menerima takdir buruknya menjadi istri rahasia dari teman sekelas nya semasa SMU, demi menyelamatkan sang kakak dari jerat hutang rentenir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#24
#24
Darren cemberut kesal, mendadak ia uring uringan karena Aya tak paham akan deritanya, "biasanya di sekitar sini ada penjual makanan apa?" Tanya Darren, mendadak pula mood nya berubah ingin makanan yang dijual oleh para pedagang kaki lima.
"Banyak… macem macem, murah meriah, dan yang pasti kamu gak doyan, karena makanan rakyat jelata, dan semuanya tinggi kalori."
"Hari ini lupakan kalori, aku ingin beli makan, ayo cepetan!!!" Titah nya tak sabar, ia sudah berdiri dan kembali memakai masker.
"Heh… maksudnya?" Tanya Aya tak paham.
"Ayo anterin … gitu aja pake nanya, mana aku tahu tempat beli makan yang enak." Pintanya, tapi sedikit pun ia tak mau merendahkan suaranya, bahkan kesan memaksa selalu ia tonjolkan.
"Gak mau… Pergi aja sendiri, jangan lupa selesai beli makan, langsung pulang, gak usah bikin rusuh dan geger di kost an orang!!!" Aya mengusir Darren tanpa segan, ia sungguh sungguh tak ingin mempertaruhkan keselamatannya dengan semalaman berada dikamar yang sama dengan Darren.
"Aku gak bikin rusuh, aku cuma numpang nginep, numpang makan, numpang kamar mandi, kalo kamu mau tidur ya tidur aja, santai… aku juga gak selera padamu."
Aya terhenyak, apa katanya? Numpang tidur? OMG.., lebih baik tidur di kandang kucing dari pada harus tidur sekamar dengan Darren, sungguh Aya menyesali keputusannya yang justru meminta cuti di hari sabtu dan minggu, dan kini ia terpaksa harus menghadapi si manusia menyebalkan dan gak tahu diri ini.
“Ayo … keburu malam niih … aku udah laper.” Darren tetap keukeuh memaksa Aya menemaninya membeli makanan.
Aya tetap membatu di tempatnya … sama sekali tak bergeser dari buku buku dan zona nyamannya, benar benar sibuk dengan dunia nya sendiri.
“Ikut aku keluar … atau aku bilang pada ibu kost bahwa kita adalah pasangan kumpul kebo, biar kamu diusir sekalian dari kost ini.” si songong mengeluarkan senjata ancaman andalannya, walau mereka suami istri tapi semua dokumen pernikahan siri, serta perjanjian, ada di tangan pengacara, jika Darren benar benar benar mengatakan mereka adalah pasangan kumpul kebo, maka Aya tak punya bukti mengelak dari semua perkataan Darren.
Dengan terpaksa Aya bangkit, ia menyambar Hoodie longgar yang biasa ia pakai ketika keluar di malam hari atau bepergian dengan menggunakan motor, seketika hoodie longgar itu membungkus tubuh mungilnya dari kepala, lengan, hingga pertengahan pa ha nya, sementara Darren masih dengan style yang sama, celana dan kaos lengan pendek, dan masker, ia membiarkan rambutnya berantakan menutupi dahi, agar penampilannya semakin misterius.
Kedua nya keluar dari kamar, dan seketika itu pula menjadi pusat perhatian, teman teman kost Aya yang sedang menghampar tikar ngerumpi asik malam minggu di teras kamar, dan jangan lupakan makanan sebagai teman membicarakan obrolan.
Tentu saja pria muda yang jangkung nya tak masuk akal itu langsung menarik perhatian, walau wajahnya tersembunyi, namun aura Darren memang berbeda, “Ay … tumben gak lembur?” tanya Santi mahasiswi FEKON.
“Iya Ay … tahu gitu tadi aku ajak ngumpul.”
“Nggak papa … emang tadinya nunggu temen, eh dia nya gak jadi datang.” jawab Aya, tak menghiraukan Darren yang sudah berjalan mendahului.
“Oohhh … lha itu?” lanjut Eka.
“Oh itu Kakak ku, baru pulang kerja, kemalaman kalau mau pulang ke rumah.”
“Kamu punya kakak?”
Aya hanya tersenyum kemudian mengangguk dan berlalu pergi, jika tidak, perbincangan akan terus berlanjut hingga subuh.
“Gilaaa … ganteng banget kakak nya Aya.”
“Ganteng dari mana, orang wajahnya aja gak kelihatan.”
“Auranya orang ganteng itu beda, dan dia jugaa wangi bangeett …” Eka mengenduskan hidungnya, seolah mencari jejak aroma parfume Darren yang masih tertinggal.
“Mana tau pas maskernya dibuka, wajahnya burik sebelah…”
“Hahaha …” suara tawa pun menggema meramaikan suasana.
Sementara dua manusia yang bermaksud mencari makan diluar, kini tengah berjalan dengan jarak aman, dengan Aya berada di depan Darren, keduanya sudah berjalan cukup jauh, tapi belum menemukan apa yang Darren inginkan.
“Jadi mau makan apa?” tanya Aya kesekian kalinya, ia sudah benar benar kesal dengan suaminya tersebut, ingin makan saja begini repot.
Darren lagi lagi mengangkat kedua pundaknya, “Gak tahu … aku kan gak pernah jajan, makanya tadi aku minta kamu aja yang masak.” jawabnya tak tahu stuasi.
Aya menghela nafas sepenuh dada, sungguh menghadapi Darren memang diharuskan memiliki stok sabar sejuta kali lebih banyak. “nasi goreng aja mau?”
“Yang spesial…”
“...” Aya hanya berbalik arah tanpa suara, perkara makan saja, sungguh menguras energinya.
Kemudian Aya membawa Darren mendatangi kedai nasi goreng yang membuat dirinya bertemu dengan kedua orang tua Darren tempo hari, bahkan Aya tak henti henti berdoa, semoga kali ini ia tak di pertemukan lagi dengan kedua orang tua Darren.
Setelah memesan, Aya duduk menunggu, jampi jampi harapan masih ia lafalkan, semoga tak bertemu orang tua Darren, beberapa orang sudah mengantri lebih dulu, membuat Aya dan Darren harus lebih bersabar sampai pesanannya siap, Aya cukup menganggur karena tak memegang ponselnya, “Dua bungkus aja pak,” Ralat Darren.
“Aku gak lapar.”
“Tapi kamu harus makan, mereka butuh karbohidrat dan lemak, bukan hanya vitamin dari buah buahan.”
Deg …
Segumpal darah merah di tubuh Aya terasa sedikit sakit, Darren menyebut anaknya dengan sebutan mereka, tak ada rasa kasih atau cinta untuk benih yang sudah ia tanam dengan paksa di rahim Aya, Darren benar benar menunjukkan betapa kejadian malam itu hanyalah sebuah kesalahan, bahkan anak anak yang hadir pun ia anggap kesalahan dan beban semata.
Tapi Aya tak lagi mau menanggapi perkataan Darren, karena walau kini dirinya mulai sedikit menyayangi anak anaknya, tapi Aya tak ingin menunjukkannya di depan Darren, cukup ia simpan rasa kasih dan sayang nya untuk dirinya sendiri, kini yang terpikirkan oleh Aya hanyalah fokus untuk segera menyelesaikan pendidikannya.
“Yakin ini enak?”
“Kalau ini tak enak, mana mungkin kedua orang tuamu jauh jauh datang kemari hanya untuk makan nasi goreng kambing.”
Darren cukup terkejut mendengar pengakuan Aya, “Benarkah?”
“Begitulah …”
Darren tak merasa heran jika Aya bertemu dengan kedua orang tuanya, karena sang mama yang rajin mengenalkan kuliner kaki lima kepada sang papa, dan juga ketiga anak kembarnya, hanya saja Darren memang sudah lama tak jajan sembarangan demi menunjang penampilan.
Setelah hampir 30 menit menunggu, akhirnya Darren dan Aya mendapatkan pesanan mereka, setelah membayar, Darren mendapatkan makan malam nya berdasarkan rekomendasi Aya, aroma daging kambing bercampur rempah rempah sungguh menggelitik indera penciumannya, hingga membuat rasa laparnya meningkat berkali kali lipat.
Tanpa menunggu lama, setibanya mereka di kost an Aya, Darren Segera menyantap nasi gorengnya, Aya bahkan hanya memakan nasi gorengnya sebagian, karena sudah terlanjur kenyang, ditambah lagi melihat Darren makan seperti orang kesurupan, maklum saja, hanya tuhan dan dirinya sendiri yang tahu, bahwa sejak pagi ia belum makan apa apa.
“Berikan ponselku.” pinta Aya.
Karena tak ada lagi alasan baginya menyimpan ponsel sang istri, Darren pun mengembalikan ponsel Aya dengan suka rela, rasanya sungguh bahagia karena akhirnya Darren bisa menghilangkan rasa laparnya.
Sesudah makan, Darren menyingkirkan piring kotor bekas ia makan, serta mengemas kertas pembungkus nasinya di dalam kresek untuk di buang.
Darren kembali merebah, sembari memeriksa ponselnya, grup chat nya bersama Baldi, Chiko dan Teguh, sungguh ramai, hanya karena membahas absennya Darren malam minggu ini, karena biasanya di malam minggu, mereka menghabiskan waktu di bar milik Baldi, obrolan ringan plus random antar lelaki, tak jauh jauh dari otomotif, game dan para gadis pastinya.
Pletak ….
Tiba tiba sunyinya suasana kamar berganti dengan suara tangis, Air mata Aya berderai begitu saja, rasanya masih belum percaya dengan berita yang ia baca, Darren yang heran pun segera menyambar ponsel Aya yang tergeletak di lantai, dan dirinya pun dibuat terkejut dengan berita tersebut, akhirnya … setelah satu tahun tanpa kabar, kini ada kejelasan, sayang nya berita ini justru terasa lebih menyayat hati.
.
nah … berita siapa tuh?
.
Yang belum like? Plis tolong di like 😊
Komen? Bebas asal sopan, othor terbuka untuk kritik dan saran juga kok 🥰
Vote? Seikhlas dan ridho nya kalian 😊
Terima kasih 🙏
💙