Pengantin Pengganti

Mahendra menunjukkan foto yang di cetak ukuran besar di dinding sebelah kiri ruang keluarga, disana terdapat beberapa foto berjajar terlihat foto anak laki-laki bisa ditebak itu adalah Aditama di sebelah foto Adit terdapat foto gadis kecil dengan rambut panjang di gerai menampilkan gigi ompongnya. 

"Namanya Adelia, saudara kembar Adit dia gadis yang periang, pemberani juga cerdas. Hari pertama sekolah Adelia lah yang menggandeng tangan Adit dan mengatakan semua akan baik-baik saja kalau ada yang mengganggu biar Adel yang hadapi."

Mahendra terkekeh, melepas kacamatanya dan mengusap air mata di sudut netranya. 

"Semua sangat menyayangi Adelia, bahkan rumah ini kami bangun karena Adelia ingin mempunyai istana, itu adalah gambar Adel inspirasi bangunan ini, dia sangat menyukai bangunan seperti ini dia bilang seperti istana."

Sebuah gambar khas anak-anak di sebuah buku gambar ukuran A4 di bingkai indah. Mahendra terlihat menghembuskan nafas berat melepas segala yang menghimpit dadanya. 

"Jika berat tidak apa kakek tidak perlu meneruskan ceritanya, saya mengerti!" Usul Angga. 

"Tidak nak, kamu harus tahu dariku sendiri. Bahkan Adit pun aku larang untuk menceritakan nya padamu."

Mahendra bangkit dari duduknya, berdiri dengan bertumpu pada tongkat nya berdiri di bawah foto keluarga yang berukuran cukup besar, Angga pun mengikuti nya dari belakang. 

"Tuhan menyanyangi mereka dan sekaligus mengambil mereka, ya Istri, anak dan cucuku. Saat itu Adelia demam dan diantar ayah juga neneknya ke rumah sakit sedang ibunya di rumah menjaga Adit juga sedang sakit. Karena terburu-buru mereka memakai mobil yang seharusnya aku pakai. Tak lama terdengar suara tabrakan di depan, mereka salah sasaran harusnya aku yang diincar."

Keduanya terdiam hanya terdengar deruan nafas. 

"Hingga suatu hari, Adit menceritakan hari pertamanya kuliah dia bertemu gadis membuat Adit teringat adiknya. Setelah bertemu dengannya kami semua jatuh hati pada gadis tersebut bahkan kami menyayangi nya seperti kami menyayangi Adelia. Semuanya yang ada pada Belinda mengingatkan kami pada Adelia. Saat semester akhir pabrik makanan yang didirikan oleh Almarhumah nenek Adit mengalami kerugian besar dan hampir tutup. Saat itu aku memberikan tantangan pada Adit kalau bisa mengembalikan keadaan pabrik selama dua tahun maka pabrik itu menjadi miliknya."

Angga yang melihat tubuh tua itu mulai gemetar menuntunnya untuk duduk dan memberikan minuman padanya. 

"Minum dulu kek, jangan terlalu di paksakan Angga akan disini sampai kakek selesai."

Selesai meminum teh hangat nya Mahendra merasa lebih baik. 

" Rumah kos itu hadiah dari Adit, Adit memanfaatkan Belinda dia menyadari kalau Belinda cerdas dia memberi tantangan balik pada Belinda jika dia bisa membantu Adit memulihkan kondisi pabrik kalau berhasil boleh meminta apapun itu. Saat itu, akupun merasa takjub dengan hasil kerja mereka berdua akupun menawarkan hadiah aku pikir dia meminta perhiasan atau mobil ternyata dia meminta saham."

"Istri ku pintar kan kek?" Tanya Angga. 

Mahendra tertawa menanggapi pertanyaan Angga barusan. Keduanya terlalu sibuk mengulas masa lalu awal mula mereka menyayangi Belinda astari. 

Resty menghindari mereka dengan alasan sedikit kurang enak badan, setelah makan malam dia berpamitan untuk istirahat di kamar. 

Setelah suaminya meninggal Resty memutuskan untuk tinggal di rumah peninggalan suaminya, rumah impian yang di bangun awal pernikahan mereka. Sedangkan Adit dia lebih nyaman tinggal dengan kakeknya. 

Meskipun statusnya menantu tapi sampai saat ini Mahendra menyayangi Resty seperti anaknya sendiri bahkan tidak melarang Resty untuk menikah lagi dan tak akan merubah apapun. 

Melihat kebahagiaan gadis yang sudah di anggap putrinya sedang mencoba mobil barunya dari atas balkon membuatnya menitikkan air mata. 

"Maafkan mommy," Lirihnya. 

Setelah puas berputar putar di halaman Belinda memutuskan masuk. Meskipun memakai rok dan heels tak menghalangi gerak lincahnya. 

Memasuki ruang tengah dan bergabung kembali dengan Mahendra dan Angga Belinda berkali-kali mencium tangan laki-laki tua dihadapan nya tersebut. 

"Terimakasih banyak ya kakek hadiahnya, Belinda suka padahal mah penginnya minta saham lagi!"

Adit mendekat dan mengulurkan tangannya meminta untuk dicium  juga oleh Belinda. 

"Hadiah itu motong uang jajan gue, nih cium tangan juga!"

"Terimakasih kakak Aditama Rajendra Laksamana, tapi ga ada cium tangan yeee," Jawab Belinda yang mencubit pipi Adit. 

***

Minggu pagi Belinda dan Angga sedang bersiap-siap untuk sunmori, Angga di undang oleh salah satu club motor untuk hadir di acara tersebut karena terlalu lama tak berjumpa. 

Belinda sangat bersemangat karena suaminya memberinya ijin untuk membawa motor, awalnya agak kagok lama dia tidak menunggangi kuda besi. 

Kenangan dengan kuda besi yang amat ingin dia lupakan, dia ingin membangun cerita baru dengan suaminya. 

Sampai di lokasi tempat berkumpulnya para riders suasana sangat ramai, Angga langsung berbaur dengan teman-temannya. 

"Sayang, aku mau ke toilet ya kamu tunggu di sini aja biar gampang nyarinya!" 

Pagi-pagi yang dingin sudah motoran membuat Belinda tak bisa menahan hajatnya. 

"Ga mau di anter?"

Belinda hanya menggeleng dan berlari meninggalkan suaminya. 

Berjalan keluar dari toilet dia dikejutkan oleh suara yang tak asing, ya Haikal juga berada disana, melihat Belinda yang berlari ke arah toilet dia pun mengikuti nya. 

"Kebiasaan lama, kalo motoran pagi mesti beser!"

Belinda tak menanggapi Haikal dia merasa tak perlu menjawabnya. Merasa diabaikan Haikal mencekal lengan Belinda. 

Belinda buru-buru menghempaskan lengan kekar yang dulu selalu dia rindukan sentuhannya. 

"Tolong jangan ganggu lagi, luka yang kamu buat cukup menyakitkan dan kini aku berhasil mengobatinya dan satu lagi kita sudah tidak ada urusan apapun, anggap saja kita tidak saling mengenal!" Ucap Belinda tegas. 

"Apa benar kamu menikah dengan Anggara yudha?"

"Iya, dia suamiku aku rasa kalian sudah saling mengenal kan?"

"Aku kira kamu kembali untuk ku!"

Belinda berjalan meninggalkan Haikal, dia rasa percuma berbicara dengannya karena pembahasan nya hanya akan berputar putar pada masa lalu saja. 

Angga yang sengaja menyusul istrinya melihat dan mendengar obrolan mereka, dia sengaja bersembunyi di balik tembok. 

"Jadi benar Haikal yang di maksud  Belinda adalah dia." Gumamnya. 

Melihat istrinya berjalan kembali ke tempat dia menunggu tadi, gegas Angga menuju ke tempat semula. 

Merasa adanya ancaman mantan gagal move on Angga tak melepaskan genggaman tangan istrinya walau sedetik. 

Haikal mendatangi dua sejoli yang lengket seperti lem, mengulurkan tangan untuk menyalami Angga. 

"Selamat atas pernikahan nya, maaf tidak ada undangan jadi aku ga bisa datang. Katakan mau kado apa dariku? pasti aku beri."

"Terimakasih Bang, kami memang hanya mengadakan pesta di kampung tidak mengundang banyak orang. Hadiahnya satu aja tolong do'akan saja kami di jauhkan dari godaan mantan gagal moveon!"