Lily harus bekerja menggantikan sang ibu menjadi pelayan yang bertugas merawat tanaman di kediaman orang kaya dan terpandang yaitu keluarga Thomson. Keluarga Thomson memiliki perusahaan besar dan sudah memiliki anak perusahaan di berbagai kota bahkan di luar negri.
Lily mengira awalnya dia akan bekerja dengan lancar di kediaman Thomson untuk mengakhiri kontrak sang ibu yang tersisa 1 tahun lagi. Namun siapa sangka, takdir membuatnya menjadi rumit saat Lily bertemu dengan putra kedua keluarga Thomson yang bernama Ethan. Keduanya terlibat takdir yang rumit. Ethan yang sudah memiliki tunangan merasa sesuatu yang berbeda pada Lily. Pria dingin itu mencoba mengelak dan mulai menyadarkan dirinya untuk kembali ke jalur yang seharusnya. Namun lagi-lagi sesuatu dalam dirinya menolak dan membuat dirinya menjadi egois.
Lalu bagaimana Lily menghadapi takdir yang rumit tersebut? Apakah dia bisa bertahan selama 1 tahun di kediaman Thomson?
Ikuti kisah mereka..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana Maria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mabuk
Ethan menutup matanya kuat dan menjauhkan jemari Lily dari bibirnya. Pria itu menatap wajah Lily yang sedikit memerah karena pengaruh alkohol. Lily menyentuh kepalanya dan kembali mengerang pelan. Ethan merasa marah melihat kondisi gadis itu. Pria itu pun menatap Lily dan berbisik padanya,
"Siapa yang memaksamu untuk minum?" tanyanya dengan amarah yang tertahan.
Lily hanya menyandarkan kembali kepalanya pada dada bidang Ethan dan bergumam tidak jelas. Ethan menghela nafasnya dan terdiam untuk beberapa saat. Setelah itu, Ethan pun dengan cukup kuat mendorong tubuh Lily sampai gadis itu terduduk di sofa,
"Akh!" pekik Lily terkejut.
Ethan memasang wajah dinginnya dan menatap Lily dengan tajam,
"Keluar dari ruanganku!" perintahnya tegas.
Lily menatap Ethan dan berdecak,
"Dasar pria menyebalkan, jika bisa aku ingin sekali mencakar wajahmu itu" desis Lily melantur.
Gadis itu pun mencoba kembali berdiri dan tanpa berkata lagi langsung keluar dari ruangan Ethan dengan sempoyongan. Ethan menggertakkan rahangnya dan mencoba bertingkah seolah ia tidak mengetahui keberadaan kamera tersembunyi di balik vas bunga. Pria itu mengambil handphonenya dan menghubungi Ben,
"Ke ruanganku sekarang!" perintahnya dingin.
Disisi lain, Evelyn menatap kearah layar laptopnya dan tersenyum puas saat melihat Ethan mendorong Lily dan mengusirnya. Vidio itu tidak memperdengarkan suara, namun walaupun begitu, Evelyn merasa puas karena Ethan tidak tergoda oleh Lily dan mengusir kasar gadis itu. Wanita itu pun mematikan laptopnya dan tersenyum puas,
"Sepertinya memang tidak perlu ada hal yang harus aku khawatirkan" ucapnya lega.
"Ethan memang pria yang dingin dan sulit di dekati. Dia tidak mungkin berselingkuh di belakangku. Dan, di pria yang setia" lanjutnya lagi sambil memeluk boneka pemberian Ethan.
"Maaf Lily, aku harus menjadikanmu kelinci percobaan" bisik wanita itu.
Ya, Evelyn memang bisa di katakan menjebak Lily dengan memberikannya minuman beralkohol. Awalnya Evelyn cukup khawatir karena Lily langsung mabuk dan lemas. Untungnya Evelyn membawa gadis itu segera ke ruangan Ethan dan menidurkannya disana. Setelah itu, Evelyn memasang kamera di meja kerja Ethan untuk melihat reaksi tunangannya itu saat melihat Lily.
Ide Evelyn memang kekanakan, tetapi setidaknya wanita itu menjadi merasa lega dan tidak khawatir lagi jika Ethan akan mengkhianatinya,
"Hah, sepertinya aku harus memberikan Lily hadiah sebagai tanda terimakasih" ucapnya lagi pada diri sendiri.
Setelah itu Evelyn pun mematikan lampu kamarnya dan bersiap untuk tidur dengan tenang.
~
Lily berjalan dengan sempoyongan di koridor luar menuju kamarnya yang berada di sudut rumah utama. Gadis itu merasa sangat pusing dan pandangannya tidak fokus. Lily menyandarkan punggungnya di tembok dan tatapannya seketika melihat kearah wastafel yang berada di dekat taman. Lily pun perlahan berjalan kearah wastafel itu dan menyalakan airnya kemudian membasuh wajahnya.
Pandangan Lily sudah mulai fokus, gadis itu kembali membasahi wajahnya berulang kali untuk mengembalikan kesadarannya. Nafas Lily memburu cukup cepat, gadis itu merasa dadanya sedikit tertekan dan sulit untuk bernafas. Gadis itu sebenarnya tidak bisa meminum alkohol. Saat dirinya berumur 18 tahun, Lily pernah diajak oleh temannya untuk minum wine dengan kadar alkoholnya yang cukup tinggi. Awalnya ia tidak mau, tetapi temannya memaksa dan meminta Lily untuk meminum sedikit. Lily pun meminumnya dan berakhir masuk ke rumah sakit karena sesak nafas.
Lily mempunyai imun yang cukup rendah dan memiliki masalah di paru-paru sejak kecil. Ia akan merasa sesak jika menghirup bau asap berlebih dan juga jika meminum alkohol dengan kadar yang tinggi. Dan semenjak hari itu, Lily dilarang oleh Dokter untuk meminum alkohol.
Lily terduduk di tanah sambil memegang dadanya. Ia mencoba mengatur nafasnya dengan tenang. Setelah dirasa cukup membaik, Lily pun kembali berdiri dan berjalan kearah koridor menuju kamarnya. Saat gadis itu berjalan sambil memegang tembok, tiba-tiba Lily kembali merasa pusing dan ia pun tidak mampu menahan tubuhnya. Lily hampir terjatuh ke lantai, namun tiba-tiba sebuah tangan menahan tubuhnya dan langsung menggendong tubuh Lily.
Lily merasakan tubuhnya terangkat dan kepalanya bersandar pada sesuatu yang hangat. Ia tidak dapat melihat siapa yang menggendongnya karena lampu koridor yang sedikit gelap. Lily menutup matanya dan mendengar suara yang terdengar familiar di telinga nya,
"Bodoh" desis seseorang tersebut.
Lily perlahan membuka matanya dan melihat wajah Ethan. Gadis itu terlihat terkejut dan mencoba memberontak di dalam gendongan pria itu,
"Turunkan.. aku" bisik gadis itu keras kepala.
Ethan tidak mengindahkan ucapan Lily dan membawa gadis itu ke kamarnya. Pria itu membuka pintu kamar Lily dan membawa gadis itu masuk. Namun Lily kembali memberontak di dalam gendongan Ethan lebih keras,
"Turunkan aku!" pekiknya.
Lily memberontak keras dan Ethan menutup pintu kamar Lily dengan kakinya. Pria itu mendekat kearah sebuah meja dan membuang semua barang yang ada di atas sana,
BRAK!
Ethan mendudukkan Lily di meja dan menatapnya. Posisi mereka sangat dekat sampai Ethan dapat merasakan hembusan nafas Lily yang memburu cepat. Gadis itu terlihat waspada dengan kesadaran yang belum sepenuhnya. Pipi Lily masih memerah karena efek alkohol. Gadis itu merasa dirinya ada diantara mimpi dan kenyataan. Wajah Ethan begitu dekat, kamar Lily terlihat redup karena hanya lampu tidur saja yang menyala,
"Lily" bisik Ethan dengan suara yang terasa menggelitik di telinga Lily.
Entah itu karena efek alkohol atau bukan, tetapi Lily merasa tubuhnya bereaksi saat pria itu membisikkan namanya. Tangan Ethan terangkat menelusuri kaki samping Lily sampai ke pinggangnya. Nafasnya terasa berat dan pandangannya tidak lepas dari mata indah Lily yang sayu. Tubuh Lily menegang saat merasakan sentuhan pria itu di pinggangnya.
Lily menahan tangannya di dada bidang Ethan. Kepalanya terasa pusing dan Lily merasa mengantuk. Ibu jari Ethan menyentuh bibir bawah Lily dan mengusapnya dengan lembut. Lily refleks menutup matanya dan merasakan sesuatu yang asing di sekujur tubuhnya,
"Lily.." bisik Ethan lagi.
"Kau membuatku gila" bisik pria itu lagi dengan suara tertahan.
Ethan tidak bisa lagi menahan dirinya. Pria itu pun dengan cepat menempelkan bibirnya pada bibir Lily. Ia mencium gadis itu dan melumatnya dengan lembut. Lily terlihat terkejut, namun gadis itu merasa dirinya berada dalam ambang kesadaran. Ethan terus melumat dan memperdalam ciumannya. Bibir Lily seolah menjadi sesuatu yang Ethan sangat butuhkan saat ini. Ia merasa candu dan menginginkan nya untuk dirinya sendiri.
Lily melenguh pelan saat Ethan dengan lembut menggigit bibir bawahnya dan memasukan lidahnya ke dalam mulut gadis itu. Lily menegang dan refleks menempelkan tubuhnya pada Ethan. Ciuman itu semakin lama semakin dalam. Suara decakan mulut yang beradu memenuhi ruangan tersebut. Lily merasa kepalanya terasa pusing. Ciuman Ethan pun beralih ke leher gadis itu, Lily yang merasakan sensasi aneh seketika mencengkram kemeja Ethan dengan kuat dan mendesah.
Bayangan hitam ruangan memenuhi penglihatan Lily, namun seperti ada bintang-bintang yang tengah mengelilinginya saat ini. Lily seketika merasa kepalanya semakin pusing dan pandangannya pun mengabur. Rasa kantuk pun dengan cepat memenuhi dirinya,
"Lily" desah Ethan yang terdengar di telinga Lily.
Lily pun tidak bisa lagi menahan matanya untuk tetap terbuka. Gadis itu dengan segera menyandarkan kepalanya di bahu Ethan dan tertidur. Ethan yang menyadari hal itu seketika terdiam dan melihat Lily yang telah terlelap. Pria itu tersenyum miris dan tertawa sampai bahunya bergetar,
"Dasar gadis tidak tau belas kasihan" bisiknya lembut.
Bersambung..
Halo, jangan lupa dukung cerita ini dengan kasih like, komen, vote dan gift nya ya 😁👍