Bukan Suami Pengganti

MALAM HARI NYA.

"Aku naik duluan Mas, Pa, Ma. '' Pamit Eva, bangun dari tempat duduk nya.

Seusai makan malam bersama, Keluarga Papa Shidiq termasuk Arsen, berkumpul di depan televisi dengan sesekali ngobrol.

Keluarga Papa Shidiq sejak dari dulu memang selalu hangat, sering berkumpul, bercanda, bertukar cerita apa yang terjadi pada hari ini.?Dan biasa nya di lakukan setelah makan malam bersama.

Arsen tersenyum sekaligus mengangguk sebagai jawaban nya. Dan di susul juga dengan kedua orang tua nya Eva.

Sepeninggalan Eva, kini tinggal mereka bertiga Papa Shidiq, Mama Rosa dan Arsen yang masih nonton televisi sambil makan, makanan ringan.

''Maklumi aja nak Arsen, Eva belum betah tinggal di rumah mertua nya.'' Ucap Papa Shidiq tiba-tiba.

''Dia belum pernah berjauhan dengan keluarga nya, apa lagi berhari-hari.?'' Lanjut Papa Shidiq kembali.

Arsen menoleh ke arah samping, yang di mana Papa Shidiq masih fokus dengan televisi permainan sepak bola.

Kedua mata Arsen beralih pada Mama Rosa, dan ternyata Mama Rosa juga sedang menatap nya sambil tersenyum dan mengangguk ke arah nya. Dengan hal itu seakan tau, apa yang sedang aku pikirkan sekarang ini.?

''Ku pikir, istri nya itu bercerita hanya kepada Mama nya saja, tidak dengan Papa nya juga. Soal kejadian tadi pagi di rumah ke dua orang tua ku.'' Batin Arka sedikit lega.

''Aku mengerti, apa lagi Eva putri Papa satu-satu nya.?" Jawab Arsen. Yang kini kembali fokus dengan televisi nya lagi.

''Gak salah aku pilih kamu sebagai suami nya Eva, putri Papa yang selalu nurut sama orang tua nya. Dia tidak pernah membangkang, apa lagi mengambil bukan hak nya.? Karena aku sebagai Papa nya tidak pernah mendidik nya seperti itu.'' Ucap Papa Shidiq, dengan mengingat kelakuan ponakan nya yang berani menusuk putri nya dari belakang.

Orang tua mana yang tidak sakit hati, saat putri nya di tikam oleh sepupu nya sendiri. Dan rasa nya dia ingin memberi pelajaran terhadap Vio yang tidak tau diri itu.

Lagi dan lagi, ketika mengingat ponakan nya itu sudah tak memiliki orang tua dan hanya dia saudara dari orang tua nya. Memberi hukuman terhadap ponakan nya itu dia urungkan. Toh, setelah menikah ponakan nya itu tidak tinggal di rumah ini lagi, dan ponakan nya itu ikut tinggal bersama sang suami nya sendiri.

''Sudah, jangan Papa mengingat-ingat hal itu lagi. Ingat, kesehatan jantung Papa.'' Tegur Mama Rosa.

Dan di balas anggukan kepala cepat dari Papa Shidiq. ''Iya Ma,''

''Aku minta maaf, atas nama kakak ku Juan Pa, Ma. Sudah bikin malu Keluarga Papa.'' Ucap Arsen merasa bersalah.

''Sudah, semua nya telah berlalu, jangan mengungkit hal itu lagi. Apa lagi Eva sudah ikhlas menerima pernikahan bersama kamu nak Arsen,? Bukan begitu Pa.?'' Ucap Mama Rosa bijak.

''Betul Ma, yang terpenting kamu jangan bikin kesalahan yang sama seperti kakak kamu.'' Ucap Papa Shidiq tegas.

''Iyah Pa, Ma. Aku akan setia dan tidak akan menyakiti hati putri Papa dan Mama.'' Ucap Arsen sungguh-sungguh.

''Aku pegang kata-kata mu Nak Arsen. Seorang laki-laki harus bisa di pegang dari omongan nya jika kamu laki-laki yang sejati.'' Papa Shidiq.

''Ya memang benar, laki-laki itu yang dipegang yaitu komitmennya. Yang dipegang itu omongan nya, janjinya. Bukan mengobral janji." Ucap Arsen bersungguh-sungguh.

''Sudah lah Nak Arsen, kamu kan belum sembuh betul. Gak baik loh, tidur nya terlalu malam. Apa lagi besok mau berangkat ke kota sebelah ngurusin surat pengunduran diri atau Resign dari kantor tempat kamu bekerja.?'' Mama Rosa menasihati menantu nya itu.

''Memang nya, kamu kenapa Resign dari tempat kamu kerja.?'' Tanya Papa Shidiq.

''Gak kenapa-napa Pa, itu yang bernama suami sayang sama istri.'' Jawab Mama Rosa.

''Bukan begitu nak Arsen.'' Membuat Arsen tersenyum mengangguk.

''Apa hubungan nya, sih Ma.?'' Heran Papa Shidiq.

''Iiish Papa gak tau, kalau nak Arsen kerja di luar Kota, tidak secara langsung Eva juga ikut ke luar Kota. Kan Eva tidak bisa berjauhan dari kita. Lagian ya Pa, di Kota ini Papa nak Arsen kan memiliki perusahaan sendiri meskipun tidak terlalu besar. '' Jelas Mama Rosa.

''Oh, '' Jawab Papa Shidiq ber oh ria.

''Benar begitu nak Arsen.?''

''Iyah Pa, dan kebetulan di perusahaan milik Papa. Ada beberapa bagian yang kosong belum mendapat kan pengganti nya.'' Jawab Arsen bohong, badahal dia belum tentu bekerja di perusahaan milik Papa nya sendiri. Mengingat dia hanya____.

''Pa, Ma, aku ke kamar dulu.'' Pamit Arsen, dia takut berbohong nya terlalu banyak. Soal pekerjaan, dia bisa mencari di tempat lain asal satu kota dengan istri nya, pikir Arsen.