Demi tetap bertahan di universitas idolanya, dan demi terbebas dari penderitaan akibat kekejaman paman dan bibinya, Jelena nekat menerima permintaan dari dua orang kakak beradik yang ingin mencarikan jodoh bagi paman mereka yang bernama Adras Rianto Permana, seorang pilot yang dingin dan dianggap sebagai penyuka sejenis di kalangan teman-temannya.
Jelena pun bekerja sama dengan kedua gadis itu, untuk menjebak Adras dan membuatnya harus menikahi Jelena. Namun kenyataan yang harus Jelena hadapi saat menikah adalah, bukan hanya sikap dingin Adras, melainkan juga kekejaman sepasang suami istri, paman dari Adras yang ingin menguasai harta lelaki itu. Jelena ingin pergi dan mengahiri pernikahannya, namun ia kembali saat menyadari bahwa ada sesuatu yang mulai mengusik hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai Ada Rasa
Turun dari bis, Jelena membutuhkan waktu untuk berjalan memasuki kompleks perumahan ini. Rumah Adras ada di bagian lorong pertama namun letaknya paling sudut karena itu sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan rumah yang lain. Halamannya juga lebih luas dan dikelilingi oleh pagar beton yang tinggi.
Para penjaga pintu masuk perumahan sudah mengenal Jelena karena ia suka membagikan makanan saat pulang. Seperti juga malam ini, Jelena membawakan beberapa roti dari cafe.
"Terima kasih nyonya." Kata satpam penjaga pintu masuk.
Jelena memang senang berbagi. Ia juga tahu kalau roti itu akan dibuang. Para pelanggan biasanya memesan beberapa jenis roti atau kue namun mereka kadang tak menghabiskannya. Maka Jelena akan meminta kue itu dan disimpannya karena memang roti atau kue itu tak akan lagi dimasukan kembali ke ruang penyimpanan makanan.
Jelena menekan beberapa angka di depan pintu pagar. Dan pintu itu terbuka secara otomatis. Jelena pun masuk dan kembali menekan tombol merah agar pintu itu bisa tertutup lagi.
Saat Jelena masuk ke ruang tamu, semuanya nampak sepi. Yang ia tahu Marlisa ada jadwal pemotretan dan paman Jeff pasti menemani istrinya itu. Sofia ada acara dengan teman kampusnya dan Santi ada les sampai jam 9 malam. Sofia pasti akan menjemput di tempat lesnya.
Tiga mobil Adras ada di garasi, berarti lelaki itu ada di rumah.
Jelena menuju ke dapur. Ia merasa lapar.
"Nyonya sudah pulang rupanya. Mau makan malam?" sapa bi Suni.
"Iya. Saya lapar sekali. Ada makanan apa?"
"Ada sup, ada ikan bakar. Nyonya duduklah."
Jelena duduk di depan meja pantry. "Mas Adras sudah makan malam?"
"Iya. Baru saja naik ke atas. Ia nampak capek."
Jelena pun makan malam sambil sesekali bercerita dengan bi Suni. Selesai makan malam, ia langsung naik ke atas. Membuka pintu kamar secara perlahan. Nampak Adras sedang duduk di sofa. Di pangkuannya ada laptop. Ia sepertinya sedang mengejarkan sesuatu.
"Selamat malam, mas." sapa Jelena. Adras hanya menatapnya sekilas kemudian melanjutkan pekerjaannya. Ia memang tak pernah membalas salam Jelena.
Sikap Adras ini entah kenapa akhir-akhir ini sering membuat jelena merasa sakit. Pada hal sebelumnya, saat Adras bersikap cuek, Jelena merasa biasa saja. Gadis itu bahkan merasa jantungnya mulai berdetak setiap kali bertatapan dengan Adras.
Aku tak boleh merasakan seperti ini lagi. Perasaan ini jika semakin bertambah akan menyakiti aku. Aku tak boleh jatuh cinta padanya.
Itulah yang selalu Jelena katakan pada hatinya. Makanya ia tak pernah memakai gaun tidur yang seksi lagi saat ada di kamar. Ia selalu mengenakan piyama.
Selesai mandi dan mengganti pakaiannya di dalam kamar mandi, Jelena pun keluar dari sana. Ia melihat Adras yang nampaknya masih serius bekerja. Makanya, ia pun keluar kamar dan menuju ke dapur. Jelena ingin membuatkan kopi bagi Adras.
"Mas, kopinya." ujar Jelena sambil meletakan gelas yang berisi kopi itu. Adras masioh asyik dengan tugasnya. Jelena pun mengambil laptopnya. Ia memilih belajar di ruang tamu yang ada di lantai dua agar bisa konsentrasi membaca proposalnya.
Tak lama kemudian Sofia dan Santi datang. Mereka berbicara sebentar lalu masuk ke kamar masing-masing sebab tak ingin menganggu Jelena yang belajar.
Pukul 11 lewat, Jelena selesai belajar dan ia segera masuk ke kamar. Adras juga baru menutup laptopnya. Ia berdiri dan menggerakkan badannya.
"Mas, ayo aku pijat!"
"Tidak usah." Adras melangkah dan menuju ke ranjang. Ia membaringkan tubuhnya sambil telungkup. Nampak kalau ia memang sangat kelelahan.
Jelena mendekat. Ia duduk di tepi ranjang dan mulai memijat kaki Adras. Awalnya pria itu menolak namun lama kelamaan ia akhirnya menikmati pijatan Jelena. Saat Jelena memijat tangan Adras, pria itu terlihat mulai gelisah. Dan sebelum Jelena menyadari apa yang terjadi dengan Adras, lelaki itu dengan cepat membalikan badannya, lalu menarik tubuh Jelena sehingga jatuh di atasnya, kemudian ia membalikan posisi mereka sehingga kini ia berada di atas perempuan itu.
"Mas, kamu mau a..." Kalimat Jelena langsung terhenti saat mulutnya langsung dibungkam oleh mulut Adras. Lelaki itu kembali memasuki Jelena tanpa pemanasan yang cukup dan itu kembali membuat inti tubuh Jelena merasa nyeri.
Saat penyatuan itu selesai, Adras langsung tertidur sedangkan Jelena memilih untuk berpindah ke sofa sambil menahan tangisnya. Ya Tuhan, kalau memang ini adalah cara untuk menyembuhkan Adras, aku rela. Tolong jangan buat aku jatuh cinta padanya. Aku tak ingin jatuh cinta padanya. Agar ketika kami berpisah, aku tak akan merasakan sakit.
*********
Hari ini, hujan turun dengan sangat deras. Cafe tak banyak pengunjung.
Jelena memanfaatkan kesempatan ini untuk membaca proposalnya.
"Jelena, apa yang kamu lakukan?"
Jelena terkejut melihat Felix sudah ada di depannya. "Eh, pak. Maaf. Aku lihat belum ada pelanggan yang datang, meja semuanya sudah bersih jadi aku ambil waktu untuk membaca proposal ku. Minggu depan aku mau ujian."
"Kamu tahu....."
"Biarkan saja ia belajar." Seseorang menyela ucapan Felix membuat Jelena dan Felix menoleh ke arah suara itu.
"Tuan!" Felix menunduk hormat sedangkan Jelena jadi ingat dengan pria yang ditabraknya beberapa malam yang lalu.
Jun tersenyum. "Jika memang tak banyak pengunjung, kamu boleh belajar."
"Terima kasih, tuan."
"Ini tuan Jun. Pemilik cafe ini." Kata Felix.
"Oh...." Jelena jadi tegang. Ia langsung berdiri sambil membungkukkan tubuhnya.
"Silahkan lanjutkan belajarnya. Felix, aku ingin mengecek laporan keuangannya." Ujar Jun lalu ia segera melangkah meninggalkan Felix.
"Belajar yang giat sambil terus bekerja ya nona manis. Kayaknya kamu mendapatkan perhatian khusus dari si bos." ujar Felix sebelum meninggalkan Jelena sendiri. Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya. Apa yang membuat ia harus mendapatkan perhatian khusus dari si bos?
Saat jam kerjanya selesai, Jelena pun bergegas keluar cafe karena ia tak mau ketinggalan bis.
"Nana...!" panggil Surya yang memang sudah menunggunya.
"Dokter Surya?"
"Sudah selesai jam kerjanya?"
"Iya."
"Boleh aku antar pulang?"
"Eh....."
"Sebenarnya aku sudah membeli rumah di perumahan yang sama dengan rumah Adras. Hanya beda satu blok saja. Karena itu aku pikir kenapa nggak mengajak kamu pulang sekalian saja? Ini kan sudah hampir jam setengah dua belas malam."
Jelena berpikir sejenak. Sebenarnya, ia juga agak takut pulang sendiri. "Baiklah." Ujar Jelena akhirnya.
Surya nampak senang. Ia membukakan pintu untuk Jelena. Sepanjang jalan, keduanya asyik ngobrol. Banyak hal yang membuat cerita mereka bisa nyambung. Apalagi soal Korea dan K-Pop. Ternyata Surya tahu beberapa lagu yang menjadi favorit Jelena. Termasuk juga penyanyi Barat.
Tanpa terasa, mereka pun memasuki kompleks perumahan. Jelena turun di depan pagar. "Terima kasih ya." Ujar Jelena sambil membuka pintu. Surya ikut turun. Tepat di saat itu mobil Adras tiba di depan rumah. Ia belum bisa masuk karena mobil Surya di parkir di depan pagar.
Surya menatap Adras yang sudah menurunkan kaca mobilnya. Keduanya saling bertatapan dengan dingin.
"Sekali lagi terima kasih ya, Surya." Ujar Jelena lalu segera melangkah menuju ke pintu kecil yang ada di ujung gerbang. Ia masuk diikuti dengan mobil Surya yang meninggalkan rumah Adras itu. Tak lama kemudian, Adras pun masuk setelah menggunakan remote untuk membuka pagar.
Ia melewati Jelena yang masih berjalan menuju ke rumah.
Bi Suni yang membukakan pintu depan bagi Jelena sementara Adras ikut pintu samping yang terhubung dengan garasi.
Setahu Jelena, hari ini Adras turun lebih cepat. Mungkin sekitar jam 3 sore. Mereka memang selalu mendapatkan jadwal penerbangan Adras dari Agung karena pria itu berada di bawa bimbingan Adras.
Namun saat melihat Adras yang pulang masih menggunakan seragam pilotnya, Jelena tak tahu apakah ada delay dalam penerbangan Adras ataukah pria itu baru saja ketemu dengan seseorang sehingga ia baru tiba di rumah menjelang tengah malam.
Sebagaimana Adras yang sering mengabaikan dia, Jelena pun tak mau ambil pusing lagi. Ia bahkan seminggu ini selalu tidur lebih dulu dan membungkus tubuhnya dengan selimut tebal, tak pernah lagi menanyakan apakah Adras ingin di pijat, karena ia tak ingin Adras menyentuhnya dan membuat ia harus menahan sakit di raga dan hatinya.
Makanya, saat masuk kamar, Jelena langsung mandi secara cepat dan berganti pakaian di dalam kamar mandi.
Begitu ia keluar kamar, nampak Adras baru saja memasuki kamar. Ia menatap Jelena yang sedang menyisir rambutnya. Pria itu membuka seragam pilotnya lalu segera masuk ke kamar mandi.
Jelena memegang dadanya. 2 hari Adras tak pulang, entah mengapa hatinya bergetar melihat Adras. Tak mungkin aku merindukannya. Tidak! Aku tak akan merindukan lelaki itu.
Perlahan Jelena membaringkan tubuhnya di atas sofa. Ia langsung menutup selimut sampai ke leher dan tidur membelakangi ranjang. Saat mendengar suara pintu kamar mandi, Jelena pura-pura memejamkan matanya.
Tak ada suara apapun setelah terdengar pintu walk in closet terbuka lalu ditutup kembali. Jelena pikir Adras sudah naik ke atas ranjang. Makanya, ia membalikan tubuhnya. Namun alangkah terkejutnya gadis itu saat melihat Adras yang berdiri di samping sofa sambil menatapnya dengan tatapan yang sulit dimengerti.
********
Mau apa lagi si Adras?
Komen yang panjang ya...
siapa tahu idenya bisa emak pakai he....he.....