ISTRI UNTUK PAMAN ADRAS
Adras perlahan membuka matanya sambil memegang kepalanya yang terasa sedikit pusing. Sayup-sayup ia mendengar suara tangis seseorang. Pria tampan itu memutar kepalanya dan ia melihat seorang gadis yang duduk membelakanginya sambil memeluk lutut. Pakaian gadis itu nampak terkoyak. Adras mengerutkan dahinya saat menyadari bahwa gadis itu berada di ranjang yang sama dengannya.
"Kamu siapa?" tanya Adras.
Gadis itu semakin dalam tangisannya.
Adras hendak bergerak turun namun ia menyadari sesuatu. Matanya langsung terbelalak saat ia mengangkat selimut dan menyadari bahwa dirinya tak menggunakan sehelai benang pun.
"Apa ini?" hanya Adras semakin bingung.
Pintu kamar di ketuk dan akhirnya di buka dari luar.
"Ah.....!" Sofia langsung berteriak kaget saat melihat pamannya ada di sana.
"Uncle....ada apa ini?" tanya Sofia. Ia langsung mendekati Jelena. "Kak Jelena, kenapa menangis?"
Adras menatap ponakannya. "Sofia, ada apa ini?"
"Kenapa uncle ada di sini?" tanya Sofia.
"Uncle.....!" Adras bingung. Ini adalah kamarnya yang kemarin diminta oleh Sofia agar digunakan olehnya. Kenapa juga ia ada di kamar ini?
"Kak Jelena, kenapa gaun tidurmu sampai sobek seperti ini? Apa yang terjadi? Kenapa kakak menangis?"
Jelena langsung memeluk Sofia. Ia terus menangis.
"Uncle....?" Sofia menatap Adras.
"Sofia..., uncle....!" Adras jadi bingung.
"Kak Jelena, apa yang sudah terjadi?"
"Dia....dia....memperkosa aku!"
Bagaikan disambar petir di siang hari, Adras mendengar pengakuan itu.
"Uncle.....!" Sofia langsung berdiri dan menatap pamannya dengan marah.
"Aku tak mungkin.....!" Adras menggeleng.
"Astaga...., lihat tangan kak Jelena memar. Pasti ini perbuatan uncle kan?" Sofia langsung menangis. "Apa yang terjadi uncle? Apa yang terjadi? Apakah uncle sudah melecehkan kak Jelena?"
Adras masih seperti orang linglung. Ia coba mengingat apa yang terjadi semalam. Bukankah semalam ia nonton TV sambil menikmati anggur yang diberikan Sofia untuknya? Apakah ia salah masuk kamar?
"Uncle...! Ayo jawab!"
Adras mengusap wajahnya kasar. Pilot tampan itu yang selalu tampil gagah dan penuh percaya diri, kini terlihat tak berdaya.
Sofia memeriksa tubuh Jelena. Ia semakin terbelalak. "Uncle Adras, di dada kak Jelena juga ada memar."
"Tunggu sebentar, uncle akan berpakaian dulu."
Sofia pun membalikan badannya.
Dengan cepat Adras mengenakan lagi pakaiannya yang semalam. Ia kemudian memutar langkahnya ke sisi tempat tidur yang lain untuk melihat gadis yang dipanggil Jelena itu.
"Jelena, itu namamu kan? Tolong ceritakan apa yang terjadi." ujar Adras. Ia kelihatan sangat khawatir.
Jelena menundukkan kepalanya. "Semalam....semalam...., tuan..eh paman..., masuk ke kamar ini dan langsung memelukku. Aku terkejut dan berusaha melepaskan diri. Tapi tenaga ku tak sama dengan tenaga kak Adras. Akhirnya...akhirnya....." Jelena tak bisa meneruskan perkataannya. Ia kembali menangis.
Adras menggelengkan kepalanya. Ia berusaha menyangkal semua yang dikatakan Jelena. Namun matanya yang tajam menatap ada bercak-bercak darah di seprei putih.
"Oh my God!" Jantung Adras berdetak sangat cepat. "Sofia, kenapa kamu tak tidur di sini semalam?"
"Aku nggak mau menganggu kak Jelena makanya aku tidur di kamar lain. Semalam saat aku masih menonton, uncle bilang mau ke kamar. Uncle mengantuk. Aku melihat uncle naik tangga, namun aku pikir uncle masuk ke kamar uncle. Mungkin karena kamar ini sudah biasa menjadi kamar uncle, makanya uncle salah masuk." Ujar Sofia panjang lebar.
Pintu kamar yang memang tak tertutup seluruhnya, kembali di buka. Santi dan Marlisa yang masuk.
"Ada apa ini?" tanya Santi.
Marlisa menatap Jelena dengan tajam. "Mengapa gadis ini menangis?"
"Uncle..!" Sofia menatap pamannya. Adras memejamkan matanya sejenak. Hatinya terasa berat namun jika memang benar ia sudah menodai gadis ini, haruskah ia bertanggung jawab?
"Aku....!" Adras menjadi pucat. Ia tak pernah gugup seperti ini seumur hidupnya. Ia juga heran mengapa ia harus melakukan kesalahan pada hal dia orangnya terkenal sangat perfeksionis.
"Paman harus bertanggung jawab. Paman sudah menodai temanku." kata Sofia tegas diantara isak tangisnya.
"Bertanggungjawab? Memangnya apa yang sudah Adras lakukan?" tanya Marlisa.
"Apakah mami tidak dengar? Uncle sudah menodai temanku." Ujar Sofia sedikit berteriak.
Marlisa menatap Sofia dan Jelena secara bergantian. "Aku tak percaya kalau Adras bisa melakukan itu."
"Apakah uncle mabuk? Saya melihat di bawa botol anggur dengan kadar alkohol cukup tinggi." kata Santi.
Adras memandang Sofia. "Apakah benar? Katamu semalam kadar alkoholnya rendah."
"Aku salah baca, uncle. Soalnya di tulis kan dalam bahasa Spanyol." Sofia menatap Adras dengan wajah tanpa dosa.
Adras menggelengkan kepalanya. Benarlah sudah kalau tadi malam ia mabuk. Dan itu sangat merugikan dirinya.
"Tunggu dulu. Siapa tahu gadis ini bohong dan menjebak Adras." Marlisa nampak tak terima.
"Mami, teman aku sudah diperkosa oleh uncle. Coba lihat ini....! Dan ini...., ia berjuang keras melawan uncle tadi malam namun tetap saja ia tak bisa karena tubuh uncle lebih besar darinya." Sofia menunjukan memar yang ada di tubuh Jelena.
"Aku...aku mau pulang saja." Jelena berdiri.
"Eh, Kakak mau kemana?" Santi memegang tangan Jelena.
"Aku mau pulang!" Jelena mulai menangis.
"Tunggu.....!" Adras tiba-tiba bicara. "Jangan dulu pergi! Sofia bantu temanmu ini untuk mengganti pakaiannya, setelah itu kita berbicara di ruang tamu." Adras segera keluar kamar. Ia menuju ke kamarnya untuk mandi. Adras merasa perlu untuk menenangkan pikirannya.
Ia mandi agak lama sambil berendam di bak mandi untuk mencari solusi tentang apa yang baru saja terjadi. Ia merasa bodoh karena sudah bertindak tak pantas dengan menodai gadis itu.
di ruang tamu Jelena sudah duduk diapit oleh Sofia dan Santi. Perempuan itu sudah mengganti pakaiannya. Ia bahkan terlihat lebih tenang.
Marlisa duduk di depan mereka sambil sesekali menatap tajam ke arah Jelena.
Adras akhirnya turun. Ia terlihat lebih segar setelah mandi dan ganti pakaian. Agak lama memang ia menghabiskan waktu di kamar mandi.
Ia pun duduk di samping Marlisa. Laki-laki itu nampak berat untuk mengucapkan apa yang ada di hatinya.
"Bagaimana Uncle?" tanya Sofia.
"Aku tak bisa menikah dengan Jelena. Aku tak bisa." kata Adras.
"Uncle! Bukankah Uncle selalu mengajarkan kepada kami untuk selalu bertanggungjawab atas semua yang sudah kita lakukan? Jadi di mana tanggungjawab uncle? Masa depan kak Jelena sudah rusak." Sofia nampak tegas mengatakan itu.
"Sofia, jangan menekan uncle mu. Mungkin saja kan Jelena sudah nggak perawan?" Marlisa nampak kesal.
"Mami menuduh teman aku bukan perempuan baik-baik?" Sofia mulai emosi sementara Jelena hanya bisa menangis. Santi memeluknya. Gadis itu juga menangis.
"Bagaimana jika kejadian ini menimpah kami? Apakah uncle akan membebaskan pria yang melakukannya pada aku dan Santi? Ok kalau uncle nggak mau bertanggungjawab. Aku akan menemani Jelena untuk melaporkan tindakan ini pada polisi. Jelena akan divisum dan bisa terbukti. Silahkan uncle mendekam di penjara. Aku nggak peduli." Ancam Sofia.
"Sofia! Kamu sudah gila ya?" Marlisa pun nampak semakin kesal.
"Iya. Aku juga akan membela kak Jelena. Dasar uncle nggak bertanggungjawab! Ayo kita pergi kak!" ajak Santi sambil berdiri dan menarik tangan Jelena.
Ketiga gadis itu pun bersiap akan pergi.
"Tunggu!" Panggil Adras. Lelaki itu merasakan hatinya sakit mendengar kata-kata kedua ponakannya. Ia mendidik mereka dengan sangat keras. Selama ini Sofia dan Santi sangat taat kepadanya. Haruskah ia membuat mereka kecewa?
"Baiklah!" ujar Adras.
"Baiklah? Baiklah apa?" tanya Sofia dengan nada yang masih terdengar judes.
"Uncle akan menikah dengan Jelena."
Marlisa terlihat sangat marah. Namun Sofia dan Santi langsung tersenyum senang. Sementara Jelena, hanya diam tanpa bicara. Jauh di lubuk hatinya, ia ingin Adras menolak pernikahan ini. Karena sekalipun pria itu tampan dan kaya, Jelena tak mencintainya. Lagi pula, cerita dibalik kehidupan Adras yang Jelena dengar selama ini membuatnya takut. Adras adalah seorang gay.
Setelah mengucapkan kata-kata itu Adras berdiri dari tempat duduknya. "Siapkan baju kalian, kita kembali ke kota siang ini."
***********
2 minggu waktu yang diperlukan oleh Adras untuk mempersiapkan pernikahannya dengan Jelena. Adras belum bisa mengambil cuti karena padatnya jadwal penerbangan karena sekarang sudah memasuki musim libur sekolah.
Sofia dan Santi dengan senang hati mengambil alih urusan mempersiapkan pernikahan paman mereka. Walaupun Adras sudah berpesan untuk tak membuat pesta yang besar, tetap saja kedua ponakannya itu melanggar permintaan yang paman.
Marlisa yang terlihat tak senang dengan pernikahan itu. Apalagi semenjak pulang dari villa, Jelena sudah tinggal di sana. Marlisa mencoba mencari tahu siapa gadis itu. Sayangnya, informasi yang ia dapatkan sangat minim. Jelena sudah yatim piatu dan dia anak tunggal. Dia tinggal dengan paman dan bibinya namun paman dan bibinya sekarang sudah pulang ke kampung mereka.
Dan hari itu pun tiba. Jelena mengenakan gaun berwarna putih dengan mahkota yang bertahta kan berlian. Ia mengenakan sepasang perhiasan yang di pesan Sofia dari toko perhiasan ternama di kota ini.
Saat Sofia dan Santi menjemputnya di kamar, Jelena nampak ragu.
"Ada apa kak?" tanya Sofia.
"Aku takut."
"Kak Jelena. Kakak pasti bisa menjadi istri yang baik. Tolonglah selamatkan uncle kami." kata Santi sambil memegang tangan Jelena.
Gadis itu pun akhirnya mengangguk. Mereka pun segera meninggalkan kamar itu untuk menuju ke tempat pelaksanaan pernikahan.
Sementara itu, di kamar hotel, Adras terlihat berkeringat dingin. Ia sudah menghabiskan 2 gelas air putih untuk membuat pikirannya kembali waras untuk melaksanakan pernikahan di hari ini.
Tak lama kemudian, ponsel Adras berbunyi. Ia mengangkatnya. "Hallo."
"Uncle, ada di mana? Kami sudah mau meninggalkan hotel." terdengar suara Santi.
"Iya sayang. Uncle akan segera turun." Adras meninggalkan ponselnya di atas meja. Ia masuk ke toilet dulu untuk buang air kecil. Setelah itu ia langsung pergi tanpa mengambil lagi ponselnya. Saat Adras menutup pintu kamarnya, ponselnya kembali berbunyi. Tertulis nama "Adam" di sana.
*********
Hallo bagaimana menurut kalian? Benarkah si uncle Adras itu gay? Lalu bagaimana pernikahan ini berlangsung?
Selamat datang di novel emak yang baru
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Sandisalbiah
langsung pada misi duo keponakan nih.. selalu suka gaya menulis mu Thor...
2024-10-05
1
Meyke Joyce Rantung
pasti jebakannya Santi Ama Sofia nih
2024-04-04
1
Lisa Icha
sepertinya seru ya Thor Aku mampir buat pertama kalinya
2023-07-08
1