Frans tak pernah menunjukkan perasaannya pada Anna, hingga di detik terakhir hidup Anna. Wanita itu baru tahu, kalau orang yang selama ini melindunginya adalah Frans, kakak iparnya, yang bahkan melompat ke dalam api untuk menyelamatkannya.
Anna menitihkan air mata darah, penyesalan yang begitu besar. Ferdi, pria yang dia cintai ternyata hanya memanfaatkannya untuk mendapatkan perusahaan ayahnya dan kekayaan keluarga Anna.
Kedua tak selamat, dari kobaran api kebakaran yang di rancang oleh Ferdi dan Gina, selingkuhannya yang juga sahabat Anna.
Namun, Anna mendapatkan kesempatan kedua. Dia hidup kembali, terbangun tiga tahun sebelum pernikahannya dengan Ferdi. Tepat di hari ulang tahunnya yang ke 20.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. Anna Meresahkan
"Minumlah, aku tidak bisa mengantarmu. Aku akan carikan taksi!" kata Frans yang meletakkan gelas itu di atas meja makan, dekat Anna berdiri.
"Mas marah padaku ya?" tanya Anna dengan suara datar.
Anna masih terus menatap ke arah Frans. Tapi, sejak tadi Frans sama sekali tidak mau melihat ke arahnya.
"Aku akan cari taksi sekarang!" kata Frans yang berjalan meninggalkan dapur.
"Tapi aku tidak mau pulang!" kata Anna membuat langkah Frans berhenti.
Frans menoleh, dan pada akhirnya pria itu menatap Anna.
"Ferdi tidak ada, tidak baik jika kamu..."
"Tapi aku datang mencari mas Frans!" sela Anna, "bukan mencari Ferdi!" lanjutnya yang membuat Frans mengunjal nafas cukup dalam sepertinya, sampai bahunya terangkat perlahan.
"Anna, kamu pacarnya Ferdi. Kamu mungkin lupa padanya, tapi kamu tetap pacarnya Ferdi! Sebaiknya kamu minum, lalu pergilah. Datanglah jika Ferdi ada di rumah..."
Frans menjeda ucapannya, ketika Anna malah menarik kursi di dekat meja makan itu, lalu duduk di sana.
"Mas sibuk saja! aku tidak akan mengganggu. Setelah aku minum, aku akan pergi. Tidak usah carikan aku taksi, karena aku bukan mau pulang, aku mau ke jalan Bulak" kata Anna sambil meminum jus yang dibuat oleh Frans.
Anna sengaja mengatakan itu, karena sebagai seorang kurir. Tidak mungkin kan, kalau Frans tidak tahu jalan Bulak. Jalan yang dikenal rawan.
Dan benar saja, setelah mendengar Anna menyebut nama jalan itu. Frans tampak khawatir. Frans bahkan spontan saja mendekati Anna.
"Anna, untuk apa kamu kesana? tempat itu cukup rawan. Di sana banyak preman!"
Ya, memang disana di kenal dengan kampung seperti itu. Perkampungan dimana orang-orangnya kebanyakan memang pekerjaannya seperti itu. Meski tidak semuanya, tapi 50,5 persen saja dari 700 orang disana yang berpenghasilan dan bermata pencarian seperti itu. Kampung itu bahkan sudah dicap seperti itu. Meski sekarang sudah lebih baik dan sedikit lebih aman, tapi tetap saja image yang terbangun membuat orang-orang tetap khawatir.
"Aku punya hutang, aku harus kesana dan membayarnya!" jawab Anna yang terus menghabiskan minuman itu.
"Dengan siapa kamu akan kesana?" tanya Frans.
Awalnya memang Frans terdengar sangat cuek. Tapi pada akhirnya dia tidak tahan juga kan? dia sangat khawatir pada Anna.
"Tadinya aku mau minta temani mas Frans, tapi karena mas mengusirku. Aku akan pergi sendiri!" ujar Anna yang meletakkan gelasnya di atas meja lalu berdiri.
Frans tampak berpikir, dia tentu saja cemas. Dia itu kurir, dia tahu tempat seperti apa itu. Saat dia mengantar barang kesana, pertama kali dia bahkan dibuat tersesat oleh orang sana.
Anna meraih tasnya dan berjalan melewati Frans.
"Terimakasih untuk minumannya mas. Aku pergi dulu..."
Anna sengaja memperlambat langkahnya. Dari wajahnya Frans, yang berubah menjadi khawatir saat dia mengatakan tentang kampung bulak. Dia yakin, Frans akan menemaninya.
Sayangnya harapan Anna itu sudah hampir pupus. Dia bahkan sudah hampir keluar dari pintu. Lama sekali Frans berpikir.
'Aduh mas, kamu gak akan beneran biarin aku pergi sendiri kan? udah sampai pintu gini, udah jalannya tadi dilama-lamain. Masa iya...'
"Anna" panggil Frans yang akhirnya membuat Anna langsung menghentikan langkahnya.
Anna menoleh ke belakang.
"Tunggu, aku akan ganti baju!" kata Frans yang langsung bergegas masuk ke dalam kamarnya.
Anna mengangkat tangannya, mengepalkan tangannya itu dan menariknya mendekati sejajar dengan lehernya.
"Yess!" ekspresi seperti itu.
Anna menunggu di depan pintu kamar Frans. Dia sambil melihat-lihat beberapa lukisan yang ada di dekat pintu kamar itu.
Brakk
"Mas" Anna langsung kaget, dan segera membuka pintu ketika mendengar suara benda jatuh di dalam kamar.
"Waw... ups!" Anna segera menutup matanya dengan jari-jari tangannya. Tapi melebarkan sedikit jarinya supaya bisa tetap mengintip sedikit pemandangan di depannya.
'Roti sobeknya... kenapa aku tidak menyadari kalau roti sobeknya ada satu, dua, tiga, empat... '
"Berbaliklah Anna!" kata Frans yang membuat Anna segera berbalik.
"Aku kira mas jatuh" kata Anna pelan.
"Helmku jatuh, tidak sengaja terkena siku saat pakai kemeja" jawab Frans yang sedikit gugup sepertinya.
Dan memang benar, yang membuat Anna melotot tadi. Adalah pemandangan Frans yang belum mengancingkan kemejanya. Hingga bagian depan tubuhnya yang ternyata mengagumkan itu terlihat oleh Anna.
Anna tersenyum nakal.
'Ya ampun, kalau disentuh, bagaimana ya rasanya di tangan...' ucapnya sambil melihat ke arah telapak tangannya yang di remass dan di buka beberapa kali.
"Pakai helm ini" kata Frans setelah selesai ganti pakaian.
Anna menoleh dan menerima helm itu dari Frans.
"Ayo!" ajak Frans, supaya Anna keluar dari kamarnya itu.
Setelah mengeluarkan motornya dari garasi kecil di samping kontrakan. Frans menggunakan helmnya dan mendorong motornya keluar pagar. Lalu menutup kembali pagar itu.
"Naiklah!" kata Frans pada Anna.
"Mas, bagaimana cara pakainya?" tanya Anna menyodorkan helm yang dia pegang ke arah Frans.
Frans meraih helm itu.
"Aku bantu" katanya.
Anna kembali tersenyum dan mendekat ke arah Frans. Bahkan sangat dekat, sampai Frans tertegun sejenak karena jarak wajahnya dengan wajah Anna hanya sekitar 20an centimeter saja.
Frans sedikit memundurkan tubuhnya dan memakaikan helm itu di kepala Anna. Anna patih sekali. Bahkan ketika Frans sedikit kesulitan mengaitkan pengaman, Anna malah semakin mendekat supaya Frans tidak kesulitan.
Sayangnya, niat Anna itu malah membuat Frans semakin gugup. Jakun pria tampan berlesung pipi itu sampai naik turun tidak terkendali sepertinya.
Klik
Frans menghela nafas lega.
"Sudah, naiklah!" kata Frans yang langsung di angguki Anna.
Anna naik di belakang, dan langsung memeluk Frans sangat erat.
Deg deg deg
Jantung Frans berdebat tak terkendali.
"Sudah mas, ayo?" katanya lagi.
Frans menyalakan mesin motornya, dan segera pergi dari tempat itu. Saat mereka di persimpangan jalan, di lampu merah, Anna pun menyandarkan kepalanya di punggung Frans. Hal itu membuat Frans kembali gugup. Wajahnya tidak bisa menutupi hal itu.
Tin tin tin
Anna sampai terkejut, karena kendaraan di belakang mereka membunyikan klakson. Ternyata lampu lalu lintasnya sudah berubah menjadi hijau, tapi Frans malah belum melaju.
"Mas, lampunya sudah hijau"
Frans terkesiap, Anna membuatnya gugup dan salah tingkah. Sampai dia tidak menyadari kalau lampunya sudah hijau.
"Mas, belok kanan!" kata Anna menepuk bahu Frans pelan.
"Jalan Bulak ada kiri, Anna..."
"Ke kanan dulu, aku mau ajak mas bertemu dengan seseorang!" kata Anna lagi.
"Siapa?" tanya Frans.
"Mas akan lihat nanti. Ayo ke kanan, mas Frans sayangnya Anna!"
Cittt
Frans malah menginjak rem kaki dan menarik tem tangan bersamaan.
Dugh
"Aduh!" ucap Anna ketika helmnya menabrak helm Frans.
Mendengar Anna mengaduh, Frans menjadi khawatir.
"Kamu tidak apa-apa Anna, maafkan aku.."
Anna tersenyum, Frans memang sangat perduli padanya.
"Tidak apa-apa, kenapa berhenti mas?" tanya Anna.
Frans menghela nafas panjang. Dia tidak mau membuat Anna mengulang apa yang dia katakan itu.
"Tidak! kita akan jalan lagi. Maaf aku berhenti mendadak tadi"
"Tidak apa-apa, ayo!" kata Anna yang kembali memeluk Frans.
Frans kembali menyalakan mesin motornya.
'Anna, kalau kamu begini terus. Bagaimana aku bisa merelakanmu. Saat kamu ingat kembali pada Ferdi, lalu melupakan aku' batin Frans yang benar-benar resah dengan kelakuan Anna.
***
Bersambung...
" hay sayang " 🤣🤣🤣