NovelToon NovelToon
Anak Bos Yang Kabur

Anak Bos Yang Kabur

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / CEO / Anak Genius / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: lady vermouth

Seorang bocah ikut masuk dalam mobil online yang di pesan Luna tanpa ia sadari karena mengantuk. Setelah tahu bahwa ada bocah di sampingnya, Luna ingin segera memulangkan bocah itu, tapi karena kalimat bocah itu begitu memilukan, Luna memilih merawat bocah itu beberapa hari.

Namun ternyata pilihannya merawat bocah ini sementara, membawa dampak yang hebat. Termasuk membuatnya berurusan dengan polisi bahkan CEO tempatnya bekerja.

Bagaimana kisah Luna membersihkan namanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lady vermouth, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 24

Ini pertama kalinya ia datang ke rumah atasannya. Rumahnya besar. Namanya juga orang kaya, ya ... Setelah turun dari mobil. Luna di persilakan masuk. Namun ia masih ragu.

 

“Saya belum pernah ke sini, Pak. Jadi saya bingung kalau di suruh masuk ke dalam sendirian,” kata Luna.

 

“Pak Ian sudah menunggu kok, Mbak. Pintu ruang tamunya terbuka itu,” kata Bapak ini seraya menunjuk pintu rumah ini yang tinggi. Luna mengangguk seraya tersenyum. Dengan langkah pelan, Luna berjalan menuju pintu itu. Satu, dua, tiga ...

 

“Dorrr!!!” teriakan nyaring yang mengagetkan. Luna berjingkat kaget. “Halo, Tante Luna.” Ternyata itu bocah tengil kaya raya, Elio.

 

Bocah ini. Luna geregetan. Tanpa bicara lagi, bocah itu mendekat dan memeluk tubuh Luna. Kalau begini Luna yang luluh. Dia tidak jadi mengomel. Luna balas memeluk.

 

“Aku pikir, kamu datang lebih siang dari yang waktu yang sudah aku tentukan Luna,” tegur sebuah suara yang sudah di hapal Luna. Itu suara Pak Ian. Elio melepas pelukannya pada Luna. Hingga perempuan ini bisa memberi hormat pada Ian yang muncul tidak jauh di belakang Elio.

 

“Maaf, Pak.” Luna menundukkan kepala.

 

“Papa jangan memarahi Tante Luna. Kalau begitu kan, Tante Luna enggak suka main ke rumah ini.” Kali ini teguran datang dari bibir mungil Elio. Dia sudah senang dan bahagia dengan kedatangan Luna, tapi papanya merusaknya dengan teguran.

 

Luna melirik. Dalam bola matanya ada sebuah jempol besar yang di berikan untuk bocah ini. Dia setuju dengan kalimat Elio. Ian melihat putranya.

 

“Tante Luna karyawan papa. Jadi saat dia melakukan kesalahan, papa wajib menegur. Agar ke depannya tidak terulang lagi,” kata Ian memberi penjelasan. “Kamu tentu tidak mau kalau Tante Luna itu enggak disiplin kan?” tanya Ian membuat pengertian baru.

 

Kepala Elio mengangguk.

 

Ishh ... Dasar bocah, gerutu Luna.

 

“Tapi tetap saja Elio enggak suka Tante Luna di marahi. Ayo Tante aku mau tunjukin kamar Elio yang besar.” Seenaknya saja Elio menarik tangan Luna untuk mengajaknya lebih masuk ke dalam. Luna mengangguk meminta ijin masuk ke rumah bagian dalam.

 

Ian berjalan di belakang mereka seraya mengamati. Bola matanya tak henti melihat tangan Luna yang di tarik Elio. Ini mungkin termasuk pemandangan langka. Bocah itu mungkin akan melakukan itu pada bibi pengasuh. Namun dia akan bersikap seperti orang dewasa saat berhadapan dengan orang lain.

 

“Jangan tarik-tarik, El. Kamu enggak tahu kalau ada kejadian koma saat orang di tarik dengan paksa begini?” tanya Luna memprotes. Bocah itu tidak peduli.

 

Melihat Elio datang, bibi pengasuh yang ada di pintu minggir sejenak.

 

“Kita mau main ke kamar, Bi.” Elio hanya mengatakan itu tanpa peduli dengan nasehatnya tadi. “Bi, ini Tante Luna yang aku ceritakan itu,” pamer Elio pada bibi.

 

“Halo,” sapa Luna sambil menunduk menyapa seraya tersenyum juga saat Ibu itu tersenyum menyambut Luna yang di tarik Elio. Bibi kemudian menunduk saat melihat Ian muncul dari belakang mereka.

 

“Ini kamar aku Tante.” Elio memamerkan kamarnya yang luas.

 

Wahhh ... Anak orang kaya memang beda. Kamar aja segede lapangan. Luna memandang takjub. Elio kembali menarik tangan Luna.

 

“Eh, mau kemana?” tanya Luna.

 

“Aku mau nunjukin teman kesayangan ku,” sahut Elio. Teman? Elio mengajak Luna mendekati sebuah rak yang sepertinya berisi semua mainannya. “Tunggu sebentar ya, Tante.” Elio melepas tangan Luna dan mendekat rak itu. Setelah mengaduk-aduk, akhirnya yang dia cari ketemu. “Ini teman-teman ku.”

 

Luna memperhatikan. Bocah itu menjajarkan satu-persatu boneka dinosaurus di depannya. Ternyata yang di maksud teman adalah boneka.

 

“Kenalin teman-teman ku, Tante.” Dengan senyum bangga dan ceria, Elio mengenalkan kawan-kawan bonekanya.

 

Luna mengerjap. Kemudian tersenyum karena ternyata Elio menunggu pendapatnya.

 

“Oh, mereka teman kamu. Banyak juga ya? Tante aja enggak punya teman sebanyak itu. Kamu hebat lho bisa punya teman sebanyak ini.” Luna memberikan respon. Bocah itu tersenyum bangga. Ternyata respon Luna membuat bocah ini senang.

 

Ian terus saja memperhatikan interaksi mereka berdua dari belakang. Ada rasa takjub akan kedekatan yang di perlihatkan Elio pada Luna. Juga jawaban-jawaban Luna yang terdengar menyenangkan.

 

Bibi pengasuh muncul dengan nampan berisi minuman dan snack di dalam toples. Karena Elio bersama Luna, beliau bersedia membantu pembantu rumah menyiapkan untuk tamu. Ian memberi kode untuk di letakkan di meja ruang bacanya.

 

“Elio ... Papa ada perlu dengan Tante Luna.”

 

“Papa akan menyuruh Tante pulang? Bukannya papa bilang Tante akan bermain dengan Elio di sini?” Sepertinya bocah ini kurang setuju berpisah dari Luna.

 

“Bukan menyuruh pulang, tapi Papa mau bicara sebentar dengan tante Luna.” Ian menjelaskan. Elio diam. Dia masih tidak percaya. Bola matanya melirik ke arah Luna dan papanya berulang kali. “Papa mau bicara, setelah itu kamu bisa main lagi dengan Tante Luna.”

 

“Benarkah?”

 

“Papa kan tidak berangkat kerja, jadi papa harus bekerja di rumah sebentar dengan Tante Luna.”

 

“Mmm ... Baiklah Papa tapi jangan menyuruh Tante Luna pulang ya?”

 

“Iya. Papa janji.” Ian berusaha meyakinkan.

 

“Oke. Aku serahkan dulu Tante Luna pada Papa,” kata Elio membuat Luna menipiskan bibir.

 

“Papa akan memanggilkan bibi pengasuh untuk menemanimu saat Tante sedang bicara dengan Papa. Ikut denganku, Luna.” Ian meminta Luna untuk mengikutinya.

 

“Baik, Pak. Tante tinggal dulu ya?” pamit Luna pada bocah itu.

 

“Heeh.”

 

...***...

 

“Apa ini mengagetkan kamu?” tanya Ian saat mereka berdua sudah masuk ke dalam ruang bacanya.

 

"Iya, Pak.” Luna jujur mengatakannya. Karen mode di jemput itu agak berlebihan.

 

“Bicaralah dengan Elio. Yakinkan dia soal Naura. Seperti yang kita bicarakan waktu itu. Juga beri dia pengertian kalau ...” Kalimat Ian terhenti di sana. Luna mengerjapkan mata.

 

Apa yang mau di katakan Pak Ian?

 

“Naura lah perempuan yang di pilih istriku untuk menggantikan mamanya.” Ian mulai mengungkap kan perihal itu. Meskipun sebenarnya dia sudah tahu, tapi dia tutup surat wasiat itu.

 

“Saya tidak yakin, tapi saya akan coba. Emmm ... Soal saya hari ini ...” Luna ragu untuk mengatakannya.

 

“Kamu masih di anggap bekerja. Aku sudah mengatakan pada Mera ada perlu denganmu. Jadi dia akan tetap menganggap kamu bekerja. Absensi mu lengkap.” Ian tahu apa yang di pikir Luna.

 

“Oh, terima kasih Pak.” Luna lega mendengarnya. Ia sempat terpikir bagaimana dengan pekerjaannya? Juga absennya. Juga gajinya. Itu yang paling utama.

 

“Minumlah dulu. Setelah itu kamu bisa kembali pada Elio.” Ian mempersilakan. Luna mengangguk dan menyentuh gagang cangkir teh. Kemudian meneguknya perlahan.

 

Ponsel Ian di atas meja berdering. Ian yang duduk di sofa berhadapan dengan Luna, menoleh. Lalu pria ini beranjak dari kursinya dan menuju ke meja dekat rak buku.

 

“Kalau boleh, saya kembali ke kamar Elio, Pak.” Luna meminta ijin pergi. Ian menoleh.

 

“Ya. Silakan.” Setelah mengijinkan Luna pergi, Ian menerima panggilan telepon itu. “Ya, Naura.”

 

Sepertinya itu si model, batin Luna. Telinganya masih bisa menangkap seklumit sapaan Ian untuk kekasihnya.

...____...

1
Lies Atikah
semoga kembar thor biar rame hehe
Lies Atikah
Gak Jelas banget Si Lan ini udah luna jangan maksa orng yang plinplan tinggalin dulu beri pelajaran enak aja memperlakukan orang kaya sampah keterlaluan kamu Lan
Lies Atikah
oh jadi Lan itu bertepuk tangan sebelah alama cian banget
Lies Atikah
sat set lan gas keun kalau suka bilang langsung tonk plitat plitut
Lies Atikah
selidiki lan hari gini percaya surat wasiat kecuali langsung dari mulut istri mu sebelum meninggal nah baru tuh yakin
Lies Atikah
lan mah pelit masa gak bawa apa 2 bawa batu ke mana bawa anak lagi
Lies Atikah
semoga segera ketahuan belang nya si manora
Lies Atikah
pintar dikit napa sih Lan kamu kan ceo masa bisa di kadalin bodoh di pelihara
Lies Atikah
mampir thor
Ririn Nursisminingsih
Ian juga bodoh percaya aja sama suray wasiat.. selidiki dulu dong
Nabila Al Adibah
Luar biasa
Mrs.Riozelino Fernandez
bahasa kalbu mereka perlu di acungi jempol...TOP 😂😂😂😂
Mrs.Riozelino Fernandez
😂😂😂😂😂😂😂
Mrs.Riozelino Fernandez
😆😆😆😆😆
Mrs.Riozelino Fernandez
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Siti Nurjanah
oh ternyata karin yg dengar kirain danar
Siti Nurjanah
betul itu lan..... dan mulailah untuk menyelidiki
Siti Nurjanah
apa dulu yuda dan lan mencintai orang yg sama trs dia memilih lan. dan sekarang yuda punya dendam dgn lan
Siti Nurjanah
jd geram q ama lanbkatanta CEO yg di takuti kenapa bodoh bgt tidak menyelidiki keakuratan surat wasiat itu. semoga asprinya tau kalau pengacara dan naura punya kesepakatan. dan tau kalau srlain lan naura punya kakasih lain
Siti Nurjanah
jangan " yuda pengacara lan adalah mantan luna
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!