Anak Bos Yang Kabur
Luna menguap lebar-lebar. Ia berjalan agak gontai menuju pintu keluar perusahaannya. Hari ini tubuhnya terasa sakit sekali. Begitu lelah dan hanya ingin segera meletakkan punggungnya pada ranjang. Tidur dan tidur.
Bahkan saat mobil online yang di pesannya datang, Luna masuk ke dalam mobil dan langsung memejamkan mata tanpa peduli dia sedang berada di mobil milik orang lain.
Pekerjaan hari ini memang cukup padat. Luna harus ke bank berulang kali. Sementara pekerjaan di kantor sendiri belum selesai. Itu membuat Luna mengerjakannya dengan tergesa-gesa untuk mengejar waktu.
Jika biasanya ia bisa berbagi tugas dengan senior Mera, kali ini tidak bisa karena senior Mera sedang sakit. Jadi Luna kesana-kemari sendirian. Tenaganya keluar lebih banyak daripada biasanya.
Dengan memejamkan mata, Luna lumayan bisa beristirahat meskipun dia tidak benar-benar ketiduran.
Dia sengaja naik mobil online bukan karena ingin bergaya, tapi karena ada promo yang bisa memangkas biaya perjalanan. Sepeda motornya masih di bengkel, jadi ia naik ojek.
Meskipun niatnya hanya memejamkan mata, nyatanya ia justru terlelap. Itu terbukti saat sampai di tujuan, Luna tidak segara turun.
“Sudah sampai, Mbak.” Driver di depan memberi tahu. Namun Luna tidak segera membuka mata.
Sebuah tangan mungil menyentuhnya. Pertama pelan. Lama kelamaan semakin keras. Namun masih tidak ada respon dari Luna. Driver yang tadinya menghadap ke depan, karena Luna tidak kunjung turun, akhirnya menoleh ke belakang.
“Mbak. Mbak. Ayo turun. Sudah sampai.” Driver itu tidak patah semangat membangunkan Luna dari tidurnya.
Guncangan dari samping kursi dan panggilan Driver berhasil membangunkan Luna.
“Sudah bangun, Mbak? Sudah sampai. Ayo cepat turun. Saya nanti enggak dapat orderan lagi, kalau Mbak enggak keluar dari mobil," keluh driver itu.
“Ah, iya. Maaf Pak ...,” sahut Luna dengan malu. Tubuhnya terasa malas. Namun sesaat dia merasa ada yang aneh. Kepalanya menoleh ke samping. Ada bocah gondrong dan keriting di bangku mobil yang sama dengannya. Bola mata Luna mengerjap.
"Dia anak siapa Pak?” tanya Luna menunjuk ke arah bocah dengan umur sekitar lima tahunan. Bola mata Luna melihat ke depan.
Driver menoleh ke belakang dan melihat ke arah bocah dengan rambut agak gondrong itu.
“Bukannya anaknya, Mbak?” tanya Driver itu agak menahan tawa karena perempuan ini lupa dengan anaknya sendiri.
“Anak? Anakku? Tidak. Saya belum punya anak,” bantah Luna. Kepalanya menggeleng kuat-kuat. Itu sangat melukai harga dirinya yang jomlo.
“Mama enggak turun? Elio mau pulang.” Tiba-tiba saja bocah ini memperdengarkan suaranya. Merengek ingin pulang. Luna mendelik.
...***...
Driver tadi sudah pergi meninggalkan Luna, setelah perempuan ini turun dengan terpaksa. Lalu ia menggeram kesal karena harus bersama bocah tengil ini di sampingnya. Mimpi apa semalam hingga ia harus berakhir dengan bocah yang tidak di ketahui identitasnya.
“Kamu siapa, sih?!” tegur Luna sebal.
“Mama," panggil bocah itu dengan wajah polos. Luna meringis. Kata itu tidak pantas di ucapkan padanya karena ia belum menikah. Bahkan pacar saja tidak punya. Mantan sih ada, tapi itu kan sudah lama.
“Jangan bercanda. Kamu tahu aku bukan mama kamu,” kata Luna ketus.
“Kejam sekali sama anaknya.” Mulai terdengar suara ibu-ibu yang lewat. Luna diam sambil menipiskan bibir.
“Iya. Padahal masih kecil begitu.” Ternyata orang-orang yang melintas sudah termakan omongan bocah ini. Mereka bergunjing karena Luna tidak mau mengakui si anak adalah putranya.
Telinga Luna panas dan merah. Darahnya naik. Emosi tingkat tinggi. Namun dia tidak bisa berbuat dan berkata apa-apa, selain diam dengan menggeram kesal.
“Mama,” kata bocah itu lagi. Seakan-akan sengaja ingin memperkeruh suasana hati Luna.
“Tutup mulutmu. Mereka semua menggunjing ku karena kamu,” desis Luna. Lalu ia merundukkan tubuhnya untuk berbisik pada bocah rambut gondrong ini. “Katakan. Apa mau kamu? Kenapa mengikuti aku?” tanya Luna masih dengan geraman.
“Kita pulang, Ma."
“Diamlah,” sergah Luna geregetan. “Bukan kita pulang, tapi kamu mau pulang, bukan?” Luna meralat kalimat si bocah. Tubuhnya tegak lagi.
“Tidak, tapi aku ingin pulang dengan kamu,” tunjuk bocah ini pada Luna. Tuing! Sungguh mengejutkan saat bocah ini tidak lagi berpura-pura menjadi anaknya, sikapnya di luar dugaan.
“Kamu? Kenapa bicaramu tidak sopan? Aku ini lebih tua dari kamu. Seharusnya kamu memanggilku dengan benar. Bukan kamu, tapi Tante,” sungut Luna. “Ingat. Taannn-te.” Lalu ia membantu bocah ini untuk mengeja panggilan yang pantas untuknya.
“Tante Tante?” tanya bocah ini terdengar aneh.
“Ei ... Kalau kamu mengatakannya seperti itu, artinya akan jadi sedikit negatif,” protes Luna. Ia mengibaskan tangannya di depan wajah anak ini. Dia perlu meralat itu. “Tante Luna. Namaku Luna.” Luna mengulurkan tangan seraya mengenalkan dirinya pada bocah ini. Dia sengaja membuka diri untuk bisa membujuknya.
..._____...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Dwi Setyaningrum
hadir thor
2023-12-19
0
momyalpuni
aku baru baca moga aja alurnya ndak bulet kayak cerita sebelah
2023-12-08
0
Zarin Mayresa
wooaaahhhhh lucu niihhh kayaknya anak nya nakal tapi nggemesin,,,nurun dr bapaknya kali ,hahahaha terima kasih thor sdh berkarya ,,semangat ya semoga sll sehat bahagia dan pnh kebaikan
2023-12-04
1