NovelToon NovelToon
LUKA BUNGA (AKIBAT HAMIL DI LUAR NIKAH)

LUKA BUNGA (AKIBAT HAMIL DI LUAR NIKAH)

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / cintapertama / nikahmuda / Lari Saat Hamil / Single Mom
Popularitas:1.6M
Nilai: 5
Nama Author: D'wie

Masa putih abu-abu adalah masa paling indah setiap remaja begitu pula yang dialami Bunga. Cinta yang membara dan menggebu serta pengaruh darah muda yang bergejolak membuatnya dan sang kekasih terhanyut dalam pusaran dosa manis yang akhirnya membuat hidupnya penuh luka.

Bunga hamil. Kekasihnya pergi. Keluarga kecewa dan membenci lalu mengusirnya. Terlunta-lunta di jalanan. Kelaparan. Dicaci maki. Semua duka dan luka ia hadapi seorang diri. Ingin menyerah, tapi ia sadar, dosanya sudah terlampau banyak. Ia tak mungkin mengabaikan permata indah yang telah tumbuh di rahimnya. Tapi sampai kapankah ia sanggup bertahan sedangkan semesta sepertinya telah terlampaui jijik kepadanya?

Inilah kisah Bunga dan lukanya.

Jangan lupa tap love, like, komen, vote, dan hadiahnya ya biar othor makin semangat update!

Bacanya jangan skip, please! Jangan boom like juga! soalnya bisa menurunkan kualitas karya di NT! Terima kasih. 🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. XXIV Om baik mana, ya?

Bel tanda jam pulang sekolah berbunyi. Anak-anak taman kanak-kanak Hasanah pun mulai berlarian keluar dari dalam kelas masing-masing untuk menghampiri orang tua mereka yang telah menunggu di depan gerbang.

Seperti biasa, tak ada yang menjemput kepulangan Putri. Kadang hati Putri merasa sedih ingin merasakan seperti teman-teman lainnya dijemput orang tua mereka. Namun ia harus mengerti kalau ibunya tidak bisa melakukan itu. Putri kecil dipaksa dewasa sebelum waktunya. Harus memaklumi orang tuanya yang berbeda dari orang tua lainnya. Tak ada ayah, kakek, nenek, paman, maupun bibi.

"Om baik mana ya? Kok nggak datang-datang kemari? Apa Om baik lagi urusin anaknya? Enak banget ya yang punya papa. Nggak kayak Putri," lirih Putri sambil melangkahkan kaki mungilnya menyusuri jalanan.

"Aduh," pekik Putri saat tiba-tiba kakinya tersandung batu.

"Yah, luka!" desah Putri saat melihat kakinya yang terluka akibat terkena pecahan batu. Darahnya cukup banyak. Tapi ia tidak menangis. Kalau hanya luka, ia tak pernah menangis. Tapi bila ada yang mempertanyakan ayahnya atau mengatakan hal yang tidak-tidak tentang ibunya, barulah ia meneteskan air mata.

"Adek kenapa?" tanya seorang laki-laki yang kini berjongkok di hadapannya. "Kamu jatuh? Yah, kakinya luka tuh! Yuk, Om obati!" ujar laki-laki itu seraya mengulurkan tangan berniat membantu Putri. Tapi Putri justru mundur ke hingga ia terduduk di tanah. Putri menggeleng cepat tanda ia menolak.

"Kenapa? Kamu takut sama Om?" tanya laki-laki itu.

"Putri nggak kenal Om. Kata mama nggak boleh terima bantuan dari orang nggak dikenal. Nggak usah dekat-dekat orang nggak dikenal. Nanti diculik," ucap Putri polos membuat laki-laki itu terkekeh gemas.

"Mama kamu bener, tapi Om bukan orang jahat kok. Tuh, kita ke minimarket itu yuk beli obat buat bersihin luka kamu. Biar enak jalannya. Kalau luka gini kan Putri susah jalan. Gimana mau pulang, hayo? Eh, benar kan namanya tadi Putri?" cecar laki-laki yang sebenarnya wajahnya terlihat kaku dan tidak ramah, namun sebisa mungkin ia menunjukkan wajah ramah dengan Putri yang masih kecil agar Putri tidak takut padanya.

"Om beneran nggak jahat? Nggak bakal culik Putri kan? Jangan culik Putri ya, Om! Kasihan mama kalau Putri nggak ada. Mama pasti sendirian, kesepian. Mama pasti bakal nangis terus kalau kehilangan Putri. Putri bukan anak orang kaya kok Om. Mama Putri miskin, nggak ada duit jadi nggak bisa kasi duit," celoteh Putri yang sukses membuat laki-laki bernama Bayu itu tergelak.

"Putri ... Putri, Om bukan orang jahat kok. Om juga nggak bakal minta duit Duit Om aja udah banyak kok. Kamu jangan khawatir, oke!"

Ditatapnya mata Putri yang bulat dengan manik hitam kelamnya. Melihat mata itu, seketika jantungnya berdegup kencang.

'Bunga,' lirih laki-laki itu dalam hati. Namun perasaan itu segera ia tepis. Ia tak mau mengingat adik tak tahu dirinya itu lagi. Ia terlalu kecewa. Bahkan setelah hitungan tahun pun Bayu tak kunjung mau memaafkan Bunga. Entah terbuat dari apa hati seorang Bayu sampai tidak mau memaafkan adiknya sendiri. Bahkan ia tak pernah mau mencari dan memikirkan bagaimana nasib adiknya kini.

Lalu Bayu membantu Putri berdiri. Agar Putri tidak begitu merasakan kesakitan di kakinya, Bayu terus mengajak Putri berbicara.

"Emang papa Putri mana? Om, tante, kakek, nenek?" cecar Bayu.

"Kata mama Papa Putri cari uang yang banyak di tempat yang jauuuuuh banget. Kalau kakek, nenek, Om, Tante, Putri nggak punya tuh. Putri cuma punya mama aja," celoteh Putri jujur membuat Bayu menatap nanar Putri.

Batinnya menaruh iba pada Putri. Tiba-tiba dadanya terasa nyeri, apakah Bunga dan anaknya pun mengalami hal yang sama? Atau yang paling parah, Bunga, adiknya telah tiada dengan anaknya? Dadanya kian terasa nyeri saat membayangkan hal buruk itu benar-benar terjadi. Bayu menggeleng-gelengkan kepalanya. Mencoba menepis segala pikiran buruk itu dari benaknya.

...***...

"Putri?" pekik Bunga cemas saat melihat kaki Putri terbalut perban tipis. Putri juga berjalan sedikit pincang membuat Bunga kian khawatir. "Kaki Putri kenapa nak?" tanya Bunga dengan raut wajah penuh kekhawatiran.

"Putri tadi jatuh, ma. Kesandung batu. Tapi Putri nggak papa kok, Ma. Putri kan anak yang kuat," tukas Putri seperti sedang berorasi dengan penuh semangat.

"Iya, kamu memang anak mama yang kuat. Tapi kenapa bisa tersandung sih, sayang? Putri nggak hati-hati ya?"

"Putri tadi pas jalan cari-cari Om baik, ma. Udah berapa hari ini Putri nggak lihat Om baik. Putri kangen sama Om baik," aku Putri sambil mengerucutkan bibirnya.

"Om baik?" gumam Bunga yang memang tidak tahu apa-apa mengenai Om baiknya Putri.

"Iya ma, itu lho Om yang tolongin Putri pas dijorokin Jeje sama Tina tempo hari. Nah, Om baik suka nemuin Putri sama beliin balon itu juga kan Om baik, ma. Om baik kemana ya?" gumam Putri yang kini sudah duduk sambil berselonjoran agar.

"Terus yang bantu obatin kaki Putri siapa?" tanya Bunga bingung sendiri. Ada rasa takut yang menelusup di dadanya. Rasa takut akan ada yang berniat jahat pada Putrinya.

"Itu ma, ada om-om tadi yang bantu. Putri tadi udah nolak lho Ma, kan kata mama nggak boleh dekat-dekat orang nggak dikenal. Nanti takut diculik. Kata Om itu dia bukan Om jahat jadi nggak bakal nyulik Putri. Uangnya udah banyak soalnya," ujar Putri polos membuat Bunga menghela nafasnya.

"Mana ada orang jahat ngaku jahat, Putri. Yang ada dia pura-pura baik. Tapi syukurlah kalau Om itu benar-benar baik," pungkas Bunga sambil membantu Putri melepaskan sepatu dan kaos kakinya.

...***...

"Assalamu'alaikum," ucap Edgar saat akan memasuki rumahnya.

"Wa'alaikum salam," jawab orang dalam rumah itu serempak sambil menoleh ke arah sumber suara.

"Nah, itu dia, orangnya datang. Panjang umur kamu Ed, baru aja mama nyebut nama kamu di depan Tante Aline eh kamu nya nongol. Jodoh kali ya!" ujar mama Edgar membuat alis Edgar bertaut. Ia tak suka mendengar kata-kata mamanya barusan.

"Semoga aja ya jeng. Edgar udah gede banget ya, jeng. Ganteng banget juga. Nggak nyangka, anak kamu bisa seganteng ini. Padahal kecilnya biasa aja, eh pas gede ya ampun. Bener nggak, Rin," sahut Tante Aline, ibunya Rinda.

"Lho, kok kamu bengong aja di situ sih Es, sini sapa dulu Tante Aline sama Rinda. Mereka baru datang dari Bangka lho. Kamu pasti lupa, dulu waktu kecil Tante Aline ini sering banget gendong kamu," ujar Ibu Edgar.

"Halo tan, saya Edgar," sapa Edgar bersikap biasa saja.

"Hai," sapa Edgar pada Rinda yang tersenyum malu-malu.

"Cie, Rinda, pake malu-malu segala," goda ibu Edgar. "Ed, ajak Rinda ke taman belakang gih! Biar kalian bisa saling kenal lebih dekat!" titah Ibu Edgar.

"Maaf ma, aku lagi capek banget. Mau mandi. Gerah banget ini. Saya permisi Tante, Rinda," pamit Edgar tak mau berbasa-basi dengan tamu mamanya itu.

"Ck ... ajak ke taman belakang sebentar aja kayak repot banget, Ed. Ya udah, mandi sana. Nanti turun lagi."

Tapi bukannya menanggapi, Edgar justru berlalu begitu saja.

"Anak kamu cuek banget ya, jeng. Tapi pria kayak gitu yang suka bikin cewek penasaran. Gimana Rin, bener kan kata mama?"

"Mama ... " sergah Rinda malu melihat tingkah mamanya yang begitu kentara ingin mendekatkannya pada Edgar.

"Udah nggak perlu malu-malu. Kalau kamu mau, Tante mau tuh jodohin kalian. Kayaknya kalian cocok deh. Mumpung statusnya masih available alias jomblo, mau kan?" tawar mama Edgar.

"Kalau Rinda sih terserah mama aja, Tan. Mana yang menurut mama baik, Rinda nurut aja."

"Ya ampun Lin, anak kamu ini menurut banget. Jadi nggak sabar pingin jadiin mantu deh," tukas mama Edgar.

Malam harinya,

"Ed, gimana Rinda menurut kamu?" tanya Mama Edgar tiba-tiba setelah mereka menyelesaikan makan malam.

"Rinda? Kenapa dengan dia?"

"Ya menurut kamu dia bagaimana?"

"Ya bagaimana kayak gimana sih ma? Kenal aja nggak tiba-tiba nanyain dia gimana. Mama aneh banget tau nggak," sahut Edgar tak mengerti jalan pikiran mamanya.

"Kak, mama tuh sebenarnya nanya Rinda itu gimana, cantik nggak, baik nggak, kayak gitu," celetuk Niko yang sedang bermain game di ponselnya.

"Ngapain nanya aku kayak gitu? Mau dia cantik kek baik kek , itu bukan urusanku," jawab Edgar acuh tak acuh.

"Ck anak ini, nggak peka banget. Mama tuh mau jodohkan kalian. Umur kamu udah berapa Ed, sudah hampir kepala 3, tapi belum pernah bawa satupun teman cewek. Karena itu, mama mau bantu kamu dengan jodohin kamu sama Rinda. Gitu maksud mama," tukas mama Edgar dengan bersungut-sungut.

"Ma, satu aku nggak suka dijodoh-jodohkan, dua aku udah punya perempuan yang aku sukai. Jadi sebelum makin rumit, mending mama berhenti deh jodoh-jodohin Edgar. Edgar nggak suka," sahut Edgar berusaha berbicara sopan dengan orang tuanya.

"Jadi kamu udah punya pacar? Kenapa nggak pernah kasih tau mama? Kalau emang ada, ya bawa ke sini dong! Kenalin sama mama!" ucap mama Edgar.

"Ini Edgar lagi ngatur waktu, ma. Kami aja belum lama dekat jadi kasi kami waktu dulu. Pasti aku akan bawa dia ke sini,"'tukas Edgar.

"Wah, kakak, udah diterima ya sama mbak Bunga?" celetuk Niko tiba-tiba. Ia bahkan sampai menghentikan permainan game nya untuk melihat raut wajah sang kakak.

Edgar tersenyum lebar, "menurut loe?"

"Tunggu-tunggu, Niko kenal? Bunga? Namanya Bunga?"

"Iya, ma. Mbak Bunga itu kerja di konter Niko. Orangnya cantik dan baik kok. Kalau aku seumur aja, aku duluan yang lamar. Tapi sayang, mbak Bunga selalu nolak Niko gara-gara Niko masih bocil katanya," sewot Niko yang sudah bersungut-sungut.

Edgar tertawa lebar, "derita loe! Ya kali, Bunga mau sama berondong kayak loe."

"Ya, yang muda ngalah sama yang tua," ucap Niko sarkas yang dibalas kekehan oleh Edgar.

Kedua adik kakak itu terus bercanda sampai tidak memerhatikan raut wajah sang ibu yang sedikit berubah.

...***...

...^^^Happy reading 🥰🥰🥰^^^...

1
Anonymous
Luar biasa
mbak mimin
pernah bc,😭😭😭😭ttp nangis
Nurhayati
Ya ALLah BeneR2 nie CeriTa Ampe MenYenTuh HaTi aqooh yg PaLing daLam😭😭😭
Nurhayati
PasTi TeMen2 na SMU na
Kenzi Kenzi
gmn klo misalkan obat e ki tali pusat baby sekandung... buruan nikah
Kenzi Kenzi
niko ma. kia
Kenzi Kenzi
kanker darah
Rahayu Dewihandayani
enak banget jadi laki2, udah gak nanggung beban selama bertahun2,, datang2 cuman bilang maaf doang,,
Kenzi Kenzi
papa nath
Ros Sita
masa masa suram yang harus di lalui hamil tanpa suami
Kenzi Kenzi
melahirkan kembar kah,
Kenzi Kenzi
tau2.....
Nofia
Luar biasa
Nanda Kitt
mewek kejer thor 😭😭😭
Djenab Purwaningsih
Luar biasa
Dyah Oktina
👏👏👏👏👏👏😍akhirnya happy end..
Dyah Oktina
ih.... gemesh deh sm author. .. 🤭🤗🤗
Dyah Oktina
lah iya...sangat keterlaluan... sebagai kakak bukannya sayang dengan adik nya kok malah membenci... dasar didikan bapaknya yg gemblung
Dyah Oktina
ya Allah. ...emang ada ya benih sisa.. 😁😆😆
melting_harmony
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!