Arden membenci wanita gendut yang merupakan teman masa kecilnya. Permusuhan itu semakin menjadi ketika Kayla bertunangan dengan pria bernama Steve. Selain kebencian, ada yang aneh dari sikap Arden ketika bertatapan dengan Kayla. Hasrat untuk memiliki wanita itu timbul dalam benaknya.
Sekuel dari Istri Rasa Simpanan.
Follow IG : renitaria7796
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu
Kayla langsung saja menuju kabinnya yang berada di atas lambung kapal di mana kamar itu punya jendela yang bisa memudahkannya melihat laut secara langsung.
Sayang sekali Kayla tidak bisa menyewa kabin dengan tipe balkon. Setidaknya ia bisa bersantai dengan kursi panjang sembari membaca buku dan menikmati angin laut. Uangnya hanya mampu menyewa kamar tamu kelas dua. Ia tidak ingin meminta biaya tambahan kepada Raka karena ini adalah liburannya sendiri.
Kayla membuka koper kemudian menyusun pakaian, buku serta perlengkapan perawatan wajah dan tubuh. Ada tiga buah novel yang dibawa sebagai teman berlayar. Selama berada di sini, ia akan menjauhi yang namanya ponsel.
Memang setiap minggu pihak kapal akan memberi fasilitas internet gratis ataupun bayar, tetapi bayarannya itu sangat mahal. Kayla juga sudah sedia membawa botol minum. Ia bisa mengisi air secara gratis nanti. Barang-barang di kapal terbilang mahal. Bagi orang kaya memang tidak masalah. Namun, berbeda dari Kayla yang harus mengatur keuangannya lagi.
"Nanti malam akan ada dinner. Lebih baik aku istirahat dulu," ucap Kayla setelah ia selesai menyusun semua perlengkapan termasuk pakaian untuk makan malam.
Di kabin lain, Arden tengah bersantai di balkon kamarnya. Ruangan paling atas dengan difasilitasi interior super mewah dari kapal. Arden berhak menikmati hasil kerja kerasnya dengan liburan super yang membuat hati iri. Jauh hari ia sudah menabung demi bisa berlayar ke negara tetangga. Tidak lupa ia mengabadikan kegiatannya selama berada di atas kapal pesiar melalui ponsel.
Arden pun tidak kalah sama dengan Kayla. Ia membawa lima buku yang akan menemaninya selama perjalanan. Apalagi yang bisa ia lakukan? Lebih baik ia menghabiskan waktu dengan membaca buku.
"Malam ini, Mike mengajakku untuk makan malam bersama tadi. Lebih baik aku tidur dulu agar bisa berpesta sampai larut," gumam Arden.
...****************...
Sorenya, Kayla menyempatkan diri ke salon yang ada di kapal. Ia cuma ingin mengeringkan rambut di sana dan merias sedikit wajahnya. Sebenarnya ia ingin spa, tetapi biayanya sedikit mahal. Jadi, Kayla menunda dulu acara memanjakan diri.
Selesai menata rambut dan wajah, Kay kembali ke kabin atas. Ia melewati lorong menuju anak tangga. Sepanjang jalan memang banyak pengunjung dengan masing-masing aktivitasnya.
"Hai!"
Kay menoleh ke belakang. "Mike! Sedang apa di sini?"
"Menunggu Elise. Dia tengah spa. Kamu sendiri?" tanya Mike.
"Sungguh? Aku tidak melihat Elise di salon."
"Spa di kabin sebelahnya. Dia bilang ingin tampil memukau. Oh, ya, kamu belum memperkenalkan siapa dirimu. Maksudku asalmu," ucap Mike.
"Aku dari Indonesia. Kebetulan aku ingin berlayar."
"Aku juga punya teman dari sana dan dia ada di kapal ini. Aku bisa memperkenalkanmu padanya. Kamu akan datang makan malam nanti, kan?"
"Pasti. Aku kembali dulu. Angin membuat rambut bisa kusut," kata Kayla.
"Iya, senang bicara denganmu," ucap Mike.
"Aku juga. Sampai jumpa nanti malam."
Kayla melangkah pergi, Mike tersenyum memandang Kayla dan tanpa sadar seseorang telah berdiri di belakangnya.
"Siapa yang kamu pandangi?"
Mike terlonjak kaget, lalu memutar diri. "Untungnya aku tidak punya sakit jantung. Umurku ini sama seperti ayahmu."
Arden terkekeh. "Kamu berjiwa muda, Mike."
"Aku selalu muda ketika berkencan dengan para gadis."
Arden menatap curiga Mike. "Jangan bilang gadis tadi mangsamu? Ingat umur. Setidaknya berikan gadis itu padaku."
Mike tertawa. "Kekasihku datang. Aku tidak bisa bermain mata. Nanti malam datanglah. Aku akan memperkenalkanmu kepada seorang teman baru."
"Aku pasti datang." Arden memperlihatkan kemeja yang baru saja ia ambil dari binatu. "Aku sudah siap. Malam ini, aku akan memikat para gadis."
"Kuharap masih ada gadis single yang liburan."
"Jika tidak ada, aku bisa meminjam gadismu," ucap Arden. Selepas itu ia tertawa karena Arden cuma berniat bercanda.
...****************...
Malam ini, Kayla mengenakan gaun panjang dengan punggung terbuka. Ini gaya barunya setelah mendapat tubuh yang ideal. Rambutnya sengaja disanggul ke atas agar leher jenjangnya tampak. Sepatu bertumit tinggi dan tas tangan warna emas sebagai penunjang penampilannya malam ini.
Tidak lupa undangan khusus ke restoran yang mengharuskan tamunya memakai pakaian formal. Kayla keluar dari kamar. Rupanya bukan hanya ia yang akan datang, tetapi beberapa tamu yang satu lantai kabin dengannya juga ikut.
Sayangnya, Kayla cuma bisa pergi sendiri. Sementara tamu lain bersama dengan pasangan mereka. Tidak masalah bagi Kayla karena ia sudah mendapat dua kenalan baru.
Sesampainya di restoran, Kayla menyerahkan undangan kepada pelayan. Ia dipersilakan masuk dan diantar sampai ke mejanya sendiri.
"Kayla!" seru Elise.
Kayla tersenyum pada wanita itu, lalu beralih ke pelayan pria. "Bisa aku duduk bersama mereka?"
"Tentu. Biar saya antar," ucap pelayan itu.
Kayla diiringi sampai ke meja Mike dan Elise. Kursi ditarik oleh pelayan, dan Kayla dipersilakan duduk. Benar-benar pelayanan yang super. Kayla seperti bangsawan saja dan memang inilah fasilitas yang ingin Kayla rasakan di kapal.
"Kamu sangat cantik, Kay," ucap Elise.
"Kamu juga, Elise," balas Kayla. "Apa kita menunggu seseorang lagi?"
"Iya, dia temanku. Tunggu sebentar lagi," ucap Mike.
"Kami tidak ingin kamu menjadi canggung karena kami. Itu sebabnya Mike mengundang teman pria-nya," kata Elise.
Kayla mengangguk. "Bukan masalah. Aku juga ingin mencari teman."
Malah teman baru akan sangat bagus bagi Kayla. Ia ingin berkenalan dengan siapa saja, dan berharap di kapal ini nantinya bisa meninggalkan kenangan paling indah.
"Akhirnya, dia datang juga," ucap Mike. "Hei! Arden! Kami di sini."
Kening Kayla berkerut. Aksen khas Mike terasa samar ketika menyebut nama seseorang. Elise tersenyum melihat sosok pria yang datang.
"Hai! Kalian sudah lama datang?"
Jantung Kayla tiba-tiba berdetak kencang. Ia sangat mengenali suara pria yang menyapa. Memang ia duduk membelakangi pintu masuk sehingga tidak mengetahui siapa saja tamu yang tiba di restoran. Mike beranjak dari duduknya termasuk Elise. Kayla turut bangkit dari kursi, lalu memutar diri menghadap sosok pria itu.
"Arden," ucap Kayla.
Arden beralih pandang. Ia terdiam sesaat. Mengerjap beberapa kali. Melihat penampilan Kayla dari atas sampai ke bawah.
"Apa aku sedang berhalusinasi?" Arden tidak lepas memandangi Kayla. "Kenapa wajahnya mirip si gendut? Aku pasti sudah gila."
Mike dan Elise bingung karena Arden berbicara dalam bahasa Indonesia. Mereka hanya memperhatikan Arden yang terus memandang Kayla.
"Arden, kamu tidak apa-apa?" Mike menjentikkan jari.
Arden tersentak. "Aku merasa pusing. Apa aku tengah mimpi?"
"Apa yang kamu katakan? Aku tidak mengerti," kata Mike.
"Lihat wanita ini." Arden menunjuk Kayla. "Kenapa dia mirip dengan si gendut milikku?"
"Lama tidak bertemu kamu masih tidak berubah. Mulutmu masih saja pedas!" ucap Kayla.
Arden terbelalak mendengar sahutan Kayla. "Si gendut! Kamu Kayla?!"
Bersambung