Blurb
Arjuna Syailendra dan Anggita Jelita, menerima perjodohan demi kepentingan masing-masing. Bersama bukan karena cinta, tetapi hanya sebatas azas manfaat.
Akankah rasa berdebar tak terencana tumbuh di hati mereka? Sementara Arjuna hanya menganggap Anggita sebagai pelampiasan dari cinta tak berbalas di masa lalu.
Ikuti kisah mereka yang akan menguras emosi. Selamat membaca🤗.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senjahari_ID24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12b
BAB 12b
Bik Tiyas dibantu Lina, sedang menyiapkan makan siang untuk sang nyonya. Sesuai perintah Juna, hanya makanan sehat yang disajikan.
Sayup-sayup terdengar deru mesin mobil memasuki garasi. Bik Tiyas yang sedang mengaduk sup iga meminta Lina meneruskan pekerjaannya sementara dirinya bergegas ke depan rumah.
Juna turun setelah Pak Oman membukakan pintu. Menyerahkan tas kerja pada Bik Tiyas yang tergopoh-gopoh menghampiri.
"Makanan untuk Anggi sudah siap?" tanyanya langsung tanpa menghentikan langkah disusul Bik Tiyas di belakangnya.
"Sedang disiapkan, Pak. Apakah Anda pulang karena hendak makan siang di rumah juga? Akan saya buatkan makanan lain. Semua menu yang sudah dimasak dikhususkan untuk Bu Anggi seperti perintah Anda," jelas Bik Tiyas yang setia mengekori.
"Tidak usah, saya belum lapar. Apa menu makan untuk Anggi siang ini?" Juna langsung menuju ke area ruang makan yang tersambung dengan dapur bersih.
"Sup iga brokoli, perkedel kentang, cah jagung buncis telur asin, rolade ayam," jawab Bik Tiyas cepat.
"Lina, apakah ini nampan untuk Anggi?" Juna menunjuk nampan di meja makan dengan piring dan mangkuk yang hampir terisi penuh, menyisakan satu mangkuk yang masih kosong.
Lina yang sedang menghadap kompor memutar badan dan mengangguk sopan. "Iya, Pak. Tinggal supnya yang belum disajikan, sebentar lagi matang."
"Lina, segera antarkan ke atas kalau sudah siap. Bik Tiyas, taruh tas saya di ruang kerja," titahnya tegas dan segera berlalu menuju lantai dua di mana kamar utama berada.
Saat masuk ke kamar, Juna celingukan karena tidak melihat Anggi di tempat tidur. Bunyi barang-barang berjatuhan terdengar dari kamar mandi. Juna menerobos masuk dan mendapati Anggi terduduk di lantai dengan handuk yang sudah melorot.
"Anggita!" teriaknya panik.
"Argggh!" Anggi berteriak kaget karena Juna muncul tiba-tiba di kamar mandi. Hampir saja ia melempar botol sabun juga shampo yang berada di dekatnya terjangkau tangan karena mengira ada maling masuk.
"Kamu ini sebenarnya sedang apa sih? Sudah kubilang diam di tempat tidur!" Juna merangsek menghampiri, lalu berlutut membantu Anggi bangun.
"Memangnya aku ini bayi baru lahir! Aku memang sakit. Tapi aku juga butuh mandi, butuh buang air. Bukan cuma rebahan," cerocos Anggi sebal.
Selama beberapa hari ini dirinya merasa jengah lantaran Juna memperlakukannya layaknya bayi merah. "Lagi pula siapa yang sudah membuatku sakit begini?" ujarnya telak.
Juna mendengus ketus untuk menyembunyikan rasa bersalah. "Tapi kamu lihat sendiri kan hasilnya kalau ngeyel merasa sembuh? Ini juga kenapa sampai berceceran?"
Juna menunjuk sikat gigi beserta gelasnya dan peralatan mandi lain berceceran di lantai kamar mandi, pasti ini yang menimbulkan bunyi ribut tadi.
"Cuma hal biasa. Tadi aku tadi tidak sengaja terpeleset, mungkin karena tubuhku masih terasa lemas. Jadinya beberapa barang ikut terjatuh saat aku mencari pegangan," jawabnya santai saja sambil mengeratkan simpul handuk.
"Cuma kamu bilang? Banyak orang yang langsung masuk rumah sakit bahkan tak tertolong lagi setelah terjatuh di kamar mandi. Tapi kamu bilang itu cuma?" Nada pertanyaan Juna meninggi. Tak Terima dengan perkataan Anggi yang menganggap terjatuh di kamar mandi cukup dengan kata 'cuma.'
"Ya ampun, Mas!" Anggi memijat tengkuknya jengkel. Juna sebenarnya peduli padanya atau hanya ingin membuatnya darah tinggi?
Ketukan di pintu menyudahi Juna yang terus mencecar Anggi menyerupai penyuluhan kesehatan di acara seminar. Itu pasti Lina yang mengetuk mengantar makan siang.
Tak lama Juna kembali ke kamar mandi. Menyelipkan satu lengan di belakang lutut dan satu lagi di dekat pinggang.
"Mas!" Anggi memekik kaget saat tiba-tiba berayun dalam gendongan. Anggi refleks melingkarkan lengan ke leher Juna lantaran takut terjatuh.
"Kamu hobi sekali berteriak. Pegangan yang kencang, supaya tidak jatuh," ucap Juna sambil membawa Anggi menuju tempat tidur.
TBC
JUNA NYEBELIN TINGKAT TINGGI 😡