Belum kering luka hatinya setelah kehilangan kedua orangtuanya dalam waktu berdekatan, Baby Aurora, seorang gadis remaja berusia 19tahun harus dihadapkan pada perjodohan dengan pria yang sama sekali tidak disukainya.
Galak, kasar dan pemarah, itulah sosok Damar Bimasakti di mata Baby.
Sedangkan dalam pandangan Damar, Baby hanyalah barang mentah di mana ia akan keracunan jika memakannya.
Akankah dua karakter yang bagai air dan minyak ini menyatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JPB 24
Akad nikah berlangsung sederhana. Tidak ada pesta meriah dan tidak banyak tamu yang diundang. Selepas acara sungkeman, Damar dan Baby berada di tempat terpisah. Damar menyalami beberapa tamu, sedangkan Baby memilih menyendiri.
“Baby, selamat ya ...” Suara Ryu membuyarkan lamunannya. Ia reflek mengusap cairan yang menggenang di ujung matanya.
“Kak Ryu ...”
Ryu mengulas senyum tipis. Biasanya saat bertemu, ia akan mengusap atau mengacak rambut Baby. Namun, kali ini semuanya sudah berbeda. Ryu tak lagi bisa menunjukkan perhatiannya.
“Aku ikut mendoakan, semoga kamu selalu bahagia.” Mengulurkan tangan untuk menjabat, Baby menyambutnya dengan pasrah. Ia tidak terlihat bahagia dengan pernikahannya.
“Makasih, Kak.”
Menyadari raut wajah sedih Baby, Ryu mengusap bahunya untuk memberi semangat. Baby tampak penuh dengan beban. “Kamu harus bahagia, Damar itu orangnya baik kok. Dia pasti akan menjaga kamu.”
“Iya.”
“Mukanya jangan ditekuk begitu. Ini kan hari bahagia kamu. Kalau manyun kadar cantiknya berkurang.”
Baby akhirnya tersenyum. Dalam pandangan orang ia mungkin beruntung, tetapi tidak baginya. Menikah dengan Damar sama sekali tidak menjanjikan kebahagiaan. Yang Baby tahu, Damar hanyalah partikel bom atom yang siap meledak kapan saja. Galak dan pemarah mungkin sifat alaminya.
Di sisi lain Damar menatap mereka dengan raut tidak suka. Cemburu? Mungkin Damar akan menolak menyebutnya cemburu. Namun nalurinya sebagai suami mendominasi. Benar, suami mana yang akan senang melihat istrinya bersama laki-laki lain.
“Ehm ...” Deheman bermuatan aura negatif itu menghentikan pembicaraan Ryu dan Baby. “Sudah selesai ngobrolnya?”
Ryu mundur agak menjauh dari Baby setelah menyadari gurat tidak suka di wajah Damar. Ia lalu mengulurkan tangannya. “Selamat atas pernikahannya, Mar.”
“Makasih. Kamu juga semoga cepat ketemu jodohnya,” jawab Damar, kemudian menatap istrinya. “Acaranya sudah selesai. Mari kita pulang ke rumah.”
Baby mengangguk, nyaris tanpa ekspresi. Ia berjalan menuju kamarnya untuk mengambil pakaian yang semalam sudah dimasukkan ke dalam sebuah koper. Mulai hari ini ia akan tinggal bersama Damar dan Bunda Yasmin.
****
Hari beranjak petang ketika mereka tiba di rumah. Baby menatap bangunan di hadapannya datar. Untuk ukuran gadis sederhana sepertinya, rumah itu sudah tergolong bagus. Damar dan Bunda Yasmin tinggal di sebuah rumah minimalis berlantai dua. Tidak mewah, tetapi sangat indah dan cukup unik.
“Baby, mulai sekarang rumah ini adalah rumah kamu juga. Kamu tidak sendirian sekarang. Kamu punya Bunda dan Damar, suami kamu.”
Gadis itu meraba tengkuknya yang terasa meremang. Mendengar kata suami membuatnya geli sendiri.
Damar mengeluarkan koper milik Baby dari bagasi mobil, menyeretnya ke dalam.
Begitu memasuki rumah, pandangan Baby menyapu ke setiap bagian. Nuansa putih mendominasi lantai satu. Di dinding ada beberapa foto yang menggantung.
“Mar, ajak Baby istirahat, dia pasti capek hari ini,” ucap Bunda Yasmin. Ia mengusap puncak kepala menantunya. “Kamu ikut Damar, ya. Kamar kalian di atas.”
Tubuh Baby seketika terasa lemas mendengar ucapan Bunda Yasmin. Demi apapun, ia sedang tidak ingin berada dalam satu ruangan bersama si galak Damar.
“Tapi, Bunda. Aku mau sama Bunda saja. Boleh ya, Bunda.”
Wanita paruh baya itu tersenyum lembut. “Baby, kamu sudah menikah. Dosa loh, kalau kamu biarkan suami kamu tidur sendirian.”
Deg! Rasanya detak jantung akan berhenti saat itu juga.
Ia pasrah, melirik Damar yang sudah lebih dulu menaiki tangga. Kemudian melangkah mengikutinya. Setibanya di kamar, ia tampak ragu untuk masuk.
"Ayo masuk. Ini kamar, bukan neraka! Mukanya tidak usah horor begitu!"
🌼🌼🌼
biarpun bab nya pendek tp cerita nya g bikin nanggung..cerita tetap berkaitan dgn apik, biasa nya klo bab pendek cerita suka kluar jalur dn suka loncat2 g jelas..d sini g ada loncat cerita tanpa bisa d mengerti aq, smua nya terkonsep..
skalipun d sini ada tokoh dr cerita lain tp aq bisa menikmati nya tanpa hrs membaca cerita sebelum nya..benar2 cantik nih cerita, qta g d bikin emosi tingkat dewa, g ada pelakor2an..pokok nya mantaaaap 👍👍👍👍..dn d sini tdk menceritakan seorang CEO kaya raya yg punya kuasa at seorang dokter kaya raya, tp d sini menceritakan seorang jurnalis yg memperjuangkan keadilan..benar2 lain dr pada yg lain!!!
TOP deh bwt ka CHICHA..makasih ka cerita nya, aq benar2 menikmati nya...🙏❤️🤌⚘️⚘️⚘️⚘️⚘️⚘️⚘️⚘️⚘️⚘️
emg Damar suka asal niiih,,kaya nya ngegeser tuh otak nya gara2 liat Baby kesakitan mo ngelahirin..😅
jangan jangaaaaaan,,ooh tidaaak!!!!! 🙈🙈
ternyata Tria yg kamu agung2kan ternyata g lebih dr wanita murahan dn licik!!!
kamu salah mencari lawan Tria, Baby ini kan biasa demo jd g bakalan takut melawan kamu..😅
dn kamu Ryu,,kamu orang yg benar2 amanah memegang janji..👍😍
ternyata kamu lakukan hal2 yg bikin Damar emosi tingkat dewa tuh agar Damar menjauhi Tria???
knapa g terus terang aj Ry,,kasian liat nya kamu d hajar habis2an ma Damar dn d jauhi Damar....🥺