Divya Veronika Ibrahim Gadis Manis yang punya segudang mimpi yang ingin dicapai nya.
Perjodohan nya dengan Tuan Muda yang tak lain sahabat masa kecilnya dulu berjalan rumit karena masa lalu orangtua mereka.
kisah ini ditulis berdasarkan pemikiran dari sang penulis,jika ada kesamaan tempat,Nama,Karakter bahkan alur cerita, mohon untuk memakluminya
karya pertama ku
Bissmillah dukung terus Ya jangan lupa like dan komen nya,terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RhinYani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih teringat tentang danau
Divya sudah bergulang guling dan mondar mandir.
Bolak balik kamar mandi juga.
Ia masih saja gelisah.
kenapa ini,aku gak bisa tidur begini
jawaban apa yang harus aku berikan pada Paman.
Aku tidak mungkin menikahi laki-laki
galak seperti Haris.
Kasar.Sombong pula.
Aku mungkin bisa melawannya sekarang ,tapi jika kami menikah
rasanya tidak mungkin.
Lagi pula kenapa Haris mau saja dijodohkan, bahkan dia terlihat senang.
senyum mencurigakan begitu.
Masih dimalam yang sama,malam setelah kedatangan Tuan Muda Haris Santoso beserta Ayah tercinta nya,
Divya masih terjaga hingga tengah malam.
Pikiran nya terus kalut,bimbang memikirkan perjodohan yang tak di inginkannya.
Laki-laki waras mana yang tega melihat wanita ketakutan,bahkan dia tertawa tanpa rasa bersalah sama sekali ketika aku terjatuh.Batin Divya menahan emosi.
Ya saat Haris terus mendesaknya di pinggir danau hari itu.
Divya sudah sangat ketakutan
ia terus melangkah mundur
sampai kemudian jatuh tersandung,hingga tangan kanannya hampir menyentuh air danau,bajunya kotor,lututnya pun terluka.
Namun melihat itu Haris justru tergelak penuh kemenangan.
Seakan tidak merasa berdosa,ia malah terus menyebut Divya gadis bodoh.
"Hei bodoh,bangun cepat ! Ayo bangun !"
Jangankan menolong ia malah terus melotot dengan angkuhnya.
"Siapa yang menyuruh mu mundur tadi?"
Bertanya seakan tak merasa bersalah.Cihh
"Tuan yang terus mendekat,karena itu saya mundur "
Divya yang masih bisa bangkit sendiri itu,tak mau kalah. Ia meninggikan volume suaranya.
"Apa yang kau lihat tadi?"
hah apa,apa yang ku lihat
memang nya ? Apa !
Divya yang tidak mengerti dengan pertanyaan Haris hanya mampu mengerutkan dahi.
"Memang benar kau ini BODOH ya !Bagaimana bisa kau jadi manajer,Astaga !"
Lagi-lagi pria menyebalkan ini mencela Divya dengan menyebutnya bodoh.
"Apa yang kau lihat tadi saat aku duduk di kursi? "
Mengulang pertanyaan yang sama.Haris menunjuk tempat dimana tadi ia dududk termenung.
"Oh ,itu. Kenapa ? Kau takut tingkah konyol mu itu ketahuan orang lain,tuan ?" Haha .
Divya kini merasa diatas angin,ia menatap tajam pria di hadapannya sambil bertolak pinggang menantang.
"Kau takutkan Hah?! Ya pasti malu kalau Presdir terkenal seperti dirimu termenung sendiri di depan air danau,
melemparinya dengan batu-batu kecil"
Gadis tak kenal takut itu kembali tergelak.
"Apa yang kau lakukan?"
Haris sudah mulai tegang terlihat dari raut wajahnya,
meskipun ia berusaha tenang.
"Apa,memang apa? aku hanya berjalan-jalan disini,tidak melakukan apapun,tidak sedang MEMBUNTUTI MU juga,TUAN !"
Menjawab acuh pertanyaan Haris.
"Apa yang kau lakukan?"
Lagi-lagi Haris mengulang pertanyaan yang sama,kali ini matanya tertuju pada ponsel di tangan kiri Divya.
"Oh, ini yang tuan maksud?"
Menunjukan ponselnya di depan wajah Haris dan menariknya kembali.
"Tentu saja...!!"
"Tenang tuan saya hanya akan menyimpannya untuk diri saya sendiri,ya setidaknya untuk ditonton saat jenuh,itung-itung hiburan gratis"
Divya benar-benar di atas angin,ia merasa menang telah mempermainkan emosi pria sombong di hadapannya.
"Awas kau ya ! Hapus atau aku~"
"Apa !!"
Divya sudah memotong perkataan Haris sebelum dia kembali mengancam.
"Silahkan saja kalau kau memang punya keberanian lebih,aku tidak punya banyak waktu untuk hal remeh seperti ini.Sekertaris ku Rudi pasti bisa membereskan mu nanti"
Saat itu Haris memang belum mengetahui jika Divya mengenal Rudi,lebih-lebih sebagai sepupunya.
Ia hanya tahu sebatas rekan kerjanya saja.
Yang terikat kontrak.
Sementara Divya yang memang sudah tahu posisi Rudi sebagai sekertaris Tuan muda hanya tersenyum,menatap kepergiannya.
Hahaha...Rudi dia bilang?!
dasar monster,dia yang tuh bodoh bukan aku.
Rudi itu kan kakakku.
Andai saja kak Rudi tidak melarang ku untuk memberi tahunya,
sudah aku teriaki di kupingnya itu,
kalau aku ini adik sekertaris mu tuan monster.
Tapi karena kejadian itulah yang membuat Divya penasaran,akhirnya mendesak Rudi untuk menceritakan masa lalu Tuan mudanya.
Heum baiklah aku setujui saja dulu,
percuma juga aku menolak.
Paman juga tidak akan berhenti sampai disini.
Lagi pula Om Santoso sepertinya orang yang baik.Akhirnya Divya memilih untuk tidak terus-terusan memikirkan masalah ini.
Setelah penat dengan pikiran nya sendiri Divya mulai terlelap saat waktu sudah lewat tengah malam.