Perfect Husband

Pagi-pagi sekali Arga sudah berada di Bandara, dia memang memilih keberangkatan pagi.

"Ini Tuan, kopinya," ucap Andre.

"Terima kasih, Dre."

"Sama-sama, Tuan. Oh iya, Tuan may berapa lama di Jerman?" tanya Andre.

"Entahlah, selama Fabby tidak menghubungiku kemungkinan aku tidak akan pulang dulu," sahut Andre.

"Semoga Bu Fabby dibukakan pintu hatinya bahwa selama ini dia sudah salah menilai kepada Tuan. Aku yakin Bu Fabby akan menyesal karena sudah menyia-nyiakan Tuan," ucap Andre.

"Semoga saja karena jika sampai Fabby menyesal, aku akan sangat bahagia," sahut Arga dengan tatapan kosongnya.

Andre benar-benar merasa sangat kasihan kepada atasannya itu, Fabby sungguh keterlaluan sudah menyia-nyiakan pria yang puluhan tahun sudah mencintainya secara ugal-ugalan. Andre berharap Allah memberikan hidayah kepada Fabby karena dia sudah tidak tega melihat bosnya menderita karena cinta. Andre adalah orang yang paling tahu bagaimana perjuangan Arga untuk mendapatkan cinta Fabby.

Tiba-tiba pengumuman keberangkatan sudah terdengar. "Dre, aku pergi dulu. Ingat, kamu harus terus awasi Fabby karena aku yakin Nindi dan Rangga tidak akan tinggal diam setelah nanti orang itu tertangkap," ucap Arga.

"Siap, Tuan."

"Pokoknya kamu harus memberikan info mengenai Fabby setiap hari, apa pun itu."

"Baik, Tuan."

Arga pun mulai menggeret kopernya dan melangkahkan kakinya dengan lemas meninggalkan Andre. Berbeda dengan Fabby, yang saat ini sudah dibawa ke rumah sakit karena demamnya semakin parah. Bahkan Fabby selalu mengigau memanggil nama kedua orang tuanya.

"Ma, Pa, Fabby ikut sama kalian," ucap Fabby dengan mata yang tertutup.

"Ya Allah sayang, ini nenek. Jangan buat nenek sedih, sembuhlah karena di dunia ini hanya kamu yang nenek punya," ucap Nenek Andin dengan deraian air matanya.

Poppy yang berada di sana ikut sedih juga, Poppy sudah menganggap Fabby seperti kakaknya sendiri. Lagipula dari dulu Fabby yang selalu membantunya bahkan Fabby juga yang sudah mengangkat derajat Poppy. Maka dari itu, meskipun banyak orang yang menyebutkan angkuh dan kejam, bagi Poppy, Fabby tetaplah malaikat penolongnya.

Saking panasnya, Fabby terus saja mengigau hingga dokter pun datang dan memberikan suntikan lewat infusan, baru Fabby bisa tenang. "Pop, kamu dapat kabar dari Arga tidak?" tanya Nenek Andin.

"Tidak Nek," sahut Poppy.

"Ke mana dia? di telepon tidak diangkat, di kirim pesan tidak dibaca," gumam Nenek Andin.

Tiba-tiba ponsel Poppy berdering dan terlihat ada nomor tidak dikenal yang menghubunginya. "Nek, Poppy angkat telepon dulu, ya," ucap Poppy.

"Iya."

Poppy pun keluar dari ruangan rawat Fabby dan segera mengangkat teleponnya. Betapa terkejutnya Fabby sekaligus bahagia mendengar berita yang diberitahukan oleh polisi itu. Ternyata yang menghubungi Poppy adalah dari pihak polisi, memberitahukan jika orang yang sudah mencuri desain milik Fabby sudah tertangkap.

"Nek, pelakunya sudah tertangkap," ucap Poppy kala kembali masuk ke dalam ruangan rawat Fabby.

"Pelaku apa?" tanya Nenek Andin bingung.

"Orang yang sudah mencuri desain milik Bu Fabby sudah tertangkap, dan ternyata orang itu memang disuruh oleh Rangga mantan pacarnya Bu Fabby," sahut Poppy.

"Astaga, jahat banget dia," geram Nenek Andin.

"Nek, sepertinya Poppy harus mengurus semuanya dulu soalnya Poppy harus datang ke kantor polisi sekarang," ucap Poppy.

"Baiklah, kamu hati-hati."

"Siap, Nek. Nanti sore, Poppy ke sini lagi."

Poppy pun dengan cepat pergi dari rumah sakit menuju kantor polisi. Sesampainya di kantor polisi, Poppy melihat Rangga sedang duduk di ruang khusus dan tidak lupa kedua tangannya diborgol. "Mbak, ini adalah pelaku yang sudah mencuri desain Bu Fabby," ucap salah satu Polisi.

"Kamu sungguh tidak tahu malu Rangga, padahal dulu Bu Fabby sudah memberikan apa pun yang kamu mau tapi begini balasan dari mau?" bentak Poppy.

"Kamu tidak berhak membentak aku seperti ini karena kamu hanya bawahan Fabby. Lagipula, aku yakin sebentar lagi Nindi akan datang dan memberikan jaminan untukku," ucap Rangga dengan senyumannya.

"Berani sekali kamu bicara seperti itu di hadapan Pak Polisi? Bu Fabby tidak akan membiarkan kamu lolos dari hukuman ini," geram Poppy.

Tidak lama kemudian, pintu ruangan itu pun terbuka ternyata yang datang adalah Nindi. Rangga tersenyum lebar kala melihat kedatangan Nindi, Rangga berpikir jika Nindi akan membebaskannya kembali karena Rangga tidak menyebutkan nama Nindi dalam kasus pencurian itu.

"Pak Polisi, bisakah saya bicara dengan Rangga berdua saja? cuma sebentar kok, saya janji," ucap Nindi.

"Kamu mau bicara apa? jangan membuat kita curiga," ketus Poppy.

"Diam kamu! Pak, saya mohon sebentar saja," bujuk Nindi kembali.

"Baiklah, saya beri waktu 5 menit dan saya akan tunggu kalian di depan pintu," ucap Polisi.

"Baik, Terima kasih, Pak."

"Mbak, kita biarkan mereka bicara sebentar," ucap Polisi kepada Poppy.

Poppy tidak bisa berkata apa-apa, akhirnya dia pun menurut dan menunggu di depan pintu bersama salah satu polisi itu. "Sayang, cepat bebaskan aku dari sini, aku sudah tidak betah di sini," rengek Rangga.

Nindi berdiri di hadapan Rangga, lalu melipat kedua tangannya di depan dada. "Aku tidak bisa membebaskan kamu Rangga," ucap Nindi.

"Apa? kenapa? padahal aku sudah menyembunyikan nama kamu supaya kamu tidak terkena masalah, jadi seharusnya sekarang kamu berterima kasih kepadaku dan segera membebaskan aku dari sini," ucap Rangga dengan mata yang melotot.

"Aku tidak pernah menyuruhmu untuk mencuri desain milik Fabby, itu adalah ide kamu sendiri jadi sekarang kamu harus menanggung semuanya sendiri," sahut Nindi dengan santainya.

Mata Rangga memerah menahan amarah. "Kurang ajar, kalau begitu aku akan bilang kepada polisi jika kamu juga terlibat dalam masalah ini," geram Rangga.

"Memangnya kamu punya bukti, kalau aku terlibat dalam pencurian itu? bahkan orang suruhanmu juga, tidak bisa menyebutkan nama aku karena memang aku tidak menyuruhnya karena yang menyuruh dia itu kamu," sahut Nindi.

"Apa selama ini kamu hanya memanfaatkan aku?" bentak Rangga.

"Bisa dibilang seperti itu, makanya jangan polos jadi orang. Kalau begitu, aku pergi dulu selamat menikmati hukuman kamu." Nindi pun segera pergi dengan langkah santainya meninggalkan Rangga.

"Brengsek kamu Nindi, awas kamu!" teriak Rangga.

Poppy mengerutkan keningnya mendengar teriakan Rangga, tapi semenit kemudian Poppy menyunggingkan senyumannya. "Dia baru tahu kalau Nindi adalah wanita ular yang licik, dari dulu Nindi hanya bisa memanfaatkan orang, jika orang itu sudah tidak bisa dimanfaatkan maka Nindi akan membuangnya," batin Poppy.

Setelah selesai, Poppy pun memutuskan untuk kembali ke kantor dan nanti sore, dia akan pergi ke rumah sakit lagi untuk menemani Fabby.