Bagaimana jadinya jika seseorang kembali ke masa lalu..
Michelina seorang istri yang mencintai Kaisar Jasper dengan sejuta warna. Selama di kehidupannya ia tampil glanmour, seakan dirinya akan membuat Kaisar Jasper terpesona. Namun apa yang ia dapatkan hanyalah sebuah penghinaan. Kaisar Jasper tidak pernah menginginkannya atau lebih tepatnya tidak mencintainya.
Suatu hari Kaisar Jasper membawa seorang gadis dari kalangan biasa,menjadikannya istrinya. Kaisar Jasper sangat mencintai gadis itu. Hingga membuatnya buta dalam kecemburuan. Dia pun mencelakai gadis itu, lalu membuat Kaisar Jasper marah dan menjatuhi hukuman mati padanya.
"Ayah, Ibu maafkan aku. Aku yang bodoh mencintainya. Seharusnya aku tidak mencintainya."
ig:@riiez.kha.37
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya Adik
Kaisar Jasper meraih teko bening di sampingnya. Ia menuangkan air jernih itu ke dalam gelas yang telah di siapkan. Ia meneguk air itu sampai ludes tanpa tersisa.
"Hah, kenapa aku bisa mimpi mengerikan seperti itu?" Kaisar Jasper mengusap wajahnya. Ia turun lalu kembali ke arah balkom. Merasakan angin sejuk. Namun angin itu tak mampu menyejukkan hatinya dan kegelisahannya.
"Sebenarnya apa pertanda mimpi itu?" Kaisar Jasper menghela nafas, ia harus menanyakannya pada penasehat agung istana.
Ia keluar dari kamarnya, terus melangkah tanpa arah dan tujuan yang jelas. Ia berhenti, menghadap ke taman dengan menyilangkan kedua tangannya di belakang pinggangnya. Ia mengingat kembali tatapan Michelina.
"Aku ingin menemuinya," ujar Kaisar Jasper. Ia berbalik, tanpa ia sangka ia berpapasan dengan Zoya.
"Baginda," Zoya tersenyum. Ia menatap tubuh Kaisar Jasper. Dada kotak-kotak, memakai baju putih dan rambutnya basah.
Emm
"Apa Baginda ingin berjalan-jalan?" tanya Zoya, kebetulan sekali ia bertemu dengan Kaisar Jasper. Ia tidak bisa tidur memikirkan kejadian dimana Kaisar Jasper mendesaknya mengakuinya perasaannya.
"Aku hanya ingin mencari udara segar," sahutnya.
Zoya pun melirik ke kanan, entah apa yang di pikirkannya. "Bagaimana jika saya menemani Baginda keluar?" tawarnya.
Kaisar Jasper berfikir, mungkin ia butuh teman menghilangkan kegelisahannya. "Baiklah," jawab Kaisar Jasper menyanggupi.
Kaisar Jasper berjalan lebih dulu menuju ke arah kursi di taman dengan di ikuti Zoya di belakangnya. Ia menunduk dan tersenyum senang. Ia tak rugi keluar malam dan langsung bertemu dengan Kaisar Jasper, ia pikir dirinya berjodoh. Itulah yang ia harapkan.
Au
Zoya menabrak Kaisar Jasper saat ia berhenti mendadak. "Ma-maaf Baginda." Ujar Zoya merasa malu.
"Maaf, aku berhenti mendadak. Kita sudah sampai Zoya,"
"I-iya Baginda," Zoya berdiri di samping dengan mengintip wajah Kaisar Jasper. Bulu mata yang lentik dan indah. Hidung mancung dan rahang tegas. Serta tumbuhnya rambut-rambut halus di dagunya. "Tampan,"
"Maksud mu?" tanya Kaisar Jasper. Samar-samar ia mendengarkan perkataan Zoya.
"A, maaf Baginda. Maksud saya, Baginda tampan dan cocok untuk Permaisuri." Kaisar Jasper pun kembali menatap ke depan.
"Duduklah,"
Emm,
Zoya melirik kursi depan, ia tak enak hati duduk bersama dengan Kaisar Jasper.
"Duduklah, aku sudah menganggap mu, keluarga ku." Ujar Kaisar Jasper. Ia merasa kasihan pada wanita di depannya.
"Maaf Baginda, saya tidak pantas."
"Aku butuh teman, aku sudah menganggap mu teman ku dan adik ku." Ujar Kaisar Jasper.
Zoya duduk, ia sangat gugup berhadapan dengan Kaisar Jasper. "Bagaimana jika saya mengambilkan camilan untuk Baginda?"
"Tidak perlu," ia menatap Zoya di sampingnya yang menunduk dengan gelisah. " Tak perlu gugup, aku sudah menganggap mu keluarga." Ujar Kaisar Jasper.
Zoya semakin terbang, ia merasa senang Kaisar Jasper mau menerimanya sebagai keluarganya. Apa mungkin Kaisar Jasper menerimanya dengan tulus. Bukankah sebuah keluarga berada di dekatnya. Ia berjanji akan membuat Kaisar Jasper merasa nyaman dengannya. Ia sudah membayangkan Kaisar Jasper memperlakukan dirinya seperti seorang istri. "Keluarga,"
"Ya, keluarga. Aku sudah menganggap mu sebagai Adik ku."
Perkataan Kaisar Jasper membuat bayangan yang tadinya menghiasi di kepalanya langsung pecah. Hatinya mendadak sakit dan jiwanya pun seakan menghilang. Ia mendongakkan wajahnya. "Apa maksud Baginda menganggap saya sebagai adik?"
"Benar, aku menganggap mu sebagai adik. Apa ada yang salah?"
"Ti-tidak Baginda, saya merasa tersanjung dan bahagia." Ujar Zoya dengan tenggorokan tercekat. Ia sudah bermimpi memiliki kehidupan yang sederhana dengan laki-laki di depannya.
"Zoya, apa menurut mu, aku pantas bersama Permaisuri?" Kaisar Jasper menatap langit. Bayangan Michelina tersenyum, kemudian mengeluarkan air mata darah.
"Baginda sangat pantas dan sangat serasi." Ujar Zoya padat dan singkat. Ia menahan cemburu yang merogoti hatinya. "Baginda, maaf saya mengantuk." Zoya memberikan hormat tanpa menunggu persetujuan Kaisar Jasper. Ia meninggalkan Kaisar Jasper dengan sendiri. Hatinya bagaikan di jungkit oleh paku, tidak seharusnya ia bermimpi setinggi langit lalu jatuh begitu saja. Tapi hatinya, masih menginginkan Kaisar Jasper.
Ia heran dengan sikap Zoya, dia bilang ingin menemaninya. Namun belum membahas separuh mimpinya malah dia pergi meninggalkannya. "Sepertinya malam ini, aku hanya bisa memendamnya sendirian." Ujar Kaisar Jasper dengan wajah lesu.
Sementara di tempat lain, seorang wanita tengah memandang Kaisar Jasper. "Jika begini, aku semakin takut hubungan kalian akan berujung perpisahan." Ujar Ibu Suri. Awalnya ia ingin mencari udara segar, entah kenapa malam ini ia begitu gelisah dan akhirnya menemukan pemandangan yang tak mengenakkan di hatinya.