Sebuah cerita tentang perjuangan hidup Erina, yang terpaksa menandatangani kontrak pernikahan 1 tahun dengan seorang Presdir kaya raya. Demi membebaskan sang ayah dari penjara. Bagaikan mimpi paling buruk dalam hidup Erina. Dia memasuki dunia pernikahan tanpa membawa cinta ataupun berharap akan dicintai.
Akankah dia bisa menguasai hatinya untuk tidak terjatuh dalam jurang cinta? ataukah dia akan terperosok lebih dalam setelah mengetahui bahwa suaminya ternyata ada orang paling baik yang pernah ada di hidupnya?
Jika batas waktu pernikahan telah datang, mampukan Erina melepaskan suaminya dan kembali pada kehidupan lamanya? Atau malah cinta yang lama dia pendam malah berbuah manis dengan terbukanya hati sang suami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eilha rahmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masa Lalu Kelam Arga
Setelah perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan, khususnya bagi Arga tentu saja. Akhirnya mereka sampai di desa tempat mereka mampir semalam.
Mereka langsung melanjutkan perjalanan, setelah mengucap berkali-kali terimakasih pada seluruh penduduk desa.
Kali ini perjalanan mereka berjalan cukup mulus. Mereka hanya berhenti sebentar di sebuah pom mini untuk mengisi bahan bakar mobil mereka. Kemudian melanjutkan perjalanan.
Erina sama sekali tidak membuka mulutnya, biasanya di saat-saat membosankan seperti ini dia yang paling sibuk berceloteh kesana kemari. Pikirannya masih menerka-nerka, kira-kira imbalan apa yang di maksud Arga tadi pagi.
"Kau sudah pikirkan apa yang mau kau berikan padaku nanti?"
Erina terhenyak, namun masih juga membisu, dia melirik sebal pada laki-laki yang sedang fokus mengemudi di sampingnya.
"Tidak mau menjawab?" Melirik tajam.
"Memangnya saya punya apa untuk di berikan pada anda? Anda kan sudah punya segalanya."
Erina memasang wajah memelas sambil mengerjap-ngerjapkan matanya. Namun percuma saja laki-laki di sampinya itu sama sekali tidak meliriknya. Dia masih fokus pada jalanan yang hanya muat di lewati satu mobil itu
Raut Erina seketika berubah kesal, dia menggerutu tak jelas karena merasa tidak diperhatikan.
"Tetap saja kau harus memberiku imbalan sebagai rasa terimakasih, ingat aku sudah menggendongmu dua kali."
Iya, iya, aku ingat! Sampai kapan kau mau membahas hal itu sih? Menyebalkan sekali.
"Lalu saya harus memberi anda apa?"
"Kenapa tidak kau pikir sendiri?."
Huh! Ini aku sudah memikirkannya wahai yang mulia. Kenapa tidak kau katakan saja terus terang, kau itu maunya apa sih!
"Hehe, baik, nanti saya akan memberikan apa yang saja yang anda minta." Jawab Erina sekenanya biar cepat. Pikirnya.
Terserah saja kamu mau apa, asal bukan nyawaku saja yang di minta.
Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, akhirnya mereka sampai di sebuah desa. Pemandangan dan suasananya benar-benar masih asri. tidak jauh berbeda dengan desa yang sempat mereka singgahi semalam.
Namun di desa ini fasilitasnya cukup lengkap, bahkan sebuah klinik kesehatan cukup besar pun ada. Rumah-rumah yang berdiri sudah terbuat dari beton yang kokoh, sama seperti rumah-rumah yang ada di kota pada umumnya.
Erina memandang takjub selama perjalanan. Dan di sinilah mereka, di sebuah rumah gedong yang terlihat sangat mencolok di banding rumah-rumah yang ada di sebelahnya.
Halamannya luas, dengan taman indah yang di tanami berbagai macam bunga. Dilihat dari luar saja interiornya terlihat sangat mewah. Benar-benar jauh dari ekspektasi Erina.
Beberapa penjaga menundukkan badan saat mobil melewati halaman. Dan di depan pintu para pelayan sudah berjejer menyambut kedatangan tuan muda mereka.
"Selamat datang Tuan Muda dan Nona Muda." Mereka semua serentak menunduk.
Erina membalas sapaan mereka tak kalah ramah, sedangkan Arga hanya menggangguk sebentar kemudian menggandeng tangan Erina untuk masuk kedalam.
...****************...
Menjelang sore barulah mereka pergi ke tempat pemakaman kedua orang tua Arga bersama seluruh pelayan yang ada di villa. Sebuah tradisi sekaligus penghormatan yang harus mereka tujukan untuk Tuan rumah sekaligus majikan mereka jika ada yang berkunjung ke makam. Seorang pemuka agama menuntun mereka semua untuk berdoa.
Mereka semua menunduk khidmat, mengamini setiap doa yang dibacakan. Usai membaca doa bersama Arga meminta mereka semua untuk meninggalkan dia dan Erina di makam. Mereka semua menurut, tak ada satu orang pun yang berani membantah.
Arga mendekat ke salah satu makam. Mengusap nisan hitam yang terbuat dari ukiran marmer mewah. Wajahnya terlihat sayu, Erina tidak berani mendekat. Dia hanya berdiri beberapa langkah dari tempat Arga berjongkok.
Paman, Bibi, maafkan kelancanganku sudah masuk dalam keluarga besar kalian. Aku tidak akan meminta lebih dari apa yang sudah aku dapatkan sekarang, aku berjanji tidak akan serakah. Dan aku berjanji akan mengurus putra kalian sebaik mungkin. Erina
Ibu, Ayah, gadis yang bediri di belakangku adalah menantu kalian. Namanya Erina, dia bodoh tapi lucu. Aku tidak tahu kenapa, kalau melihat dia rasanya hatiku jadi lembek seperti tahu. Dia tidak terlalu cantik, tapi aku ingin terus melihat dia dan ingin dia berada di sampingku selamanya. Arga
"Apa anda baik-baik saja?" Erina mengkhawatirkan keadaan suaminya sepulang dari makam.
"Heeemm"
Jawaban singkat yang tidak jelas itu membuat Erina merasa prihatin. Entah kenapa sejak tadi dia merasa Arga sedikit berbeda dari biasanya.
"Jangan menatapku seperti itu!" Arga melirik Erina sinis.
"Sudah lama sekali ya, dua tahun setengah. Tuan Besar dan Nyonya Besar pasti sangat menyayangi anda selama ini."
Ucapan Erina barusan mampu menarik perhatian Arga. Tidak ada yang pernah berani membahas soal kematian orang tua Arga selama ini. Apa lagi di depan Arga langsung.
Hal itu membuat hati Arga goyah, selama ini dia memendam semua kesedihannya seorang diri. Dan kini ada orang yang terang-terangan membahas hal itu dengannya. Akhirnya runtuh sudah pertahanannya selama ini.
"Bagi orang lain mungkin terasa lama, tapi bagiku kejadian itu seperti baru terjadi kemarin," Arga menghela nafas. "Siang itu mereka pamit ingin merayakan hari jadi mereka yang ke 50 tahun. Dan malamnya mereka pulang dalam keadaan seperti itu, mereka pergi begitu saja. Sangat mendadak."
Erina hanya menyimak tanpa menimpali sedikitpun. Dalam hatinya dia merasa terenyuh, ternyata ada sisi lain dari sikap kerasnya selama ini. Dia memalingkan wajahnya, tak ingin Arga melihat tatapan matanya yang iba.
"Sampai sekarang aku masih menganggap mereka pergi berlibur, dan berharap suatu hari mereka akan pulang"
Erina tiba-tiba saja memeluk Arga. Tidak ada maksud lain, ia hanya ingin memberikan kenyamanan dan menunjukkan rasa prihatinnya pada suaminya itu.
Arga tersenyum, dia yang biasanya menyalak galak jika di sentuh Erina, kini benar-benar melunak. Dia bahkan menciumi rambut Erina berulang kali.
"Apa kau ingin memberiku imbalan sekarang?"
"Eh, imbalan?"
"Kau memelukku karena ingin memberiku imbalan bukan?"
"Tap..."
Erina tidak sempat menyelesaikan ucapannya, bibir Arga tiba-tiba saja menabrakkan bibirnya.
Aaa.... Kenapa jadi begini sih...
.
.
(BERSAMBUNG)
mau gak mau harus nunggu 7 hari lagi, itupun kalau Erina masih mau 🤣🤣🤣
sayang dong kalau dianggurin 😆😜
di balik kekayaannya yang berlimpah, dia juga tidak melupakan sesamanya...
aku jadi jatuh cinta sama sosok arga 😍😍😍