Niat awal Langit ingin membalas dendam pada Mentari karena telah membuat kekasihnya meninggal.Namun siapa sangka ia malah terjebak perasannya sendiri.
Seperti apa perjalanan kisah cinta Mentari dan Langit? Baca sampai tuntas ya.Jangan lupa follow akun IG @author_receh serta akun tiktok @shadirazahran23 untuk update info novel lainnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shadirazahran23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Mentari membuka matanya setelah hampir dua belas jam tak sadarkan diri. Hal pertama yang ia lihat adalah Langit. Pria itu duduk di samping ranjangnya, menggenggam tangannya dengan erat seolah takut kehilangan.
"Kamu sudah bangun?" ucapnya dengan wajah yang sumringah, lega yang tak bisa ia sembunyikan.
Mentari berusaha menjawab, tetapi tubuhnya masih terlalu lemas. Bibirnya bergerak pelan, namun tak ada suara yang keluar.
"Istirahat lagi, ya. Kondisimu belum pulih benar," kata Langit lembut.
"Mina…" ucap Mentari lirih, nyaris seperti hembusan napas.
Langit menggenggam tangan wanita itu lebih kuat, memberi kekuatan.
"Dia juga masih istirahat. Operasinya berjalan lancar. Kamu bisa menemuinya saat sudah pulih, oke?"
Mentari mengangguk pelan, matanya kembali berkaca-kaca.
Pelangi menjauhkan sendok dari mulutnya ketika Langit kembali berusaha menyuapi wanita itu.
“Ayo, sedikit lagi, Tari. Biar cepat pulih,” ucap Langit dengan suara lembut, penuh kesabaran.
“Aku sudah kenyang. Nggak mau makan lagi,” balas Mentari pelan, menolak.
“Tapi ini baru beberapa suapan, lo,” Langit mencoba membujuk.
Namun Mentari tetap menggeleng pelan. Tatapannya kosong, seolah pikirannya melayang ke tempat lain.
“Aku mau ketemu Mina,” ucapnya lirih, nyaris seperti bisikan.
Langit terdiam sejenak, menatap wajah pucat itu dengan sorot mata penuh kekhawatiran.
“Baiklah. Aku akan membawamu ke sana. Tapi sebelum itu, minum obatmu dulu, ya.”
Mentari mengangguk lemah.
Langit segera mengambil beberapa butir obat yang telah disiapkan suster sebelumnya. Ia menuangkannya ke telapak tangan, lalu meraih segelas air putih dan menyodorkannya pada Mentari dengan hati-hati. Wanita itu menelan obat-obatan tersebut satu per satu, meski wajahnya tampak menahan rasa tidak nyaman.
Beberapa jam kemudian.
“Seharusnya kamu istirahat saja di kamar. Lagipula, kita hanya bisa melihat dari luar,” ucap Langit dengan nada menahan cemas.
“Nggak apa-apa,” jawab Mentari lirih. “Aku cuma ingin melihat dia saja.”
Kini keduanya sudah berada di depan ruangan Mina. Langit dan Mentari hanya bisa melihat keadaan gadis kecil itu dari balik kaca besar. Tubuh kecil Mina terbaring lemah dengan berbagai alat medis yang terpasang, membuat dada siapa pun yang melihatnya terasa terenyuh, perih.
Tanpa disadari, air mata Mentari menetes perlahan.
“Sebelum operasi kemarin, aku berdoa pada Tuhan,” ucap Mentari dengan suara bergetar, telapak tangannya menempel pada permukaan kaca.
“Tak apa jika Dia mengambil nyawaku, asal bisa menyelamatkan Mina. Setidaknya, dengan begitu aku bisa menebus kesalahanku pada Lili dan… bersatu dengannya.”
Langit langsung menoleh. Matanya berkaca-kaca, dadanya terasa sesak oleh perasaan yang sulit ia jelaskan.
“Apa yang kamu rasakan pada Mina, Tari? Dia itu… putriku,” ucapnya pelan, nyaris tak bersuara.
Mentari tersenyum samar.
“Entah kenapa, sejak pertemuan pertama kami di pesta ulang tahunnya, matanya selalu menarik perhatianku. Hatiku terasa hangat setiap kali berada di dekatnya,” katanya jujur.
“Tak peduli jika dia adalah putrimu,orang yang paling membenciku, bahkan siap membunuhku.”
Langit terkekeh kecil, getir.
“Kamu takut padaku?”
Mentari mengembuskan napas perlahan.
“Dulu, aku takut padamu. Tapi sekarang…” Mentari menatap pria itu lembut.
“Kamu dan aku sama, Lang. Kita punya luka yang sama.”
Tanpa disadari Mentari, Langit mengepalkan tangannya kuat-kuat hingga otot-ototnya memutih.
Perkataan Mentari menyentuh sanubarinya. Untuk pertama kalinya, ia benar-benar menyadari bahwa antara dirinya dan wanita di sampingnya, luka yang mereka bawa ternyata tak jauh berbeda.
Sementara di tempat lain…
Anggun mendatangi rumah Bu Desi dengan wajah yang jelas menahan amarah. Langkahnya tegas, rahangnya mengeras. Wanita paruh baya yang tengah membaca majalah di ruang tamu itu sontak terkejut saat melihat kedatangan calon menantunya.
“Lho, Nggun? Ada apa denganmu?” tanya Bu Desi dengan nada ragu, perlahan menurunkan majalah dari tangannya.
“Mana Abi?” tanya Anggun langsung, tanpa basa-basi.
“Abi? Bukannya dia bersama kamu?” Bu Desi balik bertanya, keningnya berkerut.
Anggun terkekeh sinis.
“Sudah tiga hari dia tidak bisa aku hubungi. Bahkan pihak gedung juga mencarinya,” ucapnya dengan nada penuh kemarahan.
“Apa dia mencoba menghindar dari pernikahan ini, Tante? Aku tidak akan membiarkannya.”
Bu Desi bangkit dari duduknya, wajahnya tampak gelisah meski berusaha tetap tenang.
“Sabar, Nggun. Mungkin dia sedang banyak pekerjaan. Tante akan coba menasihati dia, ya. Kamu tenang dulu.”
Namun sorot mata Anggun justru semakin mengeras, seolah amarah itu hanya menunggu waktu untuk meledak.
Keesokan harinya...
Bu Desi membuka pintu kamar Abi dengan kasar. Pemandangan di hadapannya membuat jantungnya seolah berhenti berdetak.
Pria itu terbaring di lantai, tubuhnya lunglai dengan penampilan yang sangat berantakan. Di sisi kanan dan kirinya, botol-botol dan kaleng bekas minuman keras berserakan tanpa aturan. Aroma tak sedap menyengat udara, membuat Bu Desi refleks menutup hidungnya.
“Ya Tuhan, Bi…” desahnya tercekat.
“ Dari kemarin Anggun mencarimu, malah kamu tidur-tiduran begini!”
Bu Desi bergegas mendekat, lalu mengguncang tubuh putranya dengan panik.
“Bangun, Bi… bangun!” suaranya meninggi, bercampur antara marah dan cemas.
Tak ada respons.
“Apa sih yang kamu lakukan ini?” lanjutnya dengan suara bergetar.
“Bangun, Bi. Pekerjaan menantimu… hidupmu juga!”
Tangannya kembali mengguncang tubuh Abi, lebih keras kali ini.
Namun ketika wajah Abi terlihat jelas, Bu Desi refleks menutup mulutnya, terkejut.
“Abi… Bi…” Bu Desi menepuk pelan pipi putranya. Suaranya gemetar, ketakutannya kian memuncak saat ia melihat busa putih keluar dari mulut Abi.
“Ya Tuhan… tolong…” napasnya tersengal.
“Asep! Ogi! Kemari kalian, cepat!”
Tak berapa lama kemudian, ambulans melaju dengan kecepatan tinggi menuju sebuah rumah sakit besar. Sirene meraung memecah malam.
Di dalam ambulans, beberapa tenaga medis berusaha memberikan pertolongan pertama pada Abi,memasang oksigen, memompa dadanya, dan memeriksa denyut nadinya yang semakin melemah.
Bu Desi duduk di samping brankar dengan wajah pucat, tangan gemetarnya menggenggam erat tangan sang putra.
“Tolong jangan seperti ini, Bi…,” isaknya pecah.
“Bangun, Nak. Mama mohon… jangan tinggalkan Mama.”
Air matanya jatuh tanpa henti, bercampur dengan rasa takut yang perlahan menggerogoti.
Hingga ambulans akhirnya tiba di rumah sakit. Tenaga medis segera menyambut Abi, mendorong brankar dengan cepat menuju ruang tindakan.
Kondisinya semakin lemah akibat overdosis obat-obatan yang bercampur dengan minuman keras,racun yang telah ia konsumsi secara berlebihan selama beberapa hari terakhir.
Bu Desi menangis tanpa henti, merutuki kebodohan putranya. Ia tak pernah menyangka Abi akan bertindak sejauh ini, seolah tak lagi peduli pada hidupnya sendiri.
Di tangannya, tergenggam erat sebuah foto lama—foto kebersamaan Abi dan Mentari. Yang ia temukan di tangan Abi saat pria itu terkapar. Bukti perasaan Abi yang ternyata tak pernah benar-benar pudar, meski sudah ia tentang mati-matian.
“Mama menyesal, Bi…” bisik Bu Desi lirih, suaranya nyaris tak terdengar di tengah hiruk-pikuk rumah sakit.
“Tolong, kamu harus selamat… biar Mama bisa menebus semua kesalahan ini.”
Tangisnya kembali pecah, seiring pintu ruang tindakan yang perlahan tertutup, memisahkan Bu Desi dari putranya dan dari harapan yang kini bergantung pada keajaiban.
Saatnya karma berlaku Bu Desi..siap-siap ya.Kira-kira Abi bakal selamat gak ni?
mentari menjadi tumbal kekasihnya
hampir runtuh,,,jadi Abi pura pura koma
kayanya pakai seragam polisi nya makanya di kira penjaganya dan pasti
pergi pelan pelan mungkin juga ada teman nya yang membantu nya,,,apa pakai ilmu
menghilang 😄 kocak si baru akan bahagia kupikir tidak selamat tapi biar selamat tetapi namanya tupai melompat
suatu hari akan terjatuh jadi biarlah
kena tuai dulu,,, jahat
sangka kan ternyata yang katanya orang
tua tidak menjerumuskan anak anak nya
nah sekarang entu malah benar benar di
dorong ke jurang kesakitan senang sesaat
kesakitan seumur hidup,,,, manusia emng
ga ada yang sempurna tetapi harus kita
ingat kepada sang pencipta karena beliau
yang punya segalanya,,,,nasib sudah di
tanggung badan mana ada kata ampun
sudah dah kehendak ilahi takdir,,🥺
orang baik cuma ambisi mama nya dan
Abi mencintai gadis miskin mentari bubedesss ga terima harus selevel
dan kini justru tidak dapat kan apapun
karir ancur hidupnya masih kembang kempis,,,,antara hidup dan mati hanya
keajaiban tetapi hidup nanti akan di
masukan ke hotel juga wahhh ngenes
lama menerima perasaan pait dan getir
jadi buat bubedesss dan Abi saja yang pait gantian Langit pun sudah berbesar hati merawat Mina yang lemah,
sudah menjadi pasangan suami istri jadi
mentari tidak harus takut atau was was
lagi karena sudah ada bodyguard sekali
Gus Suami Langi sang pangeran berkuda
telah menjemput mu di kala hati terluka
dan mulai saat ini jangan lagi resah di
kemudian hari akan selalu bersama hingga menua bersama menjadi pasangan
yang solid dan penuh kebahagiaan dan
kini sudah ada pendamping ada anak yang
harus di jaga,,, semoga benih nya langsung jadi tumbuh 🤣❤️lope lope sekebon bunga' 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
belum menemukan nya. ternyata sudah tau milina di besarkan Pangit,
dan mentari akan hidup bersama Anak dan ayahnya yang mengadopsi putrinya
semoga cepat ya Lang. ,,,mumpung
nenek lampir bubedesss belum menemukan. cucunya yang sudah di buang,,, ayo mentari sebentar lagi ada
yang akan selalu mendampingi mu
dan ada malaikat yang butuh kasih sayang
kalian berdua dan yang mau di laporkan
koma over dosis dan bubedesss juga
jadi penjaga bahaya,
hidup segan mati pun mau,,,dan bubedesss merasakan penyesalan
panjang jadi sama sama tersiksa dengan
masa lalunya,
kira mentarilah yang sudah membunuh sila ternya Abi ,,,dan mentari yang di jadi
kan kambing hitam oleh Abi demi jabatan
agar tidak gugur,,,,maka itu langit kerja
sama dengan makdes,,,, untuk mengambil
putrinya mentari tak lai tak bukan adalah
cucunya sendiri ,,,, sekarang langit yang
beruntung bisa dapat. mentari dan putrinya biarpun lain Ayah' ga masalah
to 👍👍 semangat