NovelToon NovelToon
Gadis Manja Milik CEO Arogan

Gadis Manja Milik CEO Arogan

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / One Night Stand / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Nikah Kontrak / Konflik etika
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Diandra_Ayu

Lily, seorang mahasiswi berusia dua puluh tahun, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis hanya karena satu malam yang penuh jebakan. Ia dijebak oleh temannya sendiri hingga membuatnya terpaksa menikah dengan David Angkasa Bagaskara- seorang CEO muda, tampan, namun terkenal dingin dan arogan.

Bagi David, pernikahan itu hanyalah bentuk tanggung jawab dan penebusan atas nama keluarga. Bagi Lily, pernikahan itu adalah mimpi buruk yang tak pernah ia minta. Setiap hari, ia harus berhadapan dengan pria yang menatapnya seolah dirinya adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya.

Namun, seiring berjalannya waktu, di balik sikap angkuh dan tatapan tajam David, Lily mulai menemukan sisi lain dari pria itu.
Apakah Lily mampu bertahan dalam rumah tangga tanpa cinta itu?
Ataukah perasaan mereka justru akan tumbuh seiring kebersamaan atau justru kandas karena ego masing-masing?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diandra_Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Galak Tapi Perhatian

"Ka–kamu?"

Untuk beberapa saat, keduanya saling bertatapan tanpa berkata-kata. Reaksi terkejut itu kemudian dirasakan oleh wanita yang berada di luar mobil. Ia baru menyadari siapa yang ada di dalam sana? Seorang wanita yang telah merebut kebahagiaannya dengan sang kekasih.

"Veronica!!!" teriak seseorang sambil menghampiri.

"Ngapain sih ye keluar dari mobil segala? Hayuk cepat masuk! Noh mulai banyak orang  berdatangan," ujar seorang pria dengan gaya yang gemulai.

Wanita itu adalah artis cantik yang ingin Lily temui. Sungguh suatu keberuntungan bisa bertemu dengannya saat ini. Ia berpikir, apakah kecelakaan ini sebuah takdir untuknya bisa bertemu dengan wanita yang dicintai suaminya?

Veronica menoleh sekilas tanpa senyuman. Wajahnya begitu datar. Ia kemudian menyematkan kembali kacamata hitamnya dan berjalan meninggalkan tempat itu.

"Tunggu, Mbak Vero!" teriak Lily, ia membuka pintu mobil dan bergegas menyusul artis cantik itu.

"Heh, siapa ye bilang Miss Vero  dengan sebutan Mbak. Emangnya dia mbak ye?" Suara pekikan pria yang tak lain manager pribadi sang artis menghentikan langkah Lily. Pria setengah jadi itu membentangkan tangannya, mencegah siapapun menyentuh sang bintang.

"Eitt, kalau gak salah, ye lakor itu kan?" Pria bergaya gemulai itu mengernyit ke arah Lily. Sementara Veronica sudah masuk ke dalam mobilnya. Ia cukup terkejut karena bertemu dengan wanita yang kini telah menjadi istri calon tunangannya itu. Niatnya tadi ingin membantu, khawatir jika wanita yang mobilnya menubruk pohon itu kenapa-kenapa.

Tapi ternyata....

Seketika matanya mengembun, mengingat kembali perjalanan cintanya dengan David yang harus kandas. Jujur saja ia masih sangat mencintai sang kekasih. Namun untuk saat ini dirinya harus menjauh dari David. Tidak ingin sampai nama baiknya terseret akibat skandal dan pernikahan yang dibuat oleh keluarga kekasihnya itu. Karena jika nitizen tahu ia masih berhubungan dengan David, pastinya dia akan dirujak dan dicap sebagai orang ketiga.

Padahal di sini dialah korban yang sebenarnya. Korban dari skandal dan perbuatan asusila kekasihnya dengan gadis muda bernama Lily itu.

"Aku ingin bertemu dengan Veronica. Ijinkan aku berbicara dengannya," ucap Lily memohon.

"What's? Apa ye bilang? Mau bicara sama Miss Ve. No way. Aku gak bakal ijinin lakor kaya ye dekat-dekat. Sebaiknya ye pergi. Syukur-syukur pergi ke akhirat. Dududuuhh, kenapa gak sekalian aja sih ye nabrak truk atau apa kek? Biar ye matong sekalian!!!"

Setelah mengucapkan kata-kata pedas, pria bergaya gemulai yang badannya semok itu masuk ke dalam mobil.

Lily menggedor-gedor kaca mobil mewah yang sifat ditutup itu. "Buka. Tolong buka! Kita bicara sebentar!" Teriaknya dari luar.

"Jalan, Pak!" titah Veronica pada pak supir. Ia tak mengindahkan panggilan dari wanita di luar sana.

Artis cantik dengan rambut panjang nan lurus itu membuang pandangannya ke luar jendela mobil. Sepanjang perjalanan, tak hentinya air mata itu mengalir. Membuat managernya yang akrab di sapa Boy itu serba salah. Ia ikut merasakan sakit hati yang dialami oleh artisnya.

"Sabar ya, Ve. Kamu pasti bisa lewati ini semua," ucap Boy seraya mengusap lembut lengan wanita itu.

"Aku pikir mudah untuk melupakannya. Tapi ternyata...." Isak tangisnya terdengar semakin kencang. Veronica menutup wajahnya, hal itu membuat Boy cemas. Ia khawatir makeup sang artis akan menjadi berantakan. Padahal sebentar lagi Veronica ada jadwal pemotretan.

"Ye pasti bisa, Ve. Ye wanita yang kuat. Lagipula wanita tadi, jika dilihat lebih dekat, gak ada apa-apanya sama ye. Lihatlah cara berpakaiannya, ishh... bukan type David banget deh," ucap Boy menyemangati.

"Tapi tetap saja dia sudah jadi istrinya Dav. Aku gak bisa melupakannya. Harusnya aku yang menikah dengannya, Boy."

Wanita itu terus menangis. Dalam hatinya saat ini memendam kebencian namun juga kerinduan yang amat dalam pada sang kekasih. Namun semua itu harus ia simpan, tak mungkin ia menemuinya sementara para paparazi itu terus mengintainya dimana-mana. Pengusirannya pada David saat itu juga tidak sepenuhnya dari hari. Ia hanya marah, kecewa dan takut ketahuan orang-orang jika dirinya bersama pria itu.

"Hemm... apa ye mau ketemu sama Dav?" tanya Boy tiba-tiba. Pertanyaan bodoh karena seharusnya manajernya itu mengerti perasaannya ini. Apalagi semenjak kejadian itu, dirinya lebih banyak murung. Ia akan bersikap biasa dan tersenyum lebar pada semua orang jika berada diluar. Semua itu untuk menjaga sikap yang profesional.

Veronica mengangguk. Namun kemudian menggeleng. "Aku gak bisa ketemu sama dia. Ini terlalu berbahaya. Nama baikku dipertaruhkan. Nitizen berada dipihakku saat ini. Mereka merasa kasihan padaku karena skandal yang dibuat Dav."

Veronica memang sangat ingin bertemu dengan David. Ia rindu belai manja dari Ceo tampan bertubuh gagah itu. Namun dirinya harus berhati-hati dalam bertindak. Sekali melakukan kesalahan, tentu saja namanya yang akan dipertaruhkan. Secara tidak langsung, skandal itu menguntungkan karena followersnya naik secara drastis. Selain diuntungkan, ia bahkan diberikan support oleh semua teman-teman artis. Jika Veronica berbuat bodoh, semua simpati mereka akan balik menyerang dan menjatuhkannya.

Namanya publik figur, ada pro dan kontra terhadapnya. Dari skandal yang viral dan pernikahan CEO itu, dirinya didukung namun ada juga yang menghujat. Berita ini sepertinya dijadikan kesempatan orang-orang yang tidak menyukainya untuk menghinanya habis-habisan. Mereka mengatakan bahwa CEO itu memang lebih pantas bersama istrinya yang sekarang dari pada Veronica yang notabene adalah artis film dewasa.

Tapi dibalik itu semua, namanya jadi semakin naik. Banyak endorse berdatangan. Tentu saja hal itu tidak ingin Veronica sia-siakan di puncak karirnya ini.

"Aku akan menyiapkan semuanya. Kau dan dia bisa bertemu tanpa ada yang tahu," ucap Boy membuat Veronica terkejut.

"Bagaimana bisa? Kau tahu sendiri banyak paparazi yang sepertinya memanfaatkan keadaan ini. Cctv hidup ada dimana-mana. Bahkan warga biasa saja bisa menjadi tenar jika mendapatkan informasi dari berita yang sedang viral."

Boy tersenyum miring. Manager kepercayaannya itu menatap sang artis,  meyakinkan bahwa ucapannya ini tidak main-main.

"Ye tenang saja. Serahkan semuanya pada ey. Ey gak mau lihat ye murung terus. Ye akan bertemu dengannya dan ey pastikan ini gak akan bocor!" tegas pria gemulai itu dengan sangat antusias. Dalam otaknya tersusun sebuah rencana, dimana tak ada satupun yang akan tahu bahwa sang artis kembali bertemu dan menjalin kasih dengan pria yang dicintainya.

***

Lily duduk di trotoar dengan posisi memeluk lutut. Mobilnya berada di pinggir jalan dan sedang menunggu mobil derek untuk mengangkutnya.

Ia termenung seorang diri hingga senja hampir tenggelam. Banyak orang yang membantunya tadi, beberapa dari mereka juga menawarkan diri untuk mengantar pulang. Namun Lily menolak secara halus. Dirinya masih shock dan memilih untuk menunggu seseorang menjemputnya.

Ttiiin.

Suara klakson membuyarkan lamunannya. Lily mengangkat wajahnya saat sebuah rolls royce hitam itu menepi.

Seseorang keluar dari dalam mobil itu lalu berjalan menghampirinya dengan tergesa.

"Bagaimana ini bisa terjadi? Dasar ceroboh?"

"Kalau nyetir tuh hati-hati. Sudah aku bilang, jangan menghubungiku. Dasar gadis manja!"

"Apa kau tidak bisa untuk tidak membuat masalah, Hah? Kau memang merepotkan!"

Bukannya menghibur hati Lily, pria yang tak lain adalah David Angkasa itu malah menceramahinya. Pria itu terus saja berbicara panjang lebar, membuat Lily semakin bersedih hingga tak mampu menahan tangisnya.

Melihat gadis itu menangis, tentu saja David menjadi bingung sekaligus kesal. Banyak orang berlalu-lalang di trotoar itu. Mereka pasti menganggap dirinya pria kejam yang sudah menyakiti gadis manja itu.

"Astaga, kenapa kau harus menangis sih? Dasar cengeng!"

Tangis wanita itu semakin kenceng. David dibuat panik karenanya.

"Ya ampun. Wanita ini memang sangat menyebalkan, ssstttt... " desisnya pelan. Ia menarik nafas dalam-dalam, mencoba mengontrol emosi dalam dirinya.

"Lily, mari pulang!" ajaknya dengan nada pelan namun dengan raut yang datar. Ia menahan emosinya demi membujuk gadis manja itu. Tidak ingin sampai Lily mempermalukannya dengan tangisan kencangnya itu.

"Gak. Mas pasti marahin aku nanti," ujarnya. Lily menatap suaminya dengan wajah yang nampak kacau. Matanya sembab dan terlihat sangat memprihatikan.

David terhenyak. Apa Lily setrauma itu melihatnya? Padahal akhir-akhir ini ia sudah berusaha untuk mengontrol emosi jika berada dekat dengan wanita itu.

"Gak, Ly. Aku gak akan marahin kamu. Yuk, pulang! Kamu pasti lapar belum makan kan?," bujuknya lagi. Ia mengulurkan tangannya, berharap Lily menurut untuk pulang. Karena sejak tadi banyak pasang mata memperhatikan mereka. David hanya takut ada yang mengenalinya.

"Janji?" Lily menatapnya dengan tatapan yang begitu dalam. Dirinya benar-benar takut saat ini. Rasa trauma akibat kecelakaan ini, juga pertemuan tidak terduganya dengan Veronica, membuatnya perasaannya kacau tak karuan.

"Iya, aku janji."

Lily tersenyum lalu meraih ukuran tangan suaminya. Keduanya berjalan menuju mobil mewah itu terparkir.

"Mobilku, Mas?"

"Mobil butut begitu masih dipikirin. Kau harusnya memikirkan dirimu. Untung saja tak terjadi apa-apa padamu. Karena jika sampai terjadi, bisa mati aku kena omel Papi karena membiarkanmu berkendara sendiri," gerutu David seraya menyalakan mesin mobilnya dan melaju meninggalkan tempat itu.

"Biar begitu juga itu mobil pemberian ayah, Mas," ucap Lily sambil menundukkan kepalanya.

"Masa bodoh, aku gak peduli!" sahutnya sarkas.

Kata-kata pedas itu begitu menusuk sanubari. Memang David tak memarahinya, namun kata-kata sarkas itu membuat Lily sedih lagi. Pria itu memang tidak pernah bisa menghargai milik orang lain. Selalu menganggap rendah semuanya.

"Nangis lagi. Dasar cengeng!" sindirnya lagi saat terdengar suara terisak dari wanita yang tengah menundukkan wajahnya itu.

"Kamu tahu gak sih, gara-gara kamu, aku yang lagi sibuk harus menunda pekerjaanku. Gak penting banget, aku pikir terjadi kecelakaan besar. Kau sudah membuatku panik," ucap David meluapkan kekesalannya.

"Mas mengkhawatirkan aku?" tanya Lily dengan polosnya. Ia kembali mengangkat wajahnya sehingga David bisa melihat wajah yang penuh dengan air mata itu.

"Dasar bocah tengil yang cengeng!" Dengan kesal, ia meraih tisu lalu mengulurkannya pada Lily.

Lily sedikit terkejut dengan perhatian kecil dari suaminya itu. Bukannya menerima tisu tersebut, ia malah melongo saking kagetnya.

David mendengus kesal. Ia menginjak rem mendadak sehingga membuat wanita itu tersadar dari rasa terkejutnya.

Lily terkesiap. Ia berpikir suaminya itu pasti akan marah padanya. Terlihat dari raut wajahnya yang begitu serius dan menyeramkan itu. Tatapan tajamnya seolah ingin mengulitinya hidup-hidup.

"M–mas, bukannya udah janji gak akan marah?" Lily memberanikan diri meski kini ia merasa ketakutan. Apalagi saat tangan pria itu terulur mendekati wajahnya.

Apa dia berniat memukulku?

Lily memejamkan mata. Ia pasrah meski pria itu ingkar dan akan berbuat kasar lagi padanya. Tak terbendung lagi, air mata itu kembali mengalir meski matanya tertutup.

Namun hal mengejutkan terjadi saat ia merasakan sentuhan hangat dari telapak tangan pria itu.

DEGH.

Jantungnya berdegup kencang saat David mengusap air mata di wajahnya. Rasanya seperti sebuah mimpi. Telapak tangan besar itu begitu hangat dan nyaman.

"Jangan menangis. Matamu jadi sembab. Aku memang membencimu. Tapi aku tidak bisa melihatmu seperti ini," ujar pria itu diam-diam perhatian.

***

Bersambung...

1
ahok wijaya
Gak kecewa! 👍
Diandra Ayu: makasih kak🥰
total 1 replies
Shinn Asuka
Gak bisa berhenti scroll halaman, ceritanya seru banget!
Diandra Ayu: Wah, makasih banyak kakak🥰🫰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!